Part 12

1.4K 40 0
                                    

Zahra's POV

Seperti biasa, jika sedang tidak ada aktivitas aku selalu membiasakan diri mengurung dikamar. Duduk di pinggir ranjang.

Aku memegang hpku, sambil terus melihat pesan yang kemarin-kemarin. aku penasaran, jika ini benar dari sandi? Lalu maksudnya apa dia ngirim pesan tentang rindu? Jika memang dia rindu padaku, bukankah setiap hari kita bertemu di kelas?

Oh,iya! Bukankah tadi aku sudah mengisi pulsa? Baiklah, Aku balas saja pesan yang kemarin sekarang. Jika ada balasan aku akan menelponnya untuk sekedar memastikan apakah dia benar sandi.
Aku mulai mengetik pesan singkat.

"Sandi ?" Kataku, jika ada balasan iya?, Berarti ini benar sandi.

Sudah cukup lama aku menunggu, tapi mengapa belum ada balasan sama sekali? Baiklah, aku akan mulai menelponnya saja.

Tuuuuut..tuuuuut
Terdengar nada sambung, tapi tidak diangkat sama sekali. Kenapa?

Ah sudahlah, jika dia memang sandi, lalu apa peduliku padanya? Biarkan saja! Tidak penting ini.

Perasaan ku!!!! loh, kenapa ini? Kenapa perasaan ku seperti pada saat aku sedang di taman bersama Diana? Benar, aku merindukan kak Zainal. Kemana dia? Sudah beberapa hari aku tidak melihat sosoknya disekolah. Mengapa aku bertanya pada Diana pun dia seolah tidak mengetahui apa-apa? Padahal dia sepupunya bukan?
Ya Allah, aku sungguh merindukannya. Meskipun ini terdengar sedikit lebay, tapi apa boleh buat? Hatiku memang merindukan nya.

Sudah waktunya sholat isya, akupun segera menggerakkan kakiku ke kamar mandi, untuk sekedar mengambil air wudhu. Setelah itu aku menyegerakan sholat.

Di atas sajadah, aku bersujud.
Dalam hati ku sebut-sebut namamu.
Di atas sajadah, ku angkat kedua tangan dan ku berdo'a padaNya.

Ya Allah, Ya Tuhan ku....
Engkau menciptakan rasa cinta dihatiku untuk dia. Dan ku harap engkau juga menciptakan rasa cinta dihatinya hanya untukku.... Aamiin

Aku tau, aku salah. Aku berdo'a pada Allah hanya untuk meminta, seperti nya aku memaksa. Namun apa daya! Diri ini sangat merinduinya. Maafkan aku.....

Tok tok tok,

Sepertinya itu ibuku yang mengetuk pintu kamar. Dengan mukena yang masih tergerai dibadan, aku menghampirinya dan segera kubuka pintu.

"Ada apa mah?" Tanya ku, ibuku menjawab "kamu belum makan, ayo kita makan dulu" ajaknya padaku. Akupun mengangguk, dan segera ku buka mukenaku, ku lipat rapih dan kusimpan dalam sajadah kemudian kugulungkan. Dan beranjak ke ruang makan untuk makan bersama mamah dan bapakku.

Sedari tadi aku makan tanpa berbicara, entah kenapa perasaan ku sekarang ini sangat tidak karuan. Sendok dan garpu aku pukul-pukul pada piring beling nya. Aku benar-benar risau. Bisa-bisanya aku merindukan seseorang sampai seperti ini. Aku tidak mau seperti ini, ini sungguh membuat ku kesal...!!!!!!!!

Dengan tak sadar ternyata sedari tadi mamah dan bapakku memperhatikan ku. Gawatt!! Pasti bapak bakalan mikir yang engga-engga. Dan benar saja dugaanku.

"Zahraaa!!! Kenapa makannya digitu-gitu!!!" Teriak tegas bapak sampai-sampai mengagetkan mamah dan tentunya aku, serta membuat kabur lamunanku secara cepat

Y o u n g  M a r r i e dTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang