2; Love?

2.6K 239 16
                                    

Hai aku back! Setelah hampir satu tahun menelantarkan book ini dan bikin kalian penasaran! Maafin ya 😅😆😘




Angin berhembus masuk dari balkon, berusaha menandingi pendingin ruangan yang menyala dengan suhu rendah. Si manis dalam balutan hot pants serta sweater kebesaran itu tetap teguh untuk mengerjakan tugasnya meski waktu mendekati dini hari.

"Haus..." bibirnya mengerut lucu. Ia menyingkirkan selimut tebal yang sebelumnya menutupi paha dan berjalan keluar kamar.

Si manis duduk di atas mini bar sembari meneguk air dingin dalam botol dan menunggu ramen instannya masak. Acara minumnya terhenti, ia menajamkan indera pendengarannya ketika mendengar suara sandi pintu yang dimasukkan. Yoongi melangkah cepat menuju pintu. Seolah tau siapa yang datang.

"Hyung!" Yoongi melompat pada pria tampan bersurai cokelat yang tampak masih memakai pakaian kerjanya.

"Astaga," Jimin segera menangkap tubuh Yoongi, ia terkekeh dan berbisik kata manis di telinga Yoongi.

"Ah, ramenku!" Yoongi memekik.

"Kau memasak ramen?"

"Iya!" Yoongi meronta dan turun dari gendongan Jimin. Si manis berjalan cepat menuju dapur dan mendapati ramen dengan lelehan keju miliknya sudah matang.

"Kau mau Hyung?" tawarnya sembari menyimpan panci kecil ramennya di alas tebal yang ia letakkan di meja makan.

"Tidak, bisa kau buatkan kopi saja untukku?" pintanya.

"Tentu!" Yoongi bangkit, berbalik dan mengambil gelas yang segera ia letakkan di bawah mesin kopi.

Jimin menatap punggung Yoongi, ia tersenyum ketika merasa kalau seluruh masalahnya hari ini seolah menguap begitu saja ketika melihat wajah Yoongi tadi. Menjadi pemilik perusahaan dan pemimpin genk bawah tanah bukanlah hal yang mudah. Jimin terbiasa bergerak dalam bayang. Ia bekerja dari balik layar semasa ayahnya masih duduk dikursi tertinggi. Namun ketika ayahnya memilih pensiun dan memilih mengasingkan diri di Norwegia dan melepas semuanya ke tangan Jimin.

Jimin tahu, ia tak bisa lagi diam dibalik bayangan itu. Bayangan gelap segelap hidupnya. Jimin di besarkan dengan didikan serupa militer, baik fisik maupun mentalnya dibuat menjadi tak punya belas kasih. Baik ketika mengalahkan tender perusahaan atau menumpas para manusia yang mencoba mencuri berlian seludupan genk-nya. Namun ketika ia bertemu Yoongi, ia merasa hidup. Seperti bertemu air terjun ditengah gurun pasir. Jimin mendadak haus dan serakah terhadap Yoongi yang sedikit demi sedikit memberikan cahaya pada bayangan gelap dihidupnya.

"Ini kopimu." Yoongi menyodorkan secangkir kopi pada Jimin yang segera meraih cangkir itu untuk diminum isinya.

"Terima kasih." Jimin melempar senyuman tipis. "Kau belum tidur?"

"Belum, ada tugas yang sedang kukerjakan."

Si manis segera memakan ramennya dengan lahap dan Jimin hanya diam menatap Yoongi sembari sesekali meminum kopinya.
Yoongi mendongak cepat, menatap Jimin dengan tajam dan mulut yang penuh ramen.

"Hyung, kau menginap'kan?"

"Iya, Yoongs. Habiskan ramenmu dan aku akan mandi." Jimin terkekeh, ia mengucup pipi gembung Yoongi dan beranjak menuju kamar setelah mengabiskan kopinya.

Yoongi menatap punggung tegap Jimin. Pria yang kemarin memberikan Macbook terbaru padanya itu selalu memberikan afeksi kecil namun penuh kasih sayang. Sejujurnya, Yoongi tidak mempunyai perasaan yang sama dengan Jimin. Ia hanya remaja beranjak dewasa dengan pemikiran dimana Jimin adalah pria yang mengubah hidupnya. Bayangkan, jika Jimin tak ada maka ia akan menjadi gelandangan.

Am I an affair? (Minyoon)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang