"Karena sesungguhnya orang yang baik itu tidak pernah memanfaatkan kebaikan orang lain."
-Mala Arinda Julia-
-----
Mala terbangun dari tidurnya. Ia meringis sambil memegangi paha kanannya. Rasa sakitnya masih belum juga reda. Sekarang bagaimana ia akan pergi ke kampus?
Mala meraba-raba nakas untuk mencari ponselnya. Dengan segera, ia menghubungi Adnan.
Terdengar nada sambung di balik ponselnya itu. Berselang 5 detik, panggilan pun terhubung.
"Halo Nan.."
"Iya, Mal"
"Nan, kayaknya aku gak bisa ke kampus hari ini. Kaki aku sakit banget, gimana yah?"
Sebenarnya jika sudah di kampus, Adnan pasti bersedia membantunya memapah seperti kemarin. Tetapi, yang Mala pikirkan dari kost-an menuju jalan raya. Karena cukup jauh jika jalan kaki seperti biasa. Apalagi dalam keadaan seperti ini akan membutuhkan banyak waktu. Rencana Mala membeli kruk pun, terhalang oleh uang dan waktu. Ditambah lagi, ia tidak tahu kemana ia harus membeli tongkat kruk yang ia butuhkan.
Semua jadi semakin sulit, saat kita minim pengetahuan.
"Tapi Mal, Ppsmb kan wajib diikuti. Kalau pun kamu sakit, kamu dateng aja dan nanti biar aku bantu ngomong sama senior."
Mala berpikir sejenak. Apa yang dikatakan Adnan memang betul. Orang lain tidak tahu bagaimana keadaannya, bagaimana mereka bisa memaklumi sementara yang mereka pikir adalah Mala hanya mengalami cedera kecil?
"Tapi Nan, aku kewalahan jalannya." Mala berterus terang.
"Kamu tenang aja, biar aku jemput kamu sampe kost-an."
"Yah Nan, aku ngerepotin kamu lagi." keluh Mala dengan napas berat.
"Udah santai aja ya, bye!"
Adnan memang sahabat yang baik. Di satu sisi Mala bangga memiliki sahabat sepertinya. Namun di sisi lain, ia juga merasa tak enak hati terus-menerus menerima bantuan dari lelaki itu. Mala sudah terbiasa hidup mandiri. Sehingga ia merasa asing saat mulai sering merepotkan orang lain.
Mala bergegas mandi dengan segera. Walaupun lututnya sedikit sakit terkena percikan air, ia tetap melakukannya. Daripada penampilannya menjadi tidak menarik hanya karena luka semata. Lebih baik menahan rasa sakitnya. Kemarin, Mala bisa menahan rasa sakitnya demi mengejar Febri, kenapa sekarang tidak? Lagipula setahu Mala, luka akan cepat sembuh jika Mala rajin membersihkannya.
Teet..teet..
Terdengar suara klakson mobil dari luar, ketika Mala sedang memoleskan make up ke wajahnya. Segera ia menghentikan kegiatan mempercantik diri, agar Adnan tidak terlalu menunggu lama.
"Adnan, kamu nunggu di sini?" tanya Mala saat melihat Adnan duduk di teras.
"Iya, emang kenapa?" Adnan balik bertanya.
"Gak pa-pa, cuma kirain aku, kamu nunggu di dalem mobil." sahut Mala.
Adnan berdiri seraya menghampiri Mala yang menatapnya di ambang pintu.
"Gak mungkin lah aku nunggu di sana, aku bakal bantu kamu sampe masuk ke mobil. Tadi aku mencet klakson cuma ngasih kode ke kamu kalo aku udah nyampe." ujar Adnan sambil mendekat dan mengaitkan lengan Mala ke tengkuknya, seperti kemarin.
"Ayo.." ucapnya mengejutkan Mala.Mala segera tersadar dari keterpakuannya.
"Oh iya." ia pun melangkah.
Selama perjalanan mereka hanya diam. Ini suasana yang paling disukai Mala. Dimana ia bisa dengan bebas melayangkan pikirannya. Dengan pandangan menikmati jalanan. Hingga Mala tersadar ketika mobil Adnan berhenti tepat di depan rumah sakit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengejar Cinta (Complete✔️)
RomanceDilarang memplagiat! Hak cipta dilindungi undang-undang. © Copyright, 2019 Mala Andira Julia tergila-gila pada seorang mahasiswa tampan bernama Febri Bastian. Dua tahun lamanya ia memendam perasaan tersebut, sampai akhirnya ia menyerah. Demi memenuh...