Chapter 2

102 19 4
                                    

Ruangan kecil dengan dinding kayu coklat , tirai jendela yang bewarna biru muda bergambar beruang kecil sebagai pemanis kamar Tania dan Arka.

Diujung kamar berbentuk persegi terdapat sebuah kasur tipis yang tak layak pakai adalah tempat paling nyaman untuk tidur bersama sang adik kecil .

Sebuah lilin kecil tertanam dimeja tua yang telah reot , sebagai penerang ruangan . Setelah itu tak ada lagi hanya hamparan semen sebagai lantai untuk berpijak.

" ayoo Arka saatnya bangun!! "
Ucap tania membangunkan sang adik yang tertidur pulas dengan mata masih terpejam serta mulut terbuka.

Tania beralih kearah sebuah tirai dan membukanya selebar mungkin , membuka jendela agar cahaya mentari masuk menghangatkan kamarnya sejak malam udara terasa sangat dingin .

Pancaran sinar mentari mengarah lurus kearah wajah Arka yang telah terusik atas kehadiran sinar mentari yang menerpa wajahnya.

Arka menggaruk punggunya membenarkan posisi duduknya , mengucek kedua matanya .

" ini sudah pagi ya kak , padahal aku merasa baru terpejam ? "
Ucap arka bingung , tangannya meraba raba kedalam laci kecil disamping kasurnya .

" iya arka , ayo kita pergi ke pesisir pantai untuk menangkap ikan dan segera dijual atau kita tidak kebagian jaring dan ketinggalan perahu nelayan "
Ucap tania mengambilkan kacamata adiknya yang dari tadi ia cari .

Arka menerima kacamata hitam dengan selotip dipinggirnya , kacamata lama yang ia punya sudah patah dan terpaksa harus di satukan kembali dengan selotip agar bisa dipakai kembali.

Arka memperhatikan sang kakak dari atas sampai bawah . Dengan wajah mengekerut membuat Tania terusik atas tatapan aneh adiknya.

" Kakak kok sudah siap saja? , kenapa tidak membangunkan ku? ". Ucap arka kesal dengan sang kakak yang sudah siap lebih dulu darinya.

" Kamu sudah kakak bangunkan , dan kau tak bangun bangun , cepat siap siap kakak tunggu diluar" ucap tania beranjak keluar meninggalkan sang adik .

***

Mentari pagi sangat menyengat membuat Tania berkali kali menyeka keringatnya . Perahu tua yang sudah dari tadi berlayar ke tengah pantai . Perkerjaan ini memanglah sangat bahaya untuk usia Tania maupun Arka , tapi bagaimana lagi demi memenuhi kebutuhan sehari hari haruslah berkerja . Perkerjaan apapun pasti mereka terima asalkan halal . Meskipun bahaya itu adalah masalah belakang .

Dengan kerja kerasnya Tania dan Arka pantut diacungi jempol oleh para nelayan yang lebih lama berkerja darinya . Tania yang umurnya lebih tua dari Arka dapat bagian pencarian dan penangkapan ikan di tengah pantai . Sedangkan Arka hanya menolong nelayan nelayan yang kesulitan dalam menghitung pasokan ikan .

Sejujurnya Aku tak ingin Arka melakukan perkerjaan seperti ini , tapi saat Aku berusaha memberi pengarahan selalu saja Arka menolaknya mentah mentah .

Maka dari itu Aku hanya menyuruh Arka membantu perkerjaan nelayan dengan menghitung pasokan ikan yang akan dijual dipasar .

Aku dengan semangat melempar jaring ikan yang cukup besar dengan ditemani nelayan yang lainya .
Dan sekarang mereka hanya perlu menunggu sampai ikan yang terperangkap jaring sudah banyak dan siap diangkat kedalam perahu besar .

Selama berjalannya waktu semakin banyak ikan yang ditangkap dan diperoleh oleh nelayan nelayan disana , patokan jumlah yang diperkirakan oleh nelayan jauh dari perkiraan . Membuat nelayan sangat gembira . Begitupun Tania yang sangat senang , upaya yang ia kerakan , seluruh tenaganya terbayarkan.

Remember When Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang