Terik matahari menyengat padang rumput yang luas. Di tengah padang rumput yang menguning itu, beberapa hwarang mendirikan sebuah tenda untuk menutupi dua buah kursi yang saling berhadapan dan terpisah oleh sebuah meja kecil di tengahnya. Setelah tenda selesai dan makanan serta teh dihidangkan di atas meja, Putri Deok Man berjalan menuju tenda itu didampingi oleh Hwarang Bidam.
"Kedua belah pihak sudah menyepakati, akan menempatkan pasukan sejauh 10 ri (1 ri = 323 m)," kata Bidam.
Deok Man menoleh melihat para pasukannya yang berdiri siaga, dan ketika ia menoleh kembali ke depan, ia melihat sebuah tandu yang dikawal oleh Chil Seok, kaki tangan Mi Shil yang pernah memburu Deok Man sebelum kembali ke istana.
"Apakah kau yakin ini akan berhasil?" tanya Bidam.
Deok Man hanya tersenyum tipis. Tirai tandu dibuka dan Mi Shil keluar dengan anggun. Ia menunduk hormat kepada Deok Man sebelum duduk berhadapan. Bidam mundur beberapa langkah untuk memberikan privasi bagi dua wanita hebat itu.
"Tujuanku mengundang Anda kemari adalah untuk melakukan kerja sama," kata Deok Man sambil menuangkan teh ke cangkir Mi Shil.
"Kerja sama?"
"Aku sudah pasti mengalahkan Anda. Bukankah Anda sudah tahu bahwa aku sudah memiliki cara untuk membantai kalian semua para pemberontak? Aku akan meracuni sungai di Benteng Daeya. Tetapi..." Deok Man berhenti sejenak untuk menyesap tehnya, "Aku rasa sayang sekali jika kalian semua dibunuh."
"Sayang?"
"Silla memiliki ambisi besar yang harus dicapai dan aku menyadari impian itu. Itu sebabnya aku mengumpulkan bakat-bakat di seluruh negeri."
Mi Shil tertawa sinis, "Orangku jelas memiliki banyak bakat. Jadi, siapa yang akan kau rekrut? Seol Won Rang, Mi Saeng, atau Chil Seok?" tanya Mi Shil sambil mengambil cangkirnya.
"Aku ingin merekrut Anda, Lady Mi Shil."
Cangkir yang sudah mendekati bibir tiba-tiba berhenti di udara. Mi Shil melirik Deok Man.
"Aku ingin menggunakan kemampuan Anda sebagai kekuatan atau mesin penggerak untuk mimpi Silla," lanjut Deok Man.
Mi Shil meletakkan cangkir di pangkuannya. Tangannya gemetar menahan amarah. Ia merasa terhina.
"Oh, baiklah, jika itu terdengar sebagai hinaan bagi Anda, tapi ini perlu dicoba. Hmm... Bagaimana menjelaskan ini dalam kata-kata?" Deok Man berakting sedang berpikir, "Ah, mendidik calon penguasa. Sekarang tidak ada harapan bagi Anda untuk menjadi penguasa, bagaimana jika mengajar calon penguasa? Bagaimana, apakah ini cukup enak didengar?"
Mi Shil mendengus pendek, "Penguasa... Apa kau pikir, Mi Shil ini tidak akan pernah bisa memerintah Negara ini?"
"Kecuali Anda pergi ke tempat lain dan mendirikan Negara sendiri, tidak ada pilihan lain. Anda tidak punya pilihan ataupun kualifikasi menjadi penguasa Silla."
Mata Mi Shil memancarkan kesakitan hatinya, "Penguasa? Silla? Tahu apa kau tentang hal itu? Jeongcheongun, Dosal Seong, Handasagun, Sokham Seong, apakah kau tahu di mana tempat-tempat itu berada?"
"Itu adalah batas selatan, utara dan barat dari negeri ini," jawab Deok Man.
"Salah. Bukan. Ini di mana darah Mi Shil yang rendah ini tercurah di atas tanah itu. Semua prajurit yang kucintai, yang kusayangi, semua nangdo, semua wonhwa... dan mereka bahkan tidak tahu di mana tubuh mereka dikuburkan. Mereka tidak memiliki tanda makam dan dikuburkan di tanah-tanah itu. Inilah Silla. Ini yang sudah kujelajahi dan kutaklukan dengan Raja Jinheung, semua perbatasan Silla. Apa yang kau ocehkan mengenai penguasa dan Silla, kau tidak tahu dan tidak mengerti apapun! Cinta yang kumiliki untuk Sadaham sama dengan cintaku pada negeri ini. Ini karena aku sangat mencintai negeri ini dan rindu untuk menjadikannya milikku!" bentak Mi Shil dengan geram.
KAMU SEDANG MEMBACA
[QSD FF] Destiny's Game✔
ФанфикKisah cinta Ratu Silla, Seon Deok dengan perdana menteri Bidam, yang terpisahkan oleh takdir karena keraguan serta pengkhianatan. Beratus tahun kemudian, takdir mempertemukan mereka kembali. Kali ini, akankah takdir akan mempersatukan mereka? Atau...