Kim Doyoung - football

1.5K 213 46
                                    

"Woi cepet rebut bolanya," lagi
"eee ayo gol-in gol-in!!"

Sorak sorai suara anak-anak komplek di sore hari memenuhi lapangan.

Seperti biasa lapangan pinggir jalan raya milik RT 13 dipadati anak-anak komplek. Hari ini pertandingan antara RT seberang, RT 12 dengan RT 13.

Doyoung, Kim Doyoung, ikut berpartisipasi dalam pertandingan ini. Terbawa euforia pertandingan, nafsu, Doyoung makin semangat mencari kesempatan untuk merebut bola.

Doyoung berhasil ngedapetin bola terbawa semangat Doyoung menggiring bola menuju gawang, teriakan makin kencang,

"DOYOUNG AYO DOYOUNG!"
"DOOY AYO DOY GOL-IN!"
'YOUNG SEMANGAAT!!"

Doyoung berada sekitar 4 meter di depan gawang, kaki sebelah kanannya langsung nendang bola kencang-kencang.

Bola bahkan melambung tinggi, lebih tinggi dari gawang.

Si kiper terbengong-bengong mencari bola, sorak sorai penonton mendadak berhenti, beberapa pemain bahkan berjalan menuju Doyoung. Senyum Doyoung ilang.

"Doy, bolanya mana?"

JDUK

Bunyi agak kenceng kedengeran. Beberapa penonton berbisik.

"Masuk kesana." kata Doyoung santai, padahal sebenernya dalem hati deg-degan.

Bola yang ditendangnya masuk ke daerah tanah perkuburan yang udah lama ditutup ntah karena apa. Doyoung gatakut hantu atau setan, yang Doyoung takut tulisan

'AWAS ADA ANJING'

yang digantung di tembok pembatas yang tingginya 2 meter.

"Santai eh ada bola cadangan." Seungcheol nendang bola masuk ke lapangan, semuanya kembali hype dan berteriak.

18:50

Setelah pertandingan selesai dengan kemenangan telak RT 13, mereka ga langsung pulang, ibu Minsik nyempetin order fast food buat anak-anak yang main bola tadi, bahkan anak RT 12 juga.

"Btw, nanti pulang anterin gua ya Doy." kata Jinseok

"Iya kalem, rumah lu deket sama tembok pembatas kan? Sekalian gua ambil bola." Kata Doyoung

.
.
Doyoung pov

Gua memantapkan langkah kaki gua deketin tembok pembatas tadi.

"Seok, kalo lo mau pulang duluan, ya duluan aja gak apa-apa."

Jinseok natap mata gua lurus, "Seriusan? Doy gua mau balik ke rumah Minsik, kunci rumah gua ketinggalan."

"Yaudah. Nanti balik lagi kesini, kalo gak ya gapapa juga sih." Gua langsung ninggalin Jinseok jalan ke tembok pembatas bagian timur, nyari celah buat masuk ke dalem sana.

.
.
.
Badan gua gemeteran, setelah Jinseok ninggalin gua tadi gua sekarang sendirian di dalem sini. Nafas gua tercekat begitu inget cerita-cerita yang beredar di kalangan warga rumah gua.

Dulu, katanya lahan kosong ini tempat pembantaian, waktu dibangun makam, makamnya dibangun acak di kira-kira ada dimana jenazahnya.

Glup

Gua menelan ludah gua bulet-bulet. Berusaha ngerubah pikiran. Mending gua mikirin tugas Bahasa Inggris gua yang belom kalo kayak gini mah.

Setelah berkeliling lahan pemakaman ini kira-kira 15 menit, gua pun akhirnya nemu bola yang tadi gua tendang.

Begitu gua ngebungkuk ngeraih bola, idung gua nyium bau kemenyan. Gua mulai tegang. Angin berhembus kencang, dari belakang kedengeran suara bisik-bisik.

Gua pun langsung nengok, tapi ketakutan gua ilang. Ternyata itu Jinseok, Minsik, Seungcheol.

"Ah elo kirain siapa njing gua udah panik." Kata gua kasar.

"Kalian ngapain?" Lanjut gua

"Ini ngambilin bola," kata Jinseok sambil ngelempar bola ke arah gua.

"Yes, thanks bro." Tiba-tiba penciuman gua mulai diganggu bau melati dan mawar.

Dan alangkah terkejutnya gua, begitu ngeliat bola yang gua pegang dengan seksama, itu

kepala.

Berambut.

Bermata merah.

Kulit wajahnya ngelupas.

"AH ANJING!!" Kata gua reflex kasar sambil ngelempar kepala yang gua pegang.

Begitu gua lari sekenceng mungkin, gua baru sadar kalo Jinseok, Minsik, Seungcheol tetep di tempat tadi.

Gua pun cuma teriak, "WOI BANGSAT LARI LAH GOBLOK!"

Tapi, gua bener-bener mau ngapus ingatan gua tentang ini.

Jinseok, Minsik, Seungcheol berdiri dengan tanpa mata, kulit terkelupas, dan berlumuran darah, bahkan Seungcheol gapunya jari-jari dibagian tangan sebelah kiri.

Jinseok menjulurkan lidahnya, lidahnya panjang, sampai dadanya. Kuku-kukunya menghitam. Minsik berdesis mengeluarkan suara aneh.

Gua ngebuang muka dan lari terus, tapi gua takut adalah, kenapa gua gak sampe-sampe ke tembok pembatas? Lidah gua kelu gabisa teriak.

Sampe akhirnya kaki gua nginjek ekor.

Ekor?

Iya ekor anjing.

Fak.

Dan gua lari makin kenceng karena di kejar anjing.

Tapi nyatanya karena di kejar anjing inilah gua berhasil nemuin sela-sela awal gua masuk ke lahan ini.

Gua menarik nafas - tarik -hembus - tarik - hembus.

Jinseok tiba-tiba ada di depan gua sambil ngernyit.

"Kenapa?"

"Gak papa. Ini lo beneran kan?"
"Iya gua baru balik dari rumah minsik."

.
.
.

Beberapa minggu kemudian, gua baru tau, faktanya saat gua nendang bola, bola itu keselip ke dalem salah satu batu nisan yang udah keropos. Dan hari itu gua juga ngelanggar banyak peraturan, mulai dari berisik sampe kata-kata kasar.

Horror Series | NCT [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang