.
.
.
.
[Start]
.
.
.
.Terbangkan harapan ini hingga mencapai angkasa, melewati awan putih dan sapuan matahari, sebuah pesawat kertas membawa mimpi untuk disampaikan pada nirwana. Kibaran anggun dari ujung kain sang penari sangat memabukkan, keringat menyilaukan kulitnya. Setiap gerakan adalah emosi yang menunjukan ekspresi. Hentakan yang kuat namun membawa kehalusan di dalamnya, dan biarkan angin membawa doa ini hingga di dengar oleh Sang Pencipta. Tangan menggapai langit, lalu digenggam dan dihempas jatuh ke lantai granit. Tangisan jiwa dan keletihan raga, manusia butuh mengistirahatkan pikiran mereka.
Musik berhenti dipertengahan, dan tubuh Jimin langsung kaku mendadak--melupakan gerakan selanjutnya. Pelayan kepercayaan Yoongi muncul dari pojok membawa beberapa pelayan wanita. "Tuan muda, maaf atas kelancangan kami. Tapi tuan butuh istirahat, luka di bahu anda belum sembuh total," dengan sopan pria itu membungkuk, tidak berniat menatap calon pemilik kediaman. Matahari mulai menyingsing dan sejak kepergian Yoongi tadi malam, manusia berambut perak itu sama sekali belum kembali. "Ada apa?" tidak berniat melanjutkan tariannya dibawah pohon sakura yang belum berbunga, Jimin memilih duduk di bangku dekat kolam koi sambil menikmati gemericik air. Senyumnya samar.
"Tuan Besar Min tidak akan kembali untuk beberapa hari ke depan, beliau menitip pesan untuk tuan muda," pelayan laki-laki itu mengambil selembar handuk untuk diberikan pada Jimin. "Siapa namamu?" yang sedang duduk memperhatikan ikan koi berenang lincah, lalu melirik pelayan tadi. Pria tinggi dengan senyuman hangat itu memperkenalkan, "Kang Daniel, tuan." Anggukan samar dari Jimin dianggap sebagai balasan. Daniel dengan pembawaan yang profesional tidak berniat memperkenalkan dirinya lebih dekat, tapi pikiran itu sirna ketika Jimin bertanya lebih lanjut, "Berapa lama kau mengabdi pada Min?" Setruman neuron mengejutkan Daniel, dari sekian banyak pertanyaan, haruskah itu yang muncul di depan para pelayan wanita lainnya?
Daniel menengok ke samping, "Taruh perlengkapan di meja sana. Lalu tinggalkan halaman ini dan kembali bekerja. Kalian mengerti?" Dengan sinkron mereka mengangguk dan perlahan meninggalkan tempat itu, menyisakan Daniel dan Jimin. Pria Busan berambut blonde menenggakan punggungnya, membenarkan cara duduk dan menatap tajam ke arah Daniel. "Jawab," Daniel hanya tertawa dalam hati, tidak Yoongi, tidak Jimin, dua-duanya terlalu mirip, mendominasi. "Sejak tuan besar remaja, pelayan ini sudah mengabdikan diri nya dibawah pengawasan Tuan Besar Min terdahulu sebelum beliau gugur," jawab Daniel dengan santai tanpa menghilangkan formalitas.
Jimin hanya mengangguk, "Bagaimana dengan pesan yang ditinggalkan Yoongi?" Tanpa bertele-tele, Daniel mengambil memo yang disimpan di balik jasnya. Berjalan beberapa langkah lalu menaruh memo itu di meja kayu dekat tempat duduk Jimin. "Silahkan dibaca, tuan," Daniel mundur sambil menundukkan kepala. Jimin meraih kertas itu, membaca dengan cepat dan tersenyum miring. Samar dan sangat-sangat tersembunyi. "Aku akan pergi ke tempat Jungkook, sekitar dua jam lagi, mungkin?" kertas itu disobek hingga menjadi beberapa bagian lalu dibuang ke permukaan kolam.
Daniel membungkuk paham, "Baik, akan saya siapkan." Pria tinggi itu berbalik meninggalkan halaman, dan Jimin melirik pantulan wajahnya di kolam. Tangan itu menyentuh permukaan, menciptakan gelombang yang tenang, seolah menggeser daun teratai yang menghiasi, tapi segalanya hanyalah ilusi. Gelombang tidak menggeser benda. "Semesta sudah bergerak semu membuka gerbang secara perlahan menuju ketidakpastian," dia berdiri dan pergi.
.
.
.
.-Myth-
.
.
.
.Beberapa pelayan baru masih senang bergosip di tepian tangga, membahas tentang percintaan si pemilik rumah dan lainnya. "Tong sampah berjalan," desis Daniel dalam hati. Dia kemudian menghampiri mereka dengan senyum palsu, "Sepertinya para pelayan terbaik keluarga Min masih butuh pekerjaan baru untuk mengisi waktu luang mereka, iya kan? Dengan berani membicarakan masalah pribadi tuan rumah, kalian seharusnya tahu aturan tidak tertulis kediaman ini." Namanya juga ajudan Yoongi, kalau gak sadis ya palingan rada miring nyerempet ke sinting. Kalau sedang sial, bisa bertemu dengan kombinasi yang lebih sakit, sakit jiwa maksudnya. Misalnya Daniel, bisa-bisanya yang satu ini mengeluarkan "teguran halus" sambil tersenyum tapi tangannya sudah merogoh pistol yang berada di belakang pinggangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Myth | YoonMin | MafiaAu [DISCONTINUED]
FanfictionStart- 09 July 2018 Apa yang harus kutulis di kolom deskripsi? Sepertinya aku lebih menyukai saat kalian sendiri yang menarik diri untuk membuka lembaran dongeng manis ini. Jangan lupakan, aku adalah Andromeda sang pengantar jiwa-jiwa kecil ke alam...