4. Curhat.

461 9 0
                                    

Hari senin, hari kedua puasa aku dan Fauzan masih di rumah mama. Sahur kali ini dirumah mama, ikan bakar, sayur labu dan perkedel jagung. Ah mama sudah tau apa yang aku suka, ikan bakar. Sedangkan sayur labu juga salah satu kesukaan Fauzan. Kami makan dengan sesekali Fauzan dan papa bercerita tentang bola, mama dan aku hanya geleng-geleng kepala melihat mereka berdebat tentang bola.  Sesudah sahur, papa dan Fauzan sudah stand by depan tv.

Huh... Aku tidak mengerti dengan bola sama sekali. Sesekali mereka berteriak pelanggaran, tendangan pinalti, dan tak jarang pula mereka berteriak goal... Yang lebih nyaring dari sebelumnya.

Sedangkan aku dan mama yah, membereskan rumah. Karena tidur pagi bikin badanku sakit semua.

Tak lama, adzan subuh berkumandang. Papa paling sulit di panggil shalat jika sudah berhadapan dengan pertandingan bola, mau tak mau aku mengambil remot di tangan papa dan mematikan tv agar papa mau shalat berjamaah.

" Shalat subuh dulu baru di lanjut nontonnya." kataku, sambil memainkan remot tv.

" iya deh. yuk Zan, kita shalat, papa yang imam."

#####

matahari muncul perlahan, menyebarkan sinarnya pada dunia.

Aku terpaku sesaat melihat sunrise yang subhanallah indahnya. Tidak kalah indahnya dengan bulan purnama semalam.

Kulihat mama sedang asik dengan majalah islaminya, aku menghampiri mama berniat ingin curhat padanya.

" mah....." aku merasa suaraku terdengar lirih dan penuh harap.

" hmmm..." mama mengalihkan pandangannya dari majalah padaku. 

" ak... ak... aku... ingin curhat dengan mama." aku duduk di samping mama.

" mau curhat tentang apa sayang?."

Aku hela nafas berat, merilekskan otot-otot sebelum bicara. Mama menanti dengan sabar, mengelus jemari tanganku dengan sabar.

" bagaimana pendapat mama jika Nuri mengadopsi anak mah?."

Akhirnya bebanku selama empat tahun terakhir keluar. Tak terasa bahuku berguncang, mencoba menahan tangis.

" sayang, apa kamu sudah tanyakan pada suamimu ?."

Aku hanya menggeleng pelan.

" Nuri, mama tau bagaimana perasaanmu saat ini. Tapi, sebaiknya kau tanyakan dulu pada Fauzan sayang."

" mah, Fauzan tidak memusingkan hal ini. tapi.... Jika memang Fauzan ingin keturunan, Nuri... Nuri... Insha Allah ikhlas untuk di madu mah."

Tangisku pun pecah, mama memelukku sayang. Rasanya nyaman dipeluk mama atau ibu jika dalam keadaan lemah seperti sekarang.

" mama akan terima walaupun kamu mau adopsi sayang. Mama akan anggap dia sebagai cucu mama."

" mah..." kueratkan pelukanku pada mama, tak peduli jika hijabku basah.

" sayang..." mama melepas pelukannya. " bagaimana jika kamu dan Fauzan honeymoon lagi."

" untuk apa mah?."

" siapa tau kamu butuh refreshing sedikit."

" insha Allah mah, kalau Fauzan tidak sibuk mengajar."

#####

Perasaanku sudah cukup lega dengan curhat pada mama tadi.

Hari tak terasa sudah sore, aku dan Fauzan harus pulang, karena besok Fauzan harus ke kampus.

M. Rizan HanifTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang