4. Memaafkan

141 7 0
                                    

"apa kita tidak bisa seperti dulu? " barra menghentikan mobilnya di tepi jalan.

Kila menghela nafas panjang "logika ku berkata tidak, namun hatiku berkata iya. Bukankah ini begitu rumit"

"seperti yang ku rasakan saat itu"

Flasback on

5 tahun yang lalu
"Sebentar lagi gue lulus dan harus pergi ke london, bagaimana dengan kila. Mungkin kah kita masih bisa bersama? Tidak mungkin, dia akan melupakanku. Dia punya banyak teman untuk apa mengingatku, lebih baik aku menghindarinya secara perlahan dengan begitu tidak akan terasa ada yang hilang karena dia sudah terbiasa tanpaku"

––––

"shei gue ngerasa ada yang aneh dari barra, kenapa dia berusaha menghindari gue"

"lo kali yang ngejauhi dia kan temen lo banyak" jawab sheila

"nggak mungkin lah, gue suka sama dia dan rasa ini belum berkurang. Setiap kita ketemu dia ngejauhin gue jawab pertanyaan gue aja enggak"

"mungkin karena dia mau ujian jadi fokus belajar dulu"

Sudah lama hubungan mereka merenggang hingga kila sudah lelah mengejar dan bertanya karena tak ada jawaban dari barra justru dia semakin menghindar.

–––––

"bro lo serius ngejauhin kila, dia suka sama lo itu tulus. Lo tega sama dia, keterlaluan lo" ucap zein

"ya gue harus gimana lagi, lebih baik kek gini. Gue nggak mau dia ngelupain gue karena orang lain, lebih baik lupa karena gue sendiri"

"lo udah nggak waras, lo dateng trus pergi gitu aja. Sadar ibu lo cewek lo sayang kan sama dia, lo nggak mau kan ada yang nyakitin ibu lo. Sama kila juga cewek, dia punya hati yang harus dijaga"

Sejenak barra berfikir, dia sadar dia sudah bersalah pada kila. Dan dia mengirimkan banyak pesan agar kila datang karena hari ini adalah perayaan kelulusannya di sekolah namun tak ada jawaban, ia tetap menunggu kila sampai acara selesai. Hingga esok hari ia berangkat ke london tak ada tanda tanda kila datang menghampirknya. Pupus sudah harapan barra.

–––––

"kil lo yakin nggak dateng? Ini kesempatan terakhir lo ketemu dia" dengan yang nafas tak beraturan

Bibirnya mengukir senyum getir "untuk kali ini gue nggak akan dateng, gue nggak pengen ada di acara bahagianya dia"

"lo yakin bisa nanggung sesaknya hati lo"

"keyakinan gue berasal dari dia, kalo dia nggak yakin ninggalin gue. Gue juga nggak akan yakin biarin dia merayakan ketulusannya tanpa gue. Please gue nggak pengen kelihatan menyedihkan shei"

Flashback off

"hah... ternyata kamu sepicik itu menilai ku" ucap kila kecewa

"saat itu aku tidak bisa berfikir dengan benar kila maafin aku"

"dulu dengan bodohnya aku berlari mengarahmu, sedangkan kamu mengarah menjauhi ku"

"aku mengirimkan banyak pesan untukmu berharap kamu balas atau kamu datang, tapi aku menunggu sampai saat ini pun tak ada balasan darimu"

"jadi kamu ngajak aku bicara cuma mau ngomong kamu nunggu balasan pesan dariku"

"iya, itu hal penting bagiku yang kamu abaikan kila"

"bukan hanya kamu yang menunggu ketidak pastian tapi aku juga "

"kamu yang menciptakan ketidak pastian itu sendiri"

"lalu apa yang harus aku lakukan, kalo kamu sendiri tidak mempercayaiku"

Friend As HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang