1. Maaf.

1.4K 19 0
                                    

Tidak terasa waktu terus berjalan, kini aku telah hidup dengan kekasih hati pilihan Allah.

Lima tahun bukanlah waktu sebentar untuk berlalu, dan persahabatanku dengan mereka-- Michi, Yudi, Dimas, dan Bambang masih berjalan.

bahkan Yudi dan yang lain telah menikah dan memiliki anak.

betapa senangnya hamba-Mu ini ya Allah, atas kebahagiaan yang Kau limpahkan.

Hari sudah sore, dan waktu magrib sebentar lagi akan masuk. Namun aku masih betah duduk di halaman rumah yang aku rawat sendiri, walaupun tidak terlalu luas namun cukup untuk dua kursi taman single dan satu meja taman.

Sambil angin menerpa hijab ungu pastelku, aku melihat mobil Fauzan telah datang.

Yah... Fauzan baru pulang dari mengajar di universitas tempat kami lulus bersama.

Aku dan Fauzan baru saja kembali dari Kairo, Mesir setahun yang lalu dan Fauzan membeli rumah ini.

" Assalamualaikum."

" Waalaikumsalam." seperti biasa, aku mencium tangannya dan mengambil alih tasnya.

" bagaimana kampus hari ini? " pertanyaan yang senantiasa aku lontarkan padanya.

" sama saja. hanya berberes beberapa berkas mahasiswa dan melayani mahasiswa baru. "

" sebaiknya Fauzan mandi dulu, lalu kita shalat magrib dan dinner."

" baiklah... kau ingin mandi bersamaku?."

" Fauzan.......!!!." selalu saja dia begitu, membuatku malu.

#####

Ba'da magrib, aku membuatkan Fauzan telur balado dan kangkung tumis.

Aku tidak membuatkan makanan favoritnya karena tiga hari yang lalu dia sudah memintanya.

" hari ini apa yang kau masak Ri?"

tiba-tiba Fauzan berdiri disampingku dan melihat proses memasakku.

" hanya telur balado dan tumis kangkung, Zan. tidak apa kan?"

" apapun yang tanganmu buatkan untukku, akan tetap aku makan Ri. hm... sepertinya belum selesai nih. may i help you?"

Seperti tau tangannya kotor, Fauzan segera mencuci tangannya.

" keringkan tanganmu dulu Zan."

Setelah mengeringkan tangannya, aku memintanya mengaduk telur balado sementara aku menumis kangkung.

Lima menit kemudian, masakan pun selesai dan Fauzan membawanya ke meja makan. sedangkan aku membawa nasi dan piring.

saat-saat seperti ini selalu membuatku bersedih dan ingin nangis, semenjak tiga tahun di Kairo, Allah belum mempercayakan kehidupan manusia di dalam rahimku.

Namun Fauzan pernah bilang padaku, jika aku tidak perlu terlalu memusingkan hal itu. Memang pria tidak ambil pusing, tetapi aku sebagai kaum wanita merasa malu jika aku belum memberi keturunan pada keluarga Hanif.

Aku senantiasa berdo'a dalam setiap sujudku untuk di beri anak secepatnya, namun hasilnya tetap nihil. Mungkin Allah masih ingin aku lebih mengenal Fauzan lebih dalam dan memperbaiki kesalahan yang pernah aku perbuat.

" kamu ngelamunin apa sih... sampai nangis gitu."

aku segera mengangkat kepalaku , memandang pria yang memiliki tatapan yang teduh dan pemaaf.

" aah..., maaf. kita langsung makan saja Zan." aku mencoba tersenyum dan mengambilkan nasi serta lauk untuk Fauzan.

" kau memikirkan masalah keturunan lagi? " Fauzan mulai menyuapi sendok ke mulutnya.

" maaf... Zan."

" Ri, positive thinking lah... mungkin sebentar lagi Allah akan memberi kita anak. "

Dulu, aku selalu curhat pada Michi tentang aku yang belum hamil. Michi menyarankan agar aku dan Fauzan ke dokter kandungan untuk memeriksa kemungkinan-kemungkinan penyebab ketidak hamilanku.

" Zan, apa aku boleh mengundang teman-temanku datang kemari?" tanyaku disela-sela makan.

" teman kamu yang mana?"

" Michi, Yudi, Bambang dan Dimas. aku rindu pada mereka. "

" hmmm... mereka. yah... aku juga rindu mereka Ri. ya sudah, kamu undang saja mereka jika tidak sibuk."

Aku tersenyum melihat Fauzan yang senang aku mengundang sahabat kuliahku kurumah..

" thanks Zan."

Fauzan hanya tersenyum menanggapi. " aku kedepan duluan yah. dan syukron atas dinnernya Ri."

Fauzan pun berdiri dan meninggalkan aku di meja makan.

Senangnya hamba ya Allah... syukron katsir ya Allah... tuturku dalam hati dan mulai merapihkan sisa dinner.

#####

Assalamualaikum... i hope you like guys...

see you on next part...

M. Rizan HanifTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang