Twin?

1K 145 49
                                    

"Aku berangkat. Dan sepertinya aku akan pulang telat" ujar Zitao saat berdiri di hadapan Kris yang sedang menikmati kopi di meja makan.

Mengalihkan fokus dari surat kabar yang tengah di bacanya, Kris terlihat berpakaian lebih santai pagi ini, karena biasanya pria tampan namun berwajah galak itu selalu rapih dengan kemeja dan dasi yang menggantung di bagian depan tubuhnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mengalihkan fokus dari surat kabar yang tengah di bacanya, Kris terlihat berpakaian lebih santai pagi ini, karena biasanya pria tampan namun berwajah galak itu selalu rapih dengan kemeja dan dasi yang menggantung di bagian depan tubuhnya.

Zitao mengernyit heran, perhatiannya tertuju pada kacamata dengan bingkai sewarna emas yang bertenger di hidung tinggi Kris. Sejak dulu dirinya penasaran, kenapa Kris begitu mudah dan cepat menyesuaikan diri dengan dunia yang terus berubah? Kris bahkan lebih fashionable daripada dirinya, yang notabene nya remaja sekolah.

"Kau mau ke mana memangnya sampai harus pulang telat?"

"Kemarin saat di bus aku menemukan barang penumpang lain yang tertinggal, hari ini mau ku antar ke pemiliknya"

"Kau sendirian?"

Zitao mengangguk. "Kau pikir aku balita?" ia bersungut kesal.

Kris tertawa kecil, melipat surat kabar yang kemudian ia letakkan di meja makan. Berdiri di hadapan Zitao, memperhatikan pemuda manis itu dari atas ke bawah.

"Ku rasa kau belun berhenti tumbuh. Berapa usia manusiamu sekarang?"

Zitao tidak mengerti kenapa laki-laki di hadapannya itu sangat random pagi ini. Kenapa pula dia menannyakan usianya tiba-tiba?

"Tujuh belas tahun, kurasa? Kenapa?"

Kris menyentuh dagu runcingnya sambil menggelengkan kepala, berlagak sedang berpikir. Sementara vampire muda di hadapannya sudah memasang wajah datar.

"Kau masih akan tumbuh lagi. Sudah tidak manis lagi. See? Sekarang kau masih sebahu ku, bisa-bisa kau menyamaiku nanti"

Zitao mencibir. "Lalu?"

Mengusap ataupun menepuk kepala Zitao sudah menjadi kebiasaan Kris sejak vampire itu kecil, sudah menjadi rutinitas, dan Zitao hanya pasrah saat laki-laki itu memperlakukan dirinya seperti dia masih anak-anak.

"Kau yang tertinggi di antara kedua temanmu 'kan?"

Kerutan tercipta di dahi Zitao, vampire manis itu menatap curiga. Karena dia tidak pernah bercerita apapun tentang kegiatannya di sekolah.

"Darimana kau tahu?"

Kris mengangkat kedua tangannya, "aku selalu tahu. Setidaknya kau yang paling tinggi di antara mereka. Ya sudah sana berangkat, kau bisa terlambat"

Sejak dia tumbuh besar, Kris memang jadi lebih banyak bicara. Meski Zitao sering tidak menggubrisnya. Bagaimana pun Kris lah yang selama ini membesarkan Zitao seorang diri.

"Lihat siapa yang bicara. Aku berangkat"

"Hei, kau melupakan sesuatu Taozi"

Baru beberapa langkah kata-kata Kris membuatnya kembali berhenti di tempat, membalikkan badan dengan alis bertautan, Zitao menatap Kris dengan tatapan 'apa?'

N. O. I. R (Fin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang