3. Benci Yang Memudar

169 5 0
                                    

Pagi hari pukul 7 pagi kila yang sudah rapi hendak turun untuk sarapan, namun mamanya sudah memanggil untuk segera turun. Sesampainya dia dibawah, ia tercengang melihat barra yang ikut sarapan di meja makannya.

"kerja kila bagaimana nak"

"kila bekerja dengan baik, cekatan, rajin saya suka cara kerjanya om" terang barra

"ayo sini sayang" panggil hilya yang melihat kila sudah berada di anak tangga paling bawah

"bapak kok ada di sini?"

"ucapin dulu selamat pagi, Maafin kila ya nak barra"

"tidak apa apa tante, wajar jika kila kaget. Tadi malam saya tidur di rumah saya sendiri ternyata searah dengan rumah kamu. Jadi sekalian saya mau ngajak kamu berangkat bareng"

"oh jadi kamu sudah punya rumah sendiri, jadi kalo nikah udah siap rumahnya. Calonnya sudah ada belum"

Barra terkekeh mendengar pertanyaan hilya

"mama udah deh nggak usah macem macem nanyanya"

"calon nya belum ada tante, masih nyari aja ini"

"kenapa sih barranya aja ga papa kok kamu kesinggung. Si kila itu nggak pernah pacaran nak, tante nggak tau dia mau nikah sendiri apa dinikahin nanti haha"

"maa... " wajah kila terlihat kesal

"kila udah punya pilihan kok, tante tenang aja" ucap barra

"wah bos kamu udah deket aja sama kamu, dia banyak tau tentang kamu hahaa"

Mereka semua pun tertawa kecuali kila yang malu setengah mati atas ucapan mamanya yang membongkar rahasianya di depan barra. Selesai sarapan mereka pergi bekerja bersama, namun seperti sebelumnya hanya keheningan yang ada di dalam mobil hingga sampai di kantor.

"dasar bodoh mau maunya aja ngikut barra, masalah kita aja belum selesai. Kenapa hati ini selalu luluh dengannya. ingat kila barra adalah angin,  sekeras apapun kamu mencoba tidak akan mungkin bisa kamu genggam" gumam kila

Saat berjalan barra sengaja menghentikan langkahnya mendadak, membuat kila menabraknya dari belakang.

Bruk

"aww"

"kalo jalan itu juga harus fokus kila, jangan melamun ini masih pagi"

"ya bapak berhenti mendadak"

"jangan berjalan di belakang saya, berjalan di samping saya, di dekat saya, agar saya bisa selalu melindungi kamu"

Merekapun saling menatap satu sama lain, hati kila bergetar karena barra. Barra pun bahagia melihat pipi kila memerah yang menandakan dia sedang malu. Akhirnya bara menggenggam tangan kila menuju tempat mereka bekerja, alhasil itu membuat semua karyawan bergunjing tak henti henti tentang kila.

–––––***–––––

"kenapa sih pada liat kek gitu aneh banget"  banyak karyawan yang ia temui, yang berbisik dan melihat kila seperti ada yang digunjingkan darinya. Dia pun berjalan menuju ruangan bosnya untuk memberikan beberapa file yang diminta barra.

"permisi pak, ini filenya"

"terima kasih killa"

"pak ada yang aneh ya dari saya hari ini? "

"maksudnya? "

"ya kalo bapak liat saya gimana, ada apanya yang aneh"

"ada cinta yang masih abu abu"

Friend As HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang