Happy Reading
Ruangan bernuansa putih dengan desain tradisional Jepang itu terasa sepi, hanya ada suara dentingan alat makan. Hinata berserta ayah dan adiknya tengah menikmati makan malam mereka, tidak seperti ayah dan adiknya yang makan dengan hikmat Hinata hanya menatap makanannya malas sambil memainkannya dengan sumpit. Hiashi menatap Hinata, dia menghela nafasnya kasar, lalu menaruh sumpit yang di peganganya.
"Apa makanannya tidak sesuai dengan selera mu?"
"Huh?, tidak aku hanya sedang tidak nafsu makan saja"
"Sebaiknya kau makan yang banyak, karena besok kau akan melakukan perjalanan panjang" Hinata mengangguk lalu melahap makannya walaupun terpaksa.
Perjalanan panjang yang dimaksud adalah keberangkatan Hinata ke China, ayahnya mempercepat jadwal keberangkatannya, tentu saja terjadi pertikaian antara ayah dan anak itu, bahkan Hinata tidak diperbolehkan memberi kabar kepada teman - temannya itu.
"Maafkan aku" ucap Hiashi tiba - tiba dan Hinata menatapnya bingung begitu juga dengan Hanabi yang berhenti mengunyah makanannya. "Mungkin caraku ini salah, tapi ini demi kebaikan mu" lanjutnya lalu menyudahi makan malamnya dan pergi meninggalkan mereka.
"Otousan " ucap Hinata lirih.
"Onee - san" Hanabi buka suara. "A-aku tidak ingin kau pergi, aku kan sendiri dirumah ini, aku tidak suka!" lanjutnya terlihat air mata yang turun dan membasahi pipinya.
Hinata menghampiri adiknya itu lalu membawanya kedalam pelukan hangat Hinata, Hanabi memeluk kakaknya itu erat, menenggelamkan kepalanya di dada Hinata.
"Aku juga, tapi kau dengar kata otousan, ini demi kebaikan, lagipula aku kesana untuk belajar bukan pergi untuk berperang" Hinata menghibur Hanabi, adiknya itu tertawa kecil.
Hanabi melepaskan pelukannya. "Berjanjilah kau akan selalu menghubungiku" Hinata mengangguk lalu mengusap kepala Hanabi tidak lebih tepatnya mengacak - acak rambut adikknya itu.
Waktu menunjukan pukul sembilan malam, saat ini Hinata berada dikamarnya, dia tengah sibuk mengepak pakaiannya, Hinata menatap keluar jendela, rasanya sangat menyakitkan, dia tidak bisa menghubungi teman - temannya dan juga kekasihnya Naruto. Hinata menyentuh dadanya, jantungnya kini berdebar sangat cepat, rasanya sangat menyakitkan.
"Kaa - san aku harus bagaimana?" ucapnya lirih.
Jika saja handphone dan laptop nya tidak disita oleh ayahnya, mungkin sekarang dia bebas untuk menghubungi teman - temannya itu. Hinata menghempaskan dirinya ke kasur menimpa wajahnya dengan bantal, dia tidak menyadari ada seseorang yang memperhatikannya dibalik pintu kamar Hinata yang sedikit terbuka. Hanabi adiknya itu terlihat cemas dengan keadaan kakaknya.
"Pasti ada yang bisa aku lakukan" ucapnya lalu pergi berlari menuruni tangga.
Sesampainya di tempat tujuannya, dia berjalan pelan lebih tepatnya mengendap - endap, dia membuka shoji atau pintu geser tradisional itu pelan, terlihat ayahnya yang tengah duduk di atas tatami sambil menikmati segelas teh hangat.
Hanabi mengamati ruangan ayahnya itu dengan teliti, padangannya terkunci saat melihat benda pipi di atas meja jauh dari ayahnya, handphone, pasti itu handphone kakaknya, bagaimanapun dia garus mendapatkan benda itu, itulah yang ada dipikirannya.
Hanabi hampir saja berteriak karena merasakan tepukan di pundaknya, dia menoleh kebelakang dengan pelan dan mendapati pelayannya yang menatapnya bingung, Hanabi langsung meletakan jari telunjuknya di depan bibir, mengisyaratkan agar tidak berisik, pelayan itu hanya mengangguk patuh.
"Nona Hanabi sedang apa?" bisik pelayan itu.
"Kau sendiri sedang apa?, kenapa ada disini?"
"Tuan Hiashi menyuruhku mengambilkan ini" ucap pelayan itu sambil memperlihatkan nampan yang diatasnya terdapat beberapa potong kue.
"Anu aku butuh bantuan mu"
"Katakan saja nona"
"Bisakah kau mengambil handphone milik kakak di atas meja" Hanabi memohon dengan wajah memelasnya membuat pelayan itu tidak sanggup menolaknya, bahkan pipinya merona karena ulah Hanabi.
"Baiklah nona tunggu disini" ucap pelayan itu lalu masuk ke ruangan yang ditempati ayahnya itu.
Hanabi bersandar pada dinding kayu menunggu keluarnya pelayan itu, tidak sampai memakan waktu 3 menit pelayan itu keluar lalu berlari kecil kearahnya, pelayan itu diam - diam memberikan benda pipih itu kepadanya. Hanabi berbinar menatap benda pipih itu.
"Terimakasih banyak, ini rahasia kita oke"
"Sama - sama nona"
Hanabi berlari menaiki tangga menuju kamar Hinata, dia membuka pintu keras membuat Hinata yang tengah terbaring meringkuk terkejut dan merubah posisinya menjadi duduk.
"Onee - san, apa yang sedang kau inginkan sekarang" ucapnya dengan kedua angan dibelakang, menyembunyikan handphone milik Hinata.
"Menurutmu benda moderen apa yang bisa di gunakan untuk mengirim pesan jarak jauh?"
Hanabi tersenyum lalu mengeluarkan benda itu lalu menunjukannya tepat di depan wajah kakaknya. "Apa benda ini" ucapnya sambil mengoyang - goyangkan benda itu.
"Handphone ku, dimana kamu menemukannya" Hinata mengambil handphone itu. Hanabi berjalan lalu duduk disampingnya.
"Kau berhutang kepadaku" Hinata menatap adiknya jengkel, sealu saja seperti itu, dia menghela nafasnya lalu megusap kelapa adiknya.
"Apa yang kau inginkan?"
"Aku akan menggunakan keseampatan itu untuk nanti"
"Baiklah, terimakasih banyak"
Hanabi hanya memberikan jempol nya lalu membaringkan tubuhnya di kasur Hinata. "Malam ini aku akan tidur dengan nee - san" ucapnya lalu menarik selimut, Hinata hanya terseyum sambil mengelengkan kepalanya.
Dia memainkan menyalakan handphone nya, menekan ikon dilayar dan mulai mengetikan sesuatu, saat ini dia merasa labil, dia mengirim pesan ke tiga kontak, Sakura, BakaSuke dan Naruto dengan emoji hati di belakangnya, belum ada balasan mungkin mereka sudah tidur, mengingat waktu sudah menunjukan pukul sepuluh malam.
"Selamat malam, Sakura, Sasuke" Hinata menatap salah satu kontak dihandphonenya lama. "N-naruto - kun" lanjutnya lirih, lalu membaringkan diri disamping Hanabi yang sudah tertidur pulas.
.
.
.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
MY HEART IS BEATING
FanfictionChapter completed ------------------------------- Kenapa jantungku selalu berdebar-debar saat kau berada didekat ku Naruto - kun? - Hyuga Hinata - Tetaplah disini Hinata, disampingku jangan pergi kumohon! - Uzumaki Naruto -