Suasana kantin ramai seperti biasanya. Suara nyaring milik anak perempuan yang meneriakan makanan pesanannya, suara rendah milik anak laki-laki yang sedang mengobrol, akustikan atau bahkan menggoda adik kelas menjadi satu. Banyak murid-murid lain yang masih sibuk mencari meja kantin yang akan disinggahi. Tapi untungnya, Gita, Salsha dan Arin sudah duduk di kursi kantin sejak bermenit-menit yang lalu.
"Kemarin lo pulang sama siapa, Git?" tanya Salsha lalu memasukan siomay dari piring keduanya.
"Sendiri," jawab Gita tanpa mengalihkan pandangannya dari layar ponselnya.
"Nggak sama Aldi?"
Pertanyaan Salsha selanjutnya hanya dijawab dengan gelengan pelan dari Gita.
"Aldi nggak nganterin lo?" Salsha. Gita menggeleng
"Ngapain juga Aldi nganterin Gita? Nggak nyambung deh lo, Sha." Kali ini Arin ikut menimbrung pembicaraan mereka.
"Kan maksud gue, yang bikin Gita pingsan Aldi, yang nungguin Gita di UKS Aldi juga. Lagian juga rumah mereka searah. Kenapa sih nggak sekalian aja?" Salsha berkata dengan kedua tangan mengepal geregetan. "Aldi keterlaluan banget deh ngebiarin Gita pulang sendirian," lanjut Salsha.
Tidak ada lagi yang berbicara. Gita pun tidak ingin membahas hal-hal yang berkaitan dengan Aldi. Yang terdengar hanya suara hiruk pikuk murid di kantin yang sibuk dengan urusannya masing-masing.
"Maaf, calon-calon istri yang solehah. Mau ikut gabung boleh, ya. Meja kantin penuh." Suara rendah milik seorang pria yang tiba-tiba datang berhasil membuat Gita, Salsha dan Arin menoleh. Dan tanpa persetujuan, keempat pria itu langsung duduk di kursi meja kantin miliknya dengan berdesak-desakkan.
Gita, Aldi dan Ilham berhadapan dengan Bagas, Salsha dan Arin. Serta Iman yang mencari kursi lain untuk tambahan di meja kantin ini.
Tadinya Aldi ingin duduk di pinggir supaya dirinya tidak bersebelahan dengan Gita. Tapi Ilham sudah merebut tempatnya.
"Sempit, anjir," protes Salsha mendorong-dorong bahu Bagas untuk menjauh.
"Ini gue udah duduk setengah pantat, buset dah. Lo kali yang gendut, elah." Bagas melawan dengan mendorong tubuh Salsha berlawanan. Membuat Salsha terpaksa mengalah sambil menggerutu kesal.
Bagas memerhatikan setiap temannya yang duduk di meja kantin ini. Aldi sibuk menyantap semangkuk baksonya yang belum habis. Sementara Gita hanya diam memainkan ponselnya dengan serius. Bagas bisa melihat wajahnya Aldi yang terlihat tidak nyaman. Lain halnya dengan Gita yang tenang-tenang saja bersebelahan dengan Aldi.
Sementara Iman juga sibuk menyantap sepiring siomay yang dicampur dengan otak-otak yang dibelinya dari warung yang berbeda. Bagas tertawa kecil menyadari situasi ini.
"Di, Man, nggak ada niatan buat nyapa mantan, gitu?" pertanyaan Bagas membuat semua orang di meja ini menoleh ke arahnya, kecuali Gita.
"Bacot lo, ah. Udah abisin aja tuh bakso lo." Salsha merespon dengan jengkel.
"Nyesel deh gue numpang makan di meja ini." Bagas menggumam pelan.
"Di?" kali ini Ilham bersuara.
"Apa?"
"Semalem Rania ke rumah gue," ucapan Ilham yang ini membuat gerakan tangan Gita terhenti sesaat.
Ilham merogoh kantung celananya dan mengeluarkan sebuah flashdisk. "Dia ngasih flashdisk ini ke gue katanya isinya film-film yang lo mau donlot tapi nggak sempet. Jadi dia yang donlotin. Nih."
"Wah, film apaan? Bokep ya lu?" Bagas
"Lo nonton kayak gitu sama Rara, Di? Gila gila." Iman
"Emangnya lo masih kontekan sama Rania ya, Di? Gue pikir udah nggak semenjak..."ucapan Bagas menggantung lalu melirik Gita. Ragu untuk kembali melanjutkan perkataannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Greška
Teen Fiction"Nyatanya, kita sama-sama sakit hati sama hal-hal bahagia yang selama ini kita lakuin."