Alive

765 157 38
                                    

Apa yang dikatakan Kris bertahun-tahun lalu benar adanya.

Zaman berubah, dunia berubah.

Kereta kuda tak lagi digunakan.

Perapian tak lagi ada di tiap rumah.

Gedung-gedung tinggi tersebar seperti sampah yang berserakkan.

Dan mereka hidup di dalamnya.

Zitao tak perlu alarm untuk membuatnya terjaga di pagi hari, karena kedua matanya tak benar-benar terpejam. Pagi menjelang namun langit masih sedikit gelap, tubuhnya masih nyaman terbalut selimut putih tebal selagi jarum jam terus bergerak.

Separuh wajahnya menempel di bantal, kelopak matanya enggan untuk terbuka, sekilas menangkap bayang-bayang langit berwarna biru gelap dari kaca jendela kamar yang tak tertutup

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Separuh wajahnya menempel di bantal, kelopak matanya enggan untuk terbuka, sekilas menangkap bayang-bayang langit berwarna biru gelap dari kaca jendela kamar yang tak tertutup.

Biru. Menenangkan.

Suasana kamarnya begitu sepi dan hening.

Dan dirinya benar-benar tidak ingin bangun dari tempat tidur super empuk miliknya.




.

.

.

.





"Lui!"

Pemuda gagak itu awalnya sibuk mempersiapkan secangkir kopi pahit di dapur bergegas meninggalkan pekerjaannya menuju ke sumber suara yang memanggilnya sepagi ini.

"Ya Tuan?" sampai di depan pintu kamar yang terbuka.

Laki-laki tinggi tegap dengan rambut hitam yang masih basah dan mengenakkan bathrobe berwarna senada. Menoleh pada asistennya dengan alis menukik, Kris berjalan mendekat, membawa selembar kertas di tangan kanannya.

"Ada apa Tuan Kris?" Lui tak mengerti kenapa sosok yang dihormatinya itu terlihat marah pagi ini.

"Apa kau yang membuat laporan ini?"

Kertas itu terangkat di depan wajahnya. Lui mengambilnya, membaca isinya dan langsung mengetahui penyebab amarah Kris pagi ini.

"Bukan Tuan. Park Jimin yang membuat laporan Hotel XX"

"Kembalikan padanya, katakan dia harus membuat laporan baru. Sore ini harus sudah berada di mejaku" Lui mengangguk mengerti. "Lalu bagaimana dengan Taehyung? Kenapa dia belum menghubungiku?"

"Akan saya tanyakan nanti"

"Ya sudah pergilah. Pagi ini benar-benar menjengkelkan" Kris menggerutu di akhir kalimat.

Lui beranjak dari ambang pintu, dan Kris masih berdiri di sana dengan kedua tangan berada di pinggang. Satu alisnya terangkat menyadari sesuatu, memutuskan untuk keluar dari kamarnya menuju ke lantai atas.

N. O. I. R (Fin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang