The Gray Hair

946 138 49
                                    

Zitao menggerutu, bersendekap di depan dada, dan sepanjang perjalanan memandang ke luar kaca mobil. Tak mempedulikan suara seseorang yang duduk di sampingnya ㅡmengemudi, yang sesekali mengusap kepalanya mencari perhatian.

Sejak dulu, Kris memang selalu berlebihan jika menanggapi sesuatu hal yang menyangkut kondisinya. Pria itu sungguh hiperbola, dirinya adalah vampire, bukan manusia. Dan tentu saja tidak mudah merasakan sakit ataupun luka.

Tapi tepat saat dirinya selesai diperiksa oleh guru penjaga ruang kesehatan dan hendak beristirahat, Kris muncul dengan pakaian kantornya di depan pintu ーdiantar oleh Joonyoung guru olahraga barunya. Dan Zitao kesal karena guru muda itu malah menyuruh dirinya pulang, berhubung sang Ayah ㅡKrisㅡsudah menjemputnya.

Diiringi tatapan berbinar-binar para gadis dari dalam kelas saat mereka berjalan beriringan di koridor sekolah. Saat dirinya dan Kris melintas, gadis-gadis itu seperti tertarik oleh magnet untuk mendekat ke jendela dan memuja pria di sampingnya.

Zitao benar-benar tidak menyukai situasi itu. Cukup baginya mengalami hal itu disetiap kali dia mandaftar sekolah untuk yang 'pertama kali'. Kris terlalu mencolok untuk menjadi Ayahnya! Oh yang benar saja, Kris bahkan lebih cocok menjadi kakaknya daripada sosok Ayah.

Tapi bagaimanapun juga Kris memang lah sosok orangtua baginya. Tapi situasi di atas memang membuatnya muak. Setelah itu Kris pasti merasa sangat bangga dengan dirinya sendiri, membuatnya ingin muntah ㅡjika bisa.

"Mau sampai kapan kau cemberut hm?"

Zitao masih enggan menggeser manik matanya dari jalanan. Memilih diam saja saat telunjuk panjang kurus milik Kris menusuk-nusuk pipi tembamnya.

"Jika aku tidak menjemputmu, mereka akan berpikir jika aku adalah orangtua yang buruk, karena sampai hati membiarkan anaknya yang sakit tetap di sekolah"

Dengusan kecil meluncur. Zitao menolehkan kepalanya cepat dengan bibir yang mengerut lucu.

"Biarkan saja. Mereka juga pasti tahu jika Mr. Wu adalah orang penting yang sangat amat sibuk di Dunia" sungutnya kesal.

"Oh tidak, aku tidak sesibuk itu jika untuk Taozi. Tenang saja"

Kemudian Kris memekik kecil saat Zitao memukul lengannya. Main-main tentu saja. Tapi hal itu membuatnya tak bisa untuk tidak tertawa. Percayalah, melihat Zitao kesal adalah hiburan yang menyenangkan.

"Besok mereka pasti ribut gara-gara kau menjemputku. Aku tidak suka jadi perhatian di sekolah Kris!" benar-benar kesal, ia sudah sekuat tenaga memukul pria itu, tapi Kris tetaplah Kris. Dia hanya terkekeh, dan saat melihat betapa seriusnya Zitao, ia pun membungkam mulutnya.

"Baiklah, oke. Aku minta maaf, ya?"  keping emasnya beralih pada Zitao yang menatapnya dengan mata menyipit tajam.

"Akan ku hisap darahmu sampai habis kalau kau mengulangi ini lagi"

Kris tersenyum, mengangukkan kepalanya. "Deal"

Zitao memalingkan wajahnya, menatap lurus ke depan. Mendengar ponselnya berdenting beberapa kali, tangannya bergerak merogoh saku blazer sekolah yang bernuansa abu-abu gelap. Diikuti Kris yang memperhatikan melalui ekor matanya, mencuri pandang pada layar ponsel Zitao.

"Temanmu?"

"Ung" vampire manis itu mengangguk sambil sibuk membalas pesan.

"Ada apa?"

"Mereka bertanya apakah aku pulang, karena mereka tidak menemukan ku di ruang kesehatan"

Kris mengemudi dengan tenang. Merasa tidak ada hal yang harus dia 'ketahui lebih dalam', ia berhenti mengintip tampilan layar ponsel Zitao.

N. O. I. R (Fin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang