1; Meets

5K 373 37
                                    

Cuz i'll be in love maze :v










Langit yang gelap serta hembusan angin menusuk sampai tulang-tulang menemani pemuda bersurai hitam legam yang duduk di halte. Masih dengan seragam senior highschool melekati tubuh mungilnya, padahal jam tangan yang melingkari pergelangan tangan menunjukan pukul 1 dini hari. Wajah manisnya kotor oleh noda kehitaman.

"Aku harus kemana?" lirihnya.

Ia menghela nafas, lantas berdiri dan berjalan gontai meninggalkan halte yang temaram itu. Kedua tungkainya melangkah tanpa tujuan. Sesekali ia melirik pelataran toko tutup yang ia lewati. Haruskah ia tidur disana? Tapi selimutpun ia tak punya. Angin berhembus kencang, sekujur tubuh si manis menggigil, ia hanya punya jeket lusuh di dalam tasnya, setidaknya masih bias menghangatkan. Jalanan sepi, sekali-duakali mobil yang lewat.

Pemuda itu menyebrang jalan dengan menundukan wajahnya. Meremat ujung jaket sebagai pelampiasan atas rasa dingin yang menyerang serta rasa sesak yang merayapi dadanya.

BRAK!

Semuanya berlangsung begitu cepat. Tubuhnya terbentur sesuatu dengan sangat kencang hingga dirasa tubuhnya terpelanting dan jatuh dengan kepala membentur trotoar. Tak lama gelap menjemput. Seorang pemuda bersurai cokelat gelap yang berantakan keluar tergesa dari dalam mobil mahalnya. Ia berlari menghampiri seorang pemuda yang baru saja ia tabrak.

"Oh, shit!" umpatnya.

Ia menelepon ambulance, lalu berjongkok hanya untuk menyingkirkan anak rambut yang menghalangi wajah pemuda pucat itu. Darah mengotori jalan dan beberapa bagian tubuh si manis. Pemuda dengan pakaian mahal itu memungut tas serta ponsel retak yang tergeletak di aspal ketika si manis berpakaian seragam sekolah itu di bawa ke dalam ambulance.

"YAK! PARK JIMIN!"

"Jangan berteriak Namjoon sialan!" pria pelaku tabrakan tadi yang diketahui bernama Park Jimin itu melirik gelisah pada ruangan disampingnya.

"Kau menabrak seseorang?" Namjoon, pria berdimple itu menatap sengit pada Jimin.

"Ya, tak sengaja. Aku sedang kesal setengah mati dan melajukan mobilku dengan kecepatan diatas rata-rata. Kupikir tak aka nada orang yang menyebrang jam segini." Ujarnya.

"Sialan memang, aku harus menunda jam istirahatku hanya untuk mengurusimu! Polisi pasti akan datang sebentar lagi, aku yang tangani mereka." Namjoon lirik ponselnya.

"Hn.." Jimin masih melirik gelisah pada ruangan disebelahnnya yang tak juga terbuka pintunya.

"Dongsaeng sialan! Setidaknya berterimakasihlah " cibir Namjoon

"Hn. Terimakasih." Jimin berucap malas.

Namjoon berdecak, ia pergi menuju lobby rumah sakit. Siapa tahu polisi sudah datang.

Dokter keluar dan mengatakan kalau pemuda tadi mengalami pendarahan di kepala, dua tulang rusuk serta tangan kanannya patah. Jimin berucap terimakasih, ia pergi mengurus administrasi selagi pemuda tadi dipindahkan keruang rawat.

Jimin kembali, ia tertegun ketika melihat wajah pemuda yang ditabraknya ternyata memiliki paras cantik meski statusnya pemuda. Jimin duduk dipinggir ranjang, kedua alisnya menyatu ketika mengingat betapa paniknya ia sesaat setelah ia menabrak pemuda manis itu. Padahal, biasanya, ia hanya akan menelepon Namjoon dan membiarkan 'Hyungnya' itu yang mengambil alih lalu pergi seakan tak terjadi apapun.



Dua hari berlalu. Jimin rutin datang ke rumah sakit hanya untuk meletakkan seikat bunga cerah diruangan itu lalu pergi lagi setelah puas memandangi pemuda manis yang masih terlelap dengan perban meliliti kepala. Ia sisir rambutnya menggunakan jari, tatap datar pada dokter atau perawat yang berlalu lalang. Yang pertama ia lihat ketika membuka pintu adalah sepasang mata kucing lucu yang menatapnya.

Am I an affair? (Minyoon)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang