second

2.1K 274 107
                                    

"Jadi temen gue deh?".

Kalau saja Bima bisa memukul wajah di depannya, Bima sudah melakukannya. Bima mengibaskan bukunya keras, berharap pukulannya kini mengenai wajah ngeselin yang terus nongol di depan matanya.

"Kenapa kamu?". Ben bertanya dengan nada keras, ketika buku yang dikibaskan Bima hampir saja mengenai wajah Ben yang sedang memeriksa laporan ICU Bima.

Bima meringis, kembali memutar otak mencari jawaban yang masuk akal. "Itu dok, ada nyamuk. Aduhh, kok banyak nyamuk ya?".

Ben menggeleng pelan, "Kamu kasih tambahan infuse vitamin B complex, terus cek tensinya lagi. Kita butuh naikin darahnya buat khemo besok".

Bima mengangguk.

"Jadi temen gue, yaa?"

"Enggak!".

Bima kaget bukan main, Ben menggebrak meja kerjanya. "Kamu nolak perintah saya?".

"Enggak, dok enggak. Aduhh, gimana jelasinnya?" Bima panik bukan main, "Ini saya langsung kerjain" Bima langsung keluar dari ruangan Ben menuju ICU tempat pasien Ben dirawat.
👻👻👻

Dokter Gema berjalan mengarah ke pintu ICU, jadi terpaksa Bima menunggu dokter dari oncology tersebut dan menyapanya sambil menunduk.

"Kamu jaga ICU? Dokter pembimbing kamu siapa?".

Bima tersenyum, kalau saja dokter yang membimbingnya dokter Gema. Sudah cantik, ramah, baik pula.

"Dokter Ben, Dok".

"Oh, kalem aja. Dia baik kok".

"Saking baiknya, aku di kasih ICU di hari pertama dong" Ujar Bima dengan nada ngenes.

Gema terbahak pelan.

"Kasian deh loh!"

"Resek!".

"Eh, maaf kalau misal aku bikin kamu kesal" Ujar Gema dengan tidak enak.

Bima menepuk keningnya, Hantu resek itu kembali berulah. "Enggak dok, bukan dokter yang resek. Itu aduh itu dokter Ben yang resek, bukan dokter".

Bima berharap, Ben tidak mendengar kalau dia mengkambing hitamkan Ben. Tidak mungkin kan kalau dia bilang, yang resek itu hantu.

"Saya resek?".

"Double kill" Bima bisa mendengar suara dari game mobile legend yang ditirukan Dewa.

"Ya Allah" rasanya Bima ingin menghilang dari muka bumi ini.

Dia mendengar cekikikan dari hantu yang berdiri di samping Ben, juga dari pandangan tidak enak dari Gema.

"Eheheh, dokter Ben".

Ben tidak menjawab Bima, dia memilih berjalan melewati Bima dan masuk ke ruang ICU disusul oleh Gema dan beberapa perawat yang mengikuti Ben untuk pemeriksaan.

Ben, Bima dan beberapa perawat masuk ke salah satu ruang ICU yang ditempati pasien paska operasi amputasi karena kanker tulang ditanganinya.

DeartháirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang