.
.
.
.
[Dream]
.
.
.
.Keheningan adalah kunci kebahagiaan. Tinggalkan segala macam rutinitas membosankan, lalu rasakan, ketika alam berusaha menyapa dan menenangkan. Berhenti sejenak, buanglah pikiran negatif dari benak. Arahkan wajahmu dan mendongak, tataplah langit malam yang berdiri tegak. Ketika puluhan bintang yang samar terlihat dari kota, memberikan sedikit penguatan bagi mereka yang terluka. Tunggu, luka? Oh, sepertinya semesta berpihak pada namja mungil yang mengurung dirinya. Ayo mendekat, kita mengintip perlahan!
Aigo, pantas saja alam berbisik padaku, kali ini pemain utama dalam dongeng kita sedang sesegukan meratapi dua bingkai foto. Ingat saat kukatakan bahwa Jimin kehilangan eomma-nya? Astaga! Sepertinya kita salah waktu, coba kulihat tahun berapa sekarang. Mungkin ada kesalahan teknis tadi ketika kita berpindah ruang dan waktu. Hahaha, maafkan aku, ternyata kita salah masuk portal dimensi! Aku memberikan dua pilihan pada kalian, mau tetap tinggal atau--, oh oke, kalian mau tinggal. Hey! Jangan mendekati Jimin, kita tidak boleh mengambil bagian di masa lalu!
Terlambat. Jimin mendongak menatap puluhan bola-bola cahaya yang melayang di sekitarnya, sepasang mata hazel indah menatap penuh harapan, dan senyumnya merekah penuh kebahagiaan. Baiklah, kalian menang, dan jangan menatapku dengan pandangan seperti itu. Aku mendaratkan kaki di depan pintu, lalu Jimin sempat terkesiap saat dia sadar akan kehadiranku. Dengan cepat dia mengusap kedua pipinya, berusaha menghapus jejak air mata. "M-maaf? Kau siapa?" tergagap, siapa yang tidak kaget jika melihat orang asing di dalam kamar? Oh ayolah, kalian memang jahat padaku.
Piii!
*Jiminiee!*Jimin mengangkat sebelah alisnya, dia mendengar salah satu bola cahaya berbicara. Buru-buru aku menarik dan menutup bola cahaya yang satu itu, astaga, kalian jangan ikuti yang satu ini oke? Kita tidak boleh bicara di depan Jimin. "Kau siapa? Dan apa ini?" sekali lagi dia bertanya sambil menunjuk bola-bola cahaya(re: kalian). Aku berada diambang pilihan sekarang, haruskah aku bicara atau tidak? Sebagai pendongeng, aku memang tidak ingin untuk berinteraksi dengan si pemain utama, bisa-bisa nanti terjadi kesalahan dan masa depan berubah total.
Piii, piii pii!
*Udah sih, ngomong aja!*Yak! Aku yang membawa kalian kesini, sudah diamlah. Kembali, aku menutup satu bola cahaya lagi, jangan sampai yang lain juga ikutan. Baru saja aku berharap, kalian mulai berisik. Kamar Jimin dipenuhi oleh suara 'piii' yang tidak kunjung berhenti,"Aku Andromeda." Bagus, kalian sudah diam, sekarang biarkan dia memberikan respon. "Nama yang aneh, kau bukan dari Korea Selatan?" Jimin kembali bertanya, aku mengangguk. "Kau--, yeoja atau namja?" dia menganalisa dari ujung rambutku sampai ujung kaki, aku menjawab,"Aku tidak memiliki rupa tetap, tergantung imajinasi mereka yang melihat."
"Lalu? Kenapa kau bisa di kamarku?" Jimin menatap was-was, aku hanya menjentikkan jari, lalu dua bingkai foto itu melayang di udara. "K-kau siapa sebenarnya? Bagaimana--," belum selesai dia bertanya, daripada memperlama waktu, lebih baik aku memperkenalkan diri,"Aku Andromeda, si pelintas waktu dan pembawa mimpi. Beberapa menyebutku penyihir, maka benar, aku adalah sihir itu sendiri. Tidak sedikit juga yang memanggil ku si pendongeng, dan benar adanya, aku adalah dongeng yang menemani malam sebelum bermimpi. --
"Sedikit dari mereka berharap bahwa mimpi bukanlah ilusi, ketimbang terdengar seperti pembohong lebih baik gunakan kata imajinasi. Ketika jiwa-jiwa kecil mencari, maka aku yang akan datang menghampiri. Terlebih saat hati bersedih, aku berada di samping dan menemani. Jiwa yang mendamba, kubawa pergi melintasi berbagai dimensi. Mereka yang lelah dengan realita, lebih baik kuajak berjalan di bawah naungan mahkota bintang-bintang, sebelum kuberikan beberapa solusi untuk problematika yang mereka hadapi di kehidupan nyata. --
KAMU SEDANG MEMBACA
Myth | YoonMin | MafiaAu [DISCONTINUED]
FanfictionStart- 09 July 2018 Apa yang harus kutulis di kolom deskripsi? Sepertinya aku lebih menyukai saat kalian sendiri yang menarik diri untuk membuka lembaran dongeng manis ini. Jangan lupakan, aku adalah Andromeda sang pengantar jiwa-jiwa kecil ke alam...