6. Kembali

135 5 0
                                    

"keluar lah....tenangkan dirimu"

Barra tersenyum getir mendengar perkataan papanya, bagaimana mungkin dia bisa tenang sedangkan kakaknya terbaring lemah. Sebenarnya mereka telah melakuhkan operasi satu minggu yang lalu, dan di nyatakan berhasil. Semuanya berharap fadil bisa sembuh total dari penyakitnya, namun apa yang terjadi hingga kakaknya tak sadarkan diri.

"maaf pak, kami akan melakukan operasi ulang untuk menyembuhkan pak fadil" dengan sedikit membungkukan badannya lalu pergi ke ruangan lain

"ma pa maafin sikap barra, tadi aku emosi"

"iya sayang, kamu harus control emosi kamu. Maafin mama juga ya" memeluk erat anaknya

"sebenarnya apa yang terjadi pa"

"kakakmu mengalami infeksi di sekitar katup yang diperbaiki, kamu jangan khawatir dokter akan menanganinya lebih lanjut"

Barra memejamkan matanya berharap kakaknya bisa benar benar sembuh, dan kembali menemaninya. Iya barra dan kakaknya memang sangat dekat mereka saling menyayangi, mengasihi dan mencintai mereka rela mengalah demi kebahagiaan satu sama lain. Fadil lah yang menjadi panutan barra selama ini, walaupun dia lebih jahil dan pintar berbicara dibandingkan kakaknya.

Fadil sendiri sebenarnya bukanlah anak kandung dari jafar dan salma, saat usianya 2 tahun ia di titipkan oleh ayahnya pada sahabatnya jafar. Ia ingin agar fadil seperti anak lainnya hidup bahagia karena tidak mungkin hidup bersamanya yang sedang mengalami sakit jantung yang parah dan waktunya tak akan lama lagi. Jadi hanya barra lah anak semata wayang jafar dan salma.

–––––***–––––

Empat hari berlalu kila tak mendapat kabar apapun dari barra, dia khawatir terjadi sesuatu di sana, ia pun memberanikan diri menelfon barra.

Barra baru saja keluar dari sebuah supermarket membeli banyak makanan, namun ponselnya berdering. Ia mengangkat telfon tanpa melihat nama penelfonnya.

"hallo"

"hay, apa kabar"

Barra sejenak ingat bahwa ini suara kila
"kila, aku baik bagaimana kabarmu. Pasti kadar rindumu bertambah tinggi"

"apaan sih, kabarku baik. Cuma... "

"cuma merasakan ada yang hilang?, aku akan segera kembali"

"untuk ku? " senyumlah melebar

"tentu, karena kau sudah menyelesaikan pekerjaanku beberapa hari ini. Aku akan segera menyelesaikannya sendiri" canda barra

"gitu yaa" raut wajahnya berubah menjadi datar

"iya begitu, jadi apa lagi yang mau kamu tanyakan"

"hanya itu, ee... Makasih bunganya, sepertinya kau ingin aku memiliki taman bunga mawar lagi" mematikan telfonnya

Barra tersenyum mendengarnya, ia tau mawar adalah kesukaan kila. Dia selalu membawakan mawar untuk kila setiap hari, jadi dia melakukannya lagi sekarang. Agar kila ingat kenangan manis mereka dahulu.

"dasar bodoh, kenapa sih harus bilang kayak gitu ketauan banget kalo nungguin barra pulang lupa nggak nanya lagi ngapain dia disana. Malu malu malu" menutupi wajahnya dengan kedua tangannya

"permisi"

Menurunkan tangannya "iya, dengan siapa ya"

"masak lupa sih kil,  gue zein temennya barra"

"ohh iya kak zein udah lama kali kak nggak ketemu lupa"

"iya elu mah ingetnya barra mulu, nggak usah panggil kakak zein aja kita lo gue biar akrab. mana tu anak"

Friend As HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang