14; Let it Be

1.4K 200 116
                                    

Kecepetan gak sih alurnya?

Cuitan burung diluar membangunkan Yoongi dari tidur lelapnya. Ketika membuka mata, Yoongi mengernyit karena mata sipitnya seolah makin sipit karena bengkak semalam.

"Selamat pagi, sayang."

Jimin mendekat. Pria itu sudah lengkap dengan setelan kerjanya. Yoongi bangkit dari posisi berbaring, ia mendongak ketika Jimin menyisir pelan surai birunya.

"Pagi juga, Hyung."

Aroma parfum maskulin Jimin terasa memabukkan. Ditambah ketika Pria itu merunduk memeluk Yoongi, makin saja aroma itu menusuk hidung. Meninggalkan kesan di memori.

"Maafkan aku,"

Ucapan maaf itu keluar lagi. Sepertinya mereka akan membahas topik yang sama dengan semalam.

"Entahlah, Hyung. Aku masih ingat rasa sakitnya, tak mudah mengatakan 'iya'." Yoongi balas memeluk Jimin.

"Please, forgive me..."

"Akan kucoba memaafkanmu, Hyung."

Yoongi melonggarkan pelukan mereka hanya untuk mendongak memerlihatkan wajah tersenyumnya yang manis. Melihatnya, Jimin sedikit merasa lega. Ia akan memberi waktu pada Yoongi untuk memaafkannya dan menerima keadaan.

"Kau ada kelas?"

Yoongi berdengung sesaat mengingat-ngingat jadwal kuliahnya. "Ah, ada. Satu jam lagi."

"Mandi, aku buat sarapan. Nanti kuantar ke kampus." Jimin mengecup pipi Yoongi sebelum pergi keluar kamar.

Si manis terkekeh pelan sembari beringsut turun dari ranjang. Setelah merapihkan ranjang lalu membuka gorden dan jendela, ia pergi mandi. Dua puluh menit berlalu, Yoongi keluar kamar sudah berpakaian rapih; jeans hitam, kemeja flannel, serta sepasang converse merah.

Jimin yang tengah memasak itu sangat seksi bagi Yoongi. Seperti sekarang, Pria itu tengah menggoreng telur mata sapi dengan satu tangan di dalam saku celana.

"Jangan sok keren ketika memasak," Yoongi mendengus geli sambil mengambil peralatan makan yang kemudian ia tata di atas meja.

"Jadi aku keren?"

Jimin berbalik, ia menatap Yoongi dengan seringai sombong sembari membalik telur tadi masih dengan sebelah tangan di dalam saku. Yoongi menjerit sebal karenanya. Pria itu memang tidak bisa ditebak. Yoongi jadi heran kenapa orang-orang takut pada Jimin.

"Sayang, hanya ini yang aku masak, tak apa?"

"Tak apa, Hyung."

Sarapan buatan Jimin pagi itu adalah dua telur mata sapi, empat toast, dan bacon. Sederhana, tapi Yoongi suka. Karena Jimin yang buat. Hal ini ingin sekali ia sombongkan pada Seulgi; kalau Jimin baru saja memasak untuknya.

Seulgi berjalan keluar kamar mandi sembari mengusap sudut-sudut bibirnya dengan handuk.

"Sial, mual sekali." wanita itu melirik sinis pada perutnya yang mulai ia sadari sudah membuncit. "Kalau bukan karena Pria dingin itu mana mau aku hamil secepat ini."

Seulgi melempar handuknya ke lantai, ia menyambar mantel lalu memakainya sambil berjalan keluar kamar. Para maid yang tengah merapikan rumah mewah itu berhenti sejenak guna menyapa Seulgi yang baru turun dari kamar pada pukul delapan pagi.

"Selamat pagi, Nyonya." sapa Tuan Kim si kepala pelayan.

"Jimin tak pulang?"

"Tuan Jimin sempat pulang dini hari tadi. Tertidur sebentar lalu pergi lagi satu jam yang lalu, ada rapat penting ucap beliau." dustanya.

Am I an affair? (Minyoon)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang