Chapter 3

105 15 6
                                    

Aku bercerita sepanjang hari dengan ibu dan Arka selepas pulang . Bercerita tentang seorang laki laki yang ia temui saat menjual koran di bus , ia adalah seorang laki laki yang baik ia memberikan sebuah sepatu warna oranye dengan corak biru muda .

Ibu dan Arka tampak menyimak apa yang aku bicarakan sore itu . Aku pun sangat antusias membicarakannya pada mereka , bukan soal laki laki itu yang membuat aku sangat antusias . Tapi soal sepatu yang telah ia berikan kepada ku .

Aku berjalan santai mengelilingi Ibu dan Arka sekali sekali memutarkan badan , menunjukan keserasian pada sepatu yang dikenakannya .

Tampak senyum mengembang dari bibir ibuku senyuman yang menghangatkan sore itu . Sedangkan Arka....

" Ayolaahh kak , bolehkah aku meminjam sepatu itu? , kau tak kasihan dengan kaki ku "
Arka memamerkan telapak kakinya , yang sangat kotor dan kapalan memenuhi telapak kakinya.

Aku tertawa " Tenang saja Arka , laki laki itu memberikan 2 buah sepatu kepadaku , ia memberikan 2 sepatu agar aku bisa bergantian mengenakannya " .
Tania berjalan mengambil kotak sepatu yang lainnya yang tergeletak di meja

Dan menghampiri Arka yang dari tadi melompat lompat kegirangan.

" Benaarrkaaahhh!!!!!..... , bolehkah sepatu yang satunya untukk kuuuu??
Ujar Arka berbinar

" iyaaa , ini kakak berikan kepadamu , tapi ada syara...."

Arka langsung mengambil kotak sepatu dari tanganku dan dengan gesit ia pergi menjauhkannya dariku

Ibu yang hanya bisa tersenyum memandang Arka dan aku secara bergantian , meminum secangkir teh sebagai penghangat sore itu.

" Baiklaahh Arka , tapi kau harus berjanji tidak susah untuk dibangunkan "
Tania berseru kesal atas kelakuan adik kecilnya

Lebih baik ia mengalah dengan adiknya , Tania lebih memilih duduk disamping ibunya dibanding membuang waktu meladeni sang adik , yang memang tak mau kalah akan dirinya.

Tania memadang wajah ibunya kian hari kian semakin tua termakan usia . Tania menyetuh tangan Lidia , ibunya . Yang dibalas senyuman hangat sangat menyejukan hati siapapun yang memandangnya.

" ibu baik baik saja? "
Tanya ku hati hati.

" ibu baik baik saja , Tania . Maafkan ibu tidak bisa membahagiankan mu dan hanya bisa menyusahkan kalian . Tidak bisa membelikan kalian sepatu bagus seperti itu , maafkan ibu gara gara ibu kalian harus berkerja keras dari terbitnya fajar sampai senja kembali , tapi kalian harus tahu bahwa aku sangat menyayangi kalian berdua ".
Lidia mengelus lembut pucuk kepala Tania

Aku menyelipkan anak rambut ibuku ditelinganya , agar angin bebas menerpa wajah perempuan yang sangat ia dan Arka sayangi.

" aku sangat menyayangi mu begitupun Arka , bukan tentang harta  , bukan tentang barang yang mewah , bukan juga tentang kesenangan duniawi . Tapi tentang bagaimana cara kau dengan kami , kau selalu membuat kami istimewa dari yang lain , kau selalu membuat kami bahagia dan senang . Membuat kami sama seperti yang lain , kau dan Ayah adalah orang yang membuat kami sangat beruntung dari yang lain . Dan hanya kau dan ayah yang membuat kami menjadi sangat istimewa .  Aku dan Arka sangat beruntung memiliki ibu dan ayah " .
Ucap tania lembut serta sorot mata yang membuat ketegasan disetiap kata yang terlontar dari bibinya , untuk ibunya .

Butiran bening perlahan keluar dari kelopak mata sang ibu , senyumnya perlahan mengembang . Lidia menarik tubuhku kedalam dekapannya . Sedangkan Arka masih asyik dengan sepatu barunya sehingga menghiraukan ibu dan aku.

Sebentar lagi langit akan menjadi gelap , tapi tenang saja senja sedang meminta sang rembulan agar menjadi penerang bumi . Untuk saat ini senja tidak menjemput bayangan yang sedang aku tunggu , bayangan laki laki yang sangat aku , Arka , dan ibu rindukan .

Remember When Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang