Chapter 8

34 12 0
                                    

Sekarang senja telah menjemput malam , udara dingin menyapu setiap sudut ruangan . Membuat betah berlama lama diempuknya kasur tenda , tapi tidak untuk aku , langit dan anak anak pengungsi lain  . Saat ini aku dan langit dengan semangat mengantri makan malam , seusai letihnya bersepeda di sore hari .

Jam makan malam telah usai , saat nya anak anak pengungsi gawat darurat untuk tidur atau bersantai .  Aku lebih memilih untuk membaca buku filosofi ku , yang telah ku ambil diantara reruntuhan rumahku . Fokusku membaca buku terpecah saat Langit dengan senyum sumringah menyondorkan sebuah buku yang terdapat tulisan rapi berjejer membentuk sebuah cerita .

Aku membaca judul yang tertulis paling atas diantara paragraf lainnya .

Aku mengerutkan alis ,
" Kau seorang penulis Langit ? "

Lagit tersenyum manis ,
" Tidak , hanya sekedar hobby . Cerita yang kau baca itu hanya buah dari keisengan ku untuk mengisi waktu senggang , Tania "

" Tapi langit , cerita ini cukup bangus untuk kau terbitkan , aku yakin kau dapat menjadi penulis terkenal berkat karya karya mu , Langit !! "
Ucap ku berseru , meyakinkan setiap kalimat yang aku lontarkan untuknya .

Langit hanya tertawa , dan duduk disamping ku . Menatap langit langit gedung yang remang remang .

" Itu tidak akan terjadi , Tania . "

Aku menatap langit
" apa maksud mu ? "

" Aku tidak mungkin untuk bisa menerbitkan karyaku , walau bagaimana bentuk ceritanya tetap tak akan bisa , Tania "
Langit balas menatapku intens

" Tidak ada yang tidak mungkin Langit , aku percaya pada mu . Kau bisa melakukan apapun aku sangat senang jika kau mau untuk mendalami hobby mu itu . Jangan pernah putus asa Langit , hanya karena itu dan kau aka......

Langit menutup mulutku menggunakan satu jari telunjuknya . Nafas ku tersengal , mata langit yang sangat tajam menatap lurus kearah ku , lambat lambat wajah Langit mendekat kearah wajah ku , angin sejuk nan dingin di malam hari , berubah sangat panas .

Aku meremas buku filosofiku , sampai beberapa halaman kusut karena remasan tangan ku .
Saat wajah aku dan langit sudah sangat dekat . Dengan lembut suara langit keluar mengucapkan sesuatu yang sangat membuat bibirku tak berhenti tersenyum .

" Dan aku yakin , kau akan menjadi filosofi terkenal , seorang wanita yang hebat yang pernah aku temui , dan aku sangat bangga akan itu "

" Lagi pula ada 1 cerita yang aku tulis yang menurutku cerita itu cukup bagus , doakan agar cerita yang aku tulis dapat diterbitkan , Tania "

Langit menjauhkan wajahnya dari ku , dan tersenyum hangat kearahku , tangan kanan langit tak henti hentinya menggosok rambutku

Dan tak henti hentinya aku tersenyum kearahnya .
Langit akan menghalalkan segala cara untuk bisa membuatku tersenyum , dan aku hargai usaha itu .

***

Sudah 3 bulan aku dan Langit tinggal ditempat pengungsian gawat darurat yang menjadikan sebuah gedung sebagai pilihan tempat tinggal . Dan 3 bulan sudah , setelah kejadian Tsunami yang berkekuatan tinggi menghancurkan segalanya , menyisakan kehilangan , perpisahan , kesedihan , serta luka .
3 bulan yang sangat menyakitkan .

Bulan depan kami akan di pindahkan di salah satu tempat yang sangat layak dibanding tempat yang selama ini kami tinggali . Sebuah asrama yang akan dihuni oleh orang orang yang sudah tidak ada tempat tinggal akibat bencana Tsunami 3 bulan yang lalu . Termasuk aku , Langit , dan anak anak lainnya . Asrama itu telah diurus oleh paman Angga , paman yang sangat baik . Dan yang paling penting , kami anak anak pengungsian akan melanjutkan sekolah kami yang sempat tertunda cukup lama . Bagian itu yang sangat penting untuk ku .

Seorang filosofi harus cukup pintar untuk menangani filosofi filosofi yang rumit .

Selama mengisi waktu senggang setiap hari Langit mengajak ku melihat lihat kemajuan kota . Dengan menaiki sebuah sepeda merah yang tak tahu ia dapat dari mana  . Sepanjang perjalanan banyak sekali bangunan yang telah diganti dengan bangunan bangunan baru dan kokoh , toko toko baju , kue , donat cream , susu , roti dan lain lain telah dibangun kembali dan nampak sangat lebih indah dan cantik dibanding bangunan toko yang lama .

Langit mengayuh sepeda dengan pelan , agar aku nampak puas melihat setiap jengkal kota ini . Sebuah tokoh koran dipinggir jalan nampak belum diperbaiki , sebuah tokoh koran yang biasa aku jual bersama  Arka nampak masih sama seperti dulu hancur tak berbentuk . Tapi kenangan itu masih kokoh dan akan selalu diingat , tak akan pernah hancur .

Aku membuang nafas kasar , kecewa kenapa bangunan bangunan yang lain sudah diperbaiki , kenapa tokoh kecil yang tidak banyak memakan waktu , terasa sangat lama dan enggan untuk diperbaiki . Tak tahu kah kalian ? Walau tokoh itu tidak mencolok dan redup tapi kenangan sangat indah tumbuh disana , kenangan manis mengalahkan bangunan bangunan lainnya .

Dan jika waktu sore tiba dia pasti memutuskan untuk ketempat pohon lindeman .

Langit membelokan stang sepedanya kearah kiri , dan seperti biasa mata ku hanya menatap pepohonan yang berjajar rapi tak lupa banyak  pondok pondok membentang luas .

Dia memarkirkan sepeda merahnya dekat pohon lindeman , aku memilih untuk segera turun dan duduk dibangku yang telah di sediakan antara 2 pohon lindeman .

Dan seperti biasa wajah langit yang diterpa angin sore membuat senyumnya semakin hangat dilihat , dengan lembut ia berikan sekuntum mawar merah tepat saat sunset siap tenggelam di kaki langit .

Tapi sayang , langit masih enggan membicarakan tentang sepeda merah itu . Rasa penasaran ku kian lama kian pupus , saat jari tangan Langit menggengam tangan ku , yang menggenggam kuat sekuntum mawar merah pemberian dirinya .

***

Malam kembali menjembut sang rembulan sebagai penerang gelapnya malam , jangkrik sebagai alunan musik yang lembut untuk menjadi pendamping malam yang menjemput sunyi . Dalam tenda ini , aku menatap dirinya yang sibuk dengan pena serta buku dari kejauhan menulis sesuatu yang tak aku ketahui . Tapi setiap dia berhenti menulis , dia beralih menatap ku dari luar tenda , dan tersenyum .

Setiap malam ia selalu begitu , mungkin itu adalah kegiatan barunya saat malam hari , menulis cerita yang sekarang telah menjadi hobby nya  . Sedangkan aku ? Aku setiap malam mempelajari filosofi filosifi serta berbagai macam penemu pada abad abad yang lalu , yang sekarang telah menjadi teman dalam kesunyian malam .

Aku sangat senang , dapat mengenal dirinya . Dirinya yang selalu membuat aku tersenyum , dirinya yang membuat aku bangga akan diriku , membuat aku kembali semangat dalam menjalani hidup saat sempat aku berputus asa sejak kejadian Tsunami yang sangat melukai hatiku . Saat aku sempat membenci senja , saat aku tak lagi menatap keindahan senja yang setiap saat membesarkan luka .

Dan semua musna dia membuat senja menjadi spesial , dia membuat aku lebih dari itu , dia memiliki cara tersendiri untuk membuat orang orang tersenyum karenanya , setiap saat senja datang saat itulah sebuah tangan terjulur dengan setangkai bunga mawar merah digenggamnya .  Serta senyum yang tak lupa dia berikan . Dan aku kembali menyukai senja karena dirinya .


———————
T B C 🌷
Don't forget to vote and comment 🍂

Remember When Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang