Chapter 9

44 13 0
                                    

Sudah 4 bulan aku tinggal di tempat pengungsian gawat darurat . Dan sudah 4 bulan kejadian Tsunami merusak segalanya menyisakan sakitnya ditinggal oleh orang orang yang disayang .

Hujan sedang asik mengguyur kota , menjatuhkan bulir bulir air . Hujan seperti tangis ku saat ini menjatuhkan air mata yang selalu aku sembunyikan .  Hujan membuat ku ingat akan masa laluku yang kini tumbuh kembali saat sempat terhapus oleh canda dan tawa .

Hujan membuat aku didekap rindu , membuat aku patuh akan waktu . Tapi rindu memaksa ku agar berdamai dengan jarak .

Aku tak tahu sejak kapan aku sepuitis ini , tapi beginilah gambaran hati yang sedang gundah , bersamaan dengan hati yang menjerit akan takdir yang tak adil .

" TANIAA!!! "
Suara nyaring itu mampu membuat aku tersadar dari lamunan ku . Hujan di malam hari sangat lah bagus untuk diajak kompromi , melamun bersama dideras nya air hujan .

" ada apa ? " .
Aku mendongak lemah

" Ada apa Tania , ceritakan pada ku sejak tadi kau hanya melamun ? "
Ujar Langit menatap Tania .

Langit membelai pipi ku lembut , kehangatan belaian itu membuat aku merasa hangat .

Aku menggeliat dihangatnya sapuan langit dipipi ku . Aku tersenyum hangat .

" aku rindu , itu saja "
Tania tersenyum dan menaikan satu alisnya .

Langit memilih duduk disamping ku . Melepaskan jaket biru tua dan mengenakannya pada ku .

Aku kaget saat langit dengan lembut mengenakan jaketnya pada ku menutupi angin dingin untuk menerobos masuk .

" Aku tahu cuaca sangat dingin , aku tak mau jika kau sakit hanya karena kedinginan " .
Ucap langit tersenyum , dan memandang langit malam yang gelap dihiasi cahaya bintang .

Sekarang Langit hanya mengenakan kaos hitam polos , dan bagiku hanya mengenakan kaos hitam tidak akan memberi kehangatan .

" Langit .. "
aku memanggil dirinya lembut .

" ada apa , Tania ? .
Langit masih tetap fokus menatap indahnya langit walau hujan tak kunjung redah  .

" lebih baik , kau saja yang mengenakan jaket ini , aku yakin dengan kaos hitam polos tak akan memberi kehangatan " .
Ujar ku sambil melepas jaket biru tua .

" Jangan lakukan itu "
Langit beralih menatap dua bola mataku , dengan kedua tangan menahan tangan ku yang berusaha melepaskan jaketnya .

" aku tak perlu sebuah jaket untuk memberi kehangatan di cuaca yang dingin . SAYA HANYA BUTUH KAMU . "
" HANYA BUTUH KAMU ".

***

Kalimat itu . Membuat aku tak bisa tidur dan terus terjaga . Kalimat itu membuat perasaan bingung yang membuat otak ku yang sudah sangat lelah harus memikirkan hal itu . Walau sudah berusaha setenga mati , itu hanya membuat ingatan yang ku coba untuk lupakan malah semakin ingin diingat .

Jam sudah menunjukan pukul 9 malam . Hujan sudah berhenti 1 jam yang lalu . Dan sekarang aku belum bisa tidur , pemikiran yang sangat kritis membuat aku terjaga .

Baiklah , pemikiran yang bodoh muncul dalam benak ku , untuk pergi keluar gedung pengungsian gawat darurat untuk beberapa menit . Dengan tujuan membangkitkan rasa kantuk yang tak kunjung datang menyergap .

Remember When Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang