|X|

5.9K 534 84
                                    

.
.
.

[Past]

.
.
.

Dengarkan pepatah lama, buka mata dan telinga, nikmatilah petikan kecapi kuno di bawah panji-panji permata langit yang bersinar. Ketika pedang terhunus menampilkan tarian mengerikan yang indah, sang Kaisar mengamuk karena merasa dikhianati. Dibalik balutan kain sutra berwarna hitam, bersulam lambang para dewa, naga emas yang perkasa. Seluruh mata tunduk, bahkan melihat ujung jari kaki laki-laki pilihan dewa pun mereka tidak berani. Mungkin sudah saatnya sang naga yang agung pergi dari muka bumi, pemerintahannya akan dia hapus dari sejarah kerajaan yang terhormat.

Beliau masih menggenggam pedang mengkilat itu, matanya berubah kelam saat mengetahui ada pemberontakan yang terjadi di dalam istananya yang kejam. Kaisar bersumpah dihadapan para imam besar yang menjaga keempat pusaka, "Aku bersumpah dihadapan kalian, kaki tangan dewa yang berkuasa! Di kehidupan selanjutnya, semua orang yang berada di tanah berdarah ini akan berlutut dan mencium kakiku dengan memohon ampun! Kalian sudah membuat keturunan pilihan dewa mengamuk! Ingatlah hari dimana aku mati bersimbah darah, disitu kutukan akan terikat pada keturunan kalian selamanya!"

Mereka yang mendengar ucapannya, sujud hingga dahi menyentuh lantai kayu itu, dan berkata,  "Yang Mulia! Ampuni lah kami dan keluarga kami! Tolong tarik kembali titah, Yang Mulia! Berikan kami belas kasihmu lagi!" Sangat disayangkan, waktu tidak akan kembali, semua yang terjadi biarlah terjadi, kutukan yang keluar dari mulut seorang pria dewasa itu sudah tidak akan pernah ditarik kembali. Satu kata yang akan membuat kerajaan yang dia bangun ini hancur menjadi debu dan tanah seperti sedia kala, "Lenyapkan."

Tepat setelahnya, para ksatria menggendangkan isyarat kehancuran, membuat mereka yang kaisar percayai langsung membumi hanguskan kota-kota beserta isinya. Teriakan anak-anak dan wanita menghiasi malam yang kejam itu, ketika api unggun tidak lagi menjadi penghangat kota di bawah bulan yang tenang, kerajaan itu telah berhias lidah api yang menjulur menggapai langit yang bisu.

Sang kaisar meninggalkan mereka yang masih sujud, pergi mencari kekasih hatinya yang masih berada di paviliun tengah. Disana, beliau melihat siluet sang dambaan hati duduk dan memainkan kecapi dengan merdu sembari bersenandung pelan. Rambut hitam mengkilat yang terurai hingga bersentuhan dengan lantai kayu--berhiaskan hiasan rambut emas hadiah Kaisar. Disekitarnya terasa damai, sinar bulan terpancar menerangi sang ratu bersama angin semilir membawa bunga sakura berguguran.

Tangan yang gesit itu tiba-tiba terdiam, membuat alunan melodi ikut berdiam. Helaan nafas dia keluarkan dari bibir kemerahan miliknya, merasakan kehadiran seseorang yang bersembunyi di balik pohon rindang. Laki-laki cantik itu langsung berdiri, matanya yang jernih menatap lurus ke arah kaisar yang sedang mengaggumi. Senyuman terindah yang pernah ada, dia tunjukan di depan suaminya,"Kau datang menjemputku, Yang Mulia."

Perlahan, kaki milik kaisar mendekati sang permaisuri. Mereka bertukar pandang, saling memuji satu sama lain jauh di dalam lubuk hati. Kaisar hanya memeluk pendamping hidupnya dengan erat, beliau berbisik di sebelah telinga permaisuri, "Aku minta maaf, sayangku. Maafkan rajamu yang lemah ini, Jimin." yang berada di dalam pelukan hangat Kaisar hanya menggeleng pelan, membalas dengan suara penuh damai hingga dapat menjinakkan naga agung yang sedang murka, "Kau sudah memberikan yang terbaik, Yoongi. Jangan meminta maaf, ini bukan salahmu. Aku sudah siap menghadapi kenyataan, bawalah diriku kemana pun engkau pergi, rajaku. Jimin yang bodoh ini hanya milik Yang Mulia sepenuhnya."

Beliau langsung menggendong Jimin, membawa tubuh mungil itu naik ke atas pelana. Kini, Kaisar berada di belakang pria cantik itu, hidungnya menghirup wangi semerbak dari pujaan hatinya. "Kau selalu wangi," sambil terkekeh, Kaisar Yoongi mencium leher mulus Jimin. Jeritan neraka terdengar dari kejauhan, menyadarkan keduanya dari percumbuan singkat itu. Tanpa basa-basi, Kaisar langsung menghentakan kuda, membawa pergi Jimin jauh dari ibu kota. Satu kalimat yang membuat kaisar terdiam, "Biarkan aku melihat untuk terakhir kalinya."

Myth | YoonMin | MafiaAu [DISCONTINUED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang