Chapter 7

36 10 1
                                    

3 minggu sudah , setelah kejadian Tsunami yang berkekuatan tinggi menghancurkan segalanya , menyisakan kehilangan , perpisahan , kesedihan , serta luka . 3 minggu yang sangat menyakitkan .

Dan semalam yang aku lakukan hanya memandang langit dengan sejuta keindahan . Memandang dengan tatapan kosong .  Aku tahu , tak seharusnya aku seperti ini berlarut dalam kesedihan . Maka dari itu aku akan merubahnya , seperti yang selalu aku lakukan sebelum kejadian itu menghilangkan segalanya . Aku adalah aku yang pandai mengembalikan segalanya , dan pandai menghapus luka .

Pagi ini , aku memutuskan untuk membantu menyiapkan makan pagi untuk para pengungsi gawat darurat , Serta mencuci piring piring dan alat dapur lainnya . Dengan upah makan pagi dan siang dengan lauk cukup banyak .

Ada banyak orang orang yang membantu disana , dan ada 1 orang yang membuat ku tertarik sekaligus penasaran . Dengan perawakan yang cukup membuat orang mengernyitkan alisnya , seperti layaknya aku .

Rambut kribo , kulit sawo matang , serta kawat giginya berwarna biru menyala . Tawanya mampu membuat orang melihatnya merasa geli , dan memekakkan telinga . Kawat giginya sebagai pemanis tawanya .

Tatapan ku pun menyadarkannya .

" Ada apa ? , kenapa kau melihat ku begitu aneh ."
Ujar perempuan berambut keribo , saat sadar bahwa tawanya memancing perhatian orang lain .

" ehh , itt.ituu tii..tidak , aku tidak merasa aneh ?"
Sekujur tubuhku membeku saat melihat tatapan garangnya .

Suasana hening , hanya bunyi cucuran air dan suara dentingan alat alat pencuci piring .

Tinggal 1 lagi , yang belum aku cuci , setelah itu selesai .

Perempuan berambut kribo yang entah siapa namanya . Berada tepat di belakang ku , ia mendapat bagian menggosok kerak pantat panci . Dan bagian menggosok kerak panci sangat aku hindari .

Sesekali aku melirik kearahnya , hanya untuk melihat rambut kribo , yang ia hiasi menggunakan pita merah jambu , tak ada angin atau hujan . Membuat aku ingin tertawa melihatnya . Aku berusaha untuk menahan agar tawa ku tak pecah .

" kenapa , ada yang salah dengan rambutku , hey anak perempuan . Kau tahu , rambut ku ini memiliki spesies rambut yang langka "
Ujarnya tanpa memalingkan muka ke arah ku .

Buru buru aku langsung memalingkan wajah , terfokus kembali dengan cucian piring ku .

" Bagaimana , dia bisa tau bahwa aku memandang rambut kribonya ? "
Ucap ku dalam hati .

" Dan aku juga bisa tahu , bahwa kau membicarakan aku , walau dalam hati . Ngomong ngomong siapa nama mu ? "
Perempuan berambut kribo itu , akhirnya memandang ku sempurna , yang membuat ku tersentak kaget .

Aku mengernyitkan alis .
" Tannn...Taniaaaa , nama ku Tania "
Ujar ku cepat , dengan nada cemas serta ketakutan , karena rambutnya yang begitu mengembang .

" Biasa saja , aku tak semengerikan itu Tania , jangan gara gara rambutku , kau takut kepada ku .
Eh perkenalkan nama ku Anna "
Ujarnya mengajukan tangannya kepada ku , tak lupa dengan senyum giginya , membuat kawat giginya terlihat silau diterpa cahaya lampu .

***

" TANIA!!! , Kamu dari mana saja ?? "
Langit lari tergopoh gopoh menghampiri ku saat aku keluar dari dapur belakang .

" Aku , membantu orang orang untuk menyiapkan makan pagi , serta membantu untuk mencucinya ."
Ujarku , tersenyum manis .

Langit menatapku aneh , alisnya berpadu bercampur mata bingungnya . Lalu ia tersenyum .

" Benarkah? , Aku senang , Tania yang sebenarnya telah kembali "

Remember When Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang