That Man

781 138 67
                                    

"Semua ini membuatku lapar saja"

Park Jimin menundukkan kepalanya saat keheningan di ruangan luas milik sang Presedir berakhir oleh suara berat laki-laki itu. Kedua telapak tangannya yang bertautan di depan tubuhnya mulai basah karena gugup.

Hari yang buruk. Pagi-pagi dirinya harus menghadap sang atasan untuk kesalahan yang telah dia perbuat. Lebih baik jika dirinya dimarahi saat ini juga, daripada harus dibiarkan berdiri diam tanpa suara sedikitpun.

Jimin bisa merasakan suasana dan aura di ruangan itu berubah, sedikit lebih berat, dan dirinya seperti sedang diintimidasi.

"Kau sudah bekerja cukup lama dan masih melakukan kesalahan seperti ini"

"Maafkan saya Mr, akan saya perbaiki sesegera mungkin"

"Sudah seharusnya, itu tugasnmu"

Jimin bergerak untuk mengambil laporan yang berada di atas meja kerja sang Presedir, masih dengan kepala tertunduk.

"Kalau begitu saya permisi" membungkukkan tubuhnya sejenak, kemudian dia beranjak dari hadapan Kris.

Laki-laki tampan itu bangkit berdiri seraya mengambil bungkus rokok yang berada di laci paling atas meja kerjanya, mendengar suara lain di antara daun pintu yang hendak tertutup, ia mengangkat wajahnya menatap ke depan.

Pria muda lainnya masuk ke dalam ruangan dengan pakaian kasual dan jacket kulit. Kris berjalan memutar, menerima sapaan hormat dari pemuda itu ㅡyang masih membungkukkan badannyaㅡ melaluinya begitu saja, menuju balkon ruang kerjanya yang terbuka.

Pemasangan menakjubkan tersaji di lantai paling atas gedung itu, Kris bisa melihat semuanya dari sana. Dan merokok adalah satu-satunya solusi untuk mengesampingkan rasa laparnya untuk sementara waktu.

"Kenapa kau baru muncul, Taehyung?" dia bertanya tenang, pandangannya lurus ke depan. Kris menghisap lintingan racun itu dengan khidmat.

"Maafkan saya Tuan, kali ini ada sedikit masalah, tapi saya sudah membereskannya"

"Masalah apa?"

"Bawahan Mr. Ishihara menyerang kami saat transaksi berlangsung"

"Ada korban?"

"Tidak Tuan, hanya beberapa orang yang terluka dan itu tidak parah"

Kris menganggukkan kepalanya, meremas batang rokok yang masih cukup panjang di tangan telanjang, lalu membalikkan badan menatap pria berusia sekitar 25 tahun itu dengan senyum kecil terulas di bibir.

"Kau salah satu favoritku, Taehyung"

Laki-laki berambut abu-abu itu menundukkan kepalanya hormat.

"Seperti yang ku janjikan, kau dan dan anak buahmu akan dapat bonus tambahan" Kris melangkah masuk meninggalkan balkon. Berjalan menuju mejanya.

Kali ini membuka laci terbawah, mengambil sebuah amplop tebal berwarna coklat muda dan meletakkannya di atas meja. Taehyung bergerak mengambilnya.

"Terima kasih Tuan"

"Ada satu hal lagi, aku mau kau mengawasi Zitao di sekolah. Aku ingin tahu dengan siapa saja dia berteman dan seperti apa lingkungannya"

Taehyung mengerutkan dahinya tipis. "Tapi itu bukan pekerjaan saya"

"Aku tahu. Tapi hanya kau yang bisa ku mintai untuk hal itu, Lui menolak membantuku untuk yang satu ini. Dan lagi Zitao tidak pernah menceritakan kehidupan sekolahnya padaku"

Meski cukup bingung, Taehyung kemudian menganggukkan kepala menyanggupi permintaan sang Tuan. Dan dia pun meminta untuk undur diri, tugasnya sudah selesai dan dia tidak memiliki kepentingan lagi untuk tetap berada di ruangan itu.

N. O. I. R (Fin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang