Not A Date

774 127 73
                                    

"Akhirnya selesai juga, rasanya kepalaku hampir meledak" keluh Kyungsoo begitu bel pertanda usainya kelas terakhir berbunyi.

Pemuda mungil itu mengemasi peralatan sekolahnya, kemudian menoleh ke belakang punggungnya untuk menemukan Zitao yang menelungkupkan tubuhnya di atas meja dan Jungkook yang menguap.

Pelajaran matematika memang selalu melelahkan, menguras lebih banyak energi meski sepanjang hari mereka hanya duduk tenang di bangku. Pengecualian untuk Zitao sebenarnya, tapi dia harus berakting senormal mungkin, ingat?

"Ada beberapa nomor yang tidak bisa ku jawab. Kalian bagaimana?" mata bulatnya bergantian menatap kedua teman baiknya.

Jungkook menghela nafas pendek, saat kedua tangannya sibuk memasukkan buku-buku dan kotak pensil ke dalam bacpack biru gelap miliknya.

"Aku pasrah Kyung. Ahn-songsaenim benar-benar gila, mendadak dia mengadakan tes. Aku yakin anak-anak yang lain juga kesulitan menjawab soal-soal itu"

Zitao mengangkat kepalanya, meski dagu runcingnya masih menempel di permukaan meja dengan kedua tangan yang masing-masing terjulur ke depan dan tertekuk memegangi tangan satunya.

"Ahn-songsaenim itu iblis. Guru mana yang memberikan tes dengan soal sebanyak itu?" gerutunya.

"Mentang-mentang sebentar lagi ujian kenaikan kelas, bukan berarti dia bisa menyiksa kita seperti itu" Jungkook ikut menggerutu.

"Tes itu membuatku semakin mengantuk" lanjutnya.

"Well, matamu nyaris menutup, kau tahu" Zitao menarik tubuhnya dari meja yang seolah ada lem di sana yang membuatnya begitu malas meski hanya untuk berbenah.

"Kantong matamu jadi mirip seperti Tao" Kyungsoo terkekeh kecil mengucapkannya. Dia sudah siap dengan bacpack di punggung.

"Yah, semalam aku mengerjakan tugas sampai larut"

"Kau part time hari ini?" Zitao bertanya. Jungkook mengangguk sambil mengatakan 'ya'. Pemuda kelinci itu berdiri dari bangkunya.

Kyungsoo melirik Zitao, yang ternyata juga sedang melakukan hal yang sama. Saat Jungkook tidak memperhatikan kedua temannya, kedua pemuda itu seperti tengah bicara melalui tatapan dan gelagat mereka.

"Tentu saja. Kenapa? Kalian mau dagang ke tempat kerjaku?" Jungkook menatap kedua temannya bergantian.

"Aku dan Kyungsoo berencana ke tempat kerjamu nanti, karena aku harus ke kantor Ayahku dulu. Oke?"

Senyum Jungkook mengembang, meraih bahu Zitao yang lebih tinggi darinya, berjalan bersama, dan meraih bahu Kyungsoo. Mereka berjalan beriringan bersama, menyusuri koridor sekolah yang berangsur sepi.









.

.


.

.







Jam makan siang hari ini Jimin tidak bisa menghabiskannya di luar kantor, biasanya dia akan bertanya pada Taehyung untuk makan siang. Karena tidak ada karyawan lain yang dekat dengannya. Well, posisinya sebagai asisten pribadi Mr. Wu membuatnya mendapat sedikit permusuhan dari beberapa karyawan.

Karena hari ini mendadak kolega yang berasal dari Kanada menelpon jika mereka ingin bertemu untuk membicarakan sesuatu yang penting. Alhasil dirinya sebagai asisten sang Presrdir haruslah siap siaga jika sewaktu-waktu tamu mereka datang.

N. O. I. R (Fin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang