10; Expectation

1.6K 174 29
                                    


















Musim semi hampir berakhir. Hawa sejuk perlahan mulai tak terasa. Para penduduk mungkin mulai mengeluarkan kipas angin tambahan atau membeli Sun screen. Musim panas yang sudah dekat ditunggu-tunggu oleh mereka yang tak suka hawa dingin. Mantel mulai disimpan rapi dalam lemari, kini celana pendek dan kaus tipis akan lebih sering dipakai.

Yoongi pun tak kalah antusias. Meski tak terlalu suka panas sebab kulit putihnya mudah memerah, ia tetap senang. Berbelanja banyak pakaian baru dan menambah stok es krim di kulkas.

Si manis yang sudah selesai ujian akhir itu sempat berlibur di kampung halaman Lisa: Bangkok, Thailand. Melepas penat bersama Lisa, Jennie, Rose, dan Jisoo mengelilingi Bangkok selagi mengisi waktu sebelum acara kelulusan. Dengan pesawat pribadi Jimin dan uang jajan tambahan. Yoongi tak bisa lebih bersyukur lagi dari ini. Ia bahkan pakai setelan suster di malam sebelum ia ke Bangkok, hadiah untuk Jimin.

Kini ia tengah selonjoran di karpet bulunya sembari menonton drama di televisi, menunggu Jimin datang. Kekasihnya itu akan menginap setelah dua minggu bersama sang istri. Yoongi merasa kesal, wanita ular itu menahan Jiminnya disana.

Pip!Pip!Pip!Pip!

"Sayang?"

Oh, Sayang itu. Yoongi ingin sekali merekamnya lalu ia kirim pada Istri Jimin.

"Hyung!"

Yoongi bangkit, peluk Jimin erat dan keduanya pun berciuman mesra. Pelepas rindu (juga napsu). Keduanya jika bertemu tak mungkin tak bercinta.

"Sudah makan? Hyung mau mandi?" Yoongi bantu lepas jas dan dasi Jimin.

"Belum, kau sudah masak? Aku mau mandi."

"Sudah, nanti aku hangatkan dulu. Hyung mandi saja."

Yoongi tersenyum manis lalu gandeng lengan Jimin menuju kamar. Pria itu masuk ke kamar mandi, sedang Yoongi menyimpan tas dan jas Jimin di sofa lalu beralih mengambil pakaian tidur Jimin. Setelahnya ia keluar daei kamar guna menghangatkan makan malamnya.

Disaat yang sama, masih di kota Seoul. Chaerin berjalan tak tentu arah. Wajahnya kosong dan bahunya merosot. Mereka yang prihatin sempat bertanya, namun Chaerin menanggapinya dengan senyum lemah.

Wanita cantik itu baru saja kembali dari Amsterdam, ia yang awalnya pergi ke negara Kincir Angin itu sebagai imigran yang bekerja di sebuah kapal pesiar selama 3 tahun. Kemudian bertemu suaminya yang juga orang Korea. Pertemuan klise antar seorang pelayan restoran kapal dengan sang pemilik kapal.
Chaerin berhenti menjadi pelayan setelah ia menikah. Mengembangkan butik dengan ia sebagai desainer utamanya, serta sebuah restoran masakan Korea yang terkenal. Kehidupannya berubah, bersama sang suami dan putrinya yang berumur 7 tahun. Bukannya ia tak ingin kembali, Chaerin mencari uang hasilnya sendiri (Butik dan Restorannya) barulah ia berani pulang.

Chaerin kira ketika dirinya kembali, ia akan menangis terharu melihat Yoongi tumbuh besar. Namun yang ia dapat adalah lahan kosong kehitaman dengan banyak puing tersisa. Orang sekitar bilang tempat itu: Yayasan Byun terbakar habis satu tahun yang lalu. Chaerin hampir pingsan ketika orang sekitar bilang bahwa tak ada yang tersisa dari Yayasan itu.

"Yoongi-ya..." Chaerin terduduk disebuah kursi depan kafe yang masih buka.

"Kau baik-baik saja, Nona?" seorang pelayan bertanya khawatir.

"Ah, iya..."

Chaerin mendongak lalu menghapus air matanya. Si pelayan mengajak Chaerin masuk lalu mengambilkan tissue dan segelas air.

Am I an affair? (Minyoon)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang