13. Muhammad Rizan Hanif.

2.3K 6 0
                                    

Kehamilanku sudah memasuki bulan ke sembilan, ya Allah betapa bahagianya hamba akhirnya Engkau karuniakan seorang penerus keluarga kami, yang sudah memasuki bulan ke sembilan.

Prediksi dokter katanya seminggu lagi bayiku akan lahir.

Hari ini Fauzan harus lebih cepat ke kampusnya karena ada rapat pukul tujuh pagi.

Aku yang sedang bersih-bersih rumah, merasakan tendangan dari bayiku.

" hai sayang, kamu lagi apa di dalam?. Udah enggak tahan di dalam yah sampai tendangannya lebih kuat dari biasanya. umi bersih-bersih rumah dulu yah..." aku begitu senang mengelus perut yang semakin besar.

Aku ingat saat Fauzan bilang aku makin cantik saat hamil tua. Ah, malu deh walau suami sendiri yang bilang.

Tiba-tiba perutku terasa mulas lagi, tetapi lebih hebat dari biasa.

" sayang, kamu udah mau keluar yah ?? kita telfon abi dulu yah, kamu sabar yah nak..."

Lantas aku dengan menahan sakit perut berjalan ke kamar meninggalkan pekerjaanku untuk menghubungi Fauzan. 

Lama telfonku diangkat olehnya, ketiga kalinya aku telfon dan membaca basmalah sebelum menempelkan penselku di telinga.

" Assalamualaikum umi,"

" alhamdulillah di angkat juga abi. Awaalaikumsalam. ABI........... Perut umi sakit.... Sepertinya udah mau lahiran deh, abi cepat yah, perut umi udah enggak tahan abi. Assalamualaikum."

Aku tau Fauzan khawatir di seberang, maaf abi... Tapi ini memang sakit banget abi hati-hati di jalan.

Ku rebahkan diriku di tempat tidur, berharap akan hilang sakitnya secepat mungkin.

######

" sayang, umi... Bangun." ku dengan seseorang memanggil namaku, aku mengerjapkan mata. Ya Allah, ternyata hamba tertidur.

" eh, abi. Maaf, aku ketiduran."

" ya udah, sebaiknya kita ke rumah sakit sekarang yuk, takutnya ada apa-apa sama kamu dan Rizan."

" iya..." akupun bangun dengan hi bantu Fauzan.

" gamis umi sampai basah gitu."

" iya abi. Padahal, tadi sakit bangeh dan berharap nyerinya hilang."

" mungkin Allah membuat umi tertidur."

"iya, yuk kita ke rumah sakit tempat Michi kerja yah abi."

" tapi itu cukup jauh sayang dari rumah."

" abi... Kalau ada Michi aku merasa aman, lagi pula ada beberapa teman Michi yang aku kenal juga di sana."

" baiklah... Yuk. Eh, apa umi mau ganti baju dulu?."

" i think not.... Perutku sudah sakit lagi."

Aku harap Rizan tidak kenapa-kenapa, karena Michi pernah bilang kalau air ketuban sudah habis dalam rahim, bayinya akan mati.

Ya Allah, semoga anak hamba baik-baik saja.

####

Sesampai di rumah sakit, untungnya Michi yang dinas pagi dan bertemu Fauzan.

" eh, Fauzan."

" Chi, Nuri mau lahiran. Cepat!."

Fauzan terlihat amburadul dan kacau. Michi segera bertindak, dan melihat keadaanku yang santai saja.

" ya Allah Ri..... Air ketuban kamu sudah kering tapi kamu malah santai."

" maaf Chi..."

" maaf loe salah alamat. Zan, loe bantu dorong Nuri ke ruang operasi yah, aku mau panggil dokternya dulu."

Fauzan membantuku mendorong tempat tidurnya bersama perawat pria.

Perutku terasa sakit lagi, sepertinya Rizan benar-benar ingin keluar.

Tak lama, dokter pun datang. Dan yang akan mengoperasiku dokter pria.

" abi... Kenapa dokternya pria? bukannya yang menangani umi dulu itu perempuan ?."

" maaf Ri, dokternya sedang cuti." Michi masuk dan memasangkan alat-alah operasi.

" dok... Saya mau suami saya tetap di sini dok..." rancauku sebelum obat bius menguasaiku.

#####

 

Proses sesar yang terpaksa aku jalani, akhirnya selesai juga. Buktinya aku sudah di pindahkan keruang rawat inap.

" abi...." seruku. Saat aku membuka mata.

" abi di sini umi..."

" Rizan mana bi..."

Wajah asem yang sering aku lihat kini muncul lagi.

" kata dokternya, Rizan harus di taruh dalam ruang inkubator karena dia kehabisan air ketuban. Henang saja, dalam beberapa haci kedepan Rizan akan bisa sama umi."

" umi takut jika terjadi sesuatu sama Rizan."

" insha Allah dia akan sehat sayang."

Rasa sedih dan takutku terasa berkurang, saat suara ketukan dari luar memunculkan Zahrah, adik iparku, ayah ibu, dan papa mama datang.

" Assalamualaikum sayang, gimana keadaannya?."

mama langsung mengambil alih tempat duduk Fauzan.

" alhamdulillah mah, seperti yang mama rihat sekarang."

" sayang, kata dokter tadi, harus bisa bergerak agar bekas operasinya cepat kering." ujar Fauzan yang menyiapkan makanan dan minuman.

" maaf semuanya hanya ada ini."

" Fauzan, tidak usah repot." kata ibu.

" oh iya Mbak Nuri, namanya Rizan Hanif yah?."

Tanya Zahrah yang sedang mencemoti buah apel.

" iya Ra."

" anak kalian sangat lucu loh..."

Wajahku sepertinya menampakkan tanda tanya yang besar.

" tadi abi mengambil foto Rizan saat ia sudah bersih, dan mengirimkannya pada ibu dan mama."

" abi... Jadi Rizan tidak dapat asi pertamanya dong?."

" maaf sayang... Tapi kata dokter, Rizan akan segera keluar dari inkubator dan bisa menyusu padamu."

" aku ingin melihat Rizan abi..."

"iya, tapi nanti sayang... Bekas operasi kamu masih basah, nanti jahitannya bisa kebuka dan umi akan makin lama menyusuinya..." tegur Fauzan.

" sayang, sepertinya kita pulang saja yah, istrimu harus banyak istirahat."

" iya sayang, papa sama mertua kamu pulang dulu yah, semoga cepat sehat yah menantu papa."

" iya pah."

" assalamualaikum."

" waalaikumsalam."

Setelah mereka keluar, Michi masuk untuk mengecek kesehatanku.

" sepertinya tadi kau sangat emosi yah Ri?."

" kenapa memangnya?."

" pecutmu berdarah, Nuri.... Kamu selama dua puluh empat jam pertama pasca operasi jangan gerak dulu."

" maaf Chi.."

" sebaiknya aku menyuntikkan obat tidur untuk mu agar kau bisa istiradat full malam ini. Oh iya, kata dokter Febby, Rizan bisa di keluarkan besok setelah cukup dua puluh empat jam kamu beristirahat Ri."

" thanks ya Chi."

" sama-sama Zan. Aku keluar yah, masih banyak pasien nih..."

Mataku terasa berat, kenapa obat ini sangat cepat bereaksi???

" umi, istirahat yah.. Abi mau shalat isya dulu. Sleep well honey, i love you."

Dan aku pun tertidur setelah samar-samar Fauzan menutup pintu.

#######

M. Rizan HanifTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang