#10 - Truth [2]

1K 182 88
                                    

Aldi berjalan mengikuti Iman dengan nampan yang berisi 4 es teh gelas di atasnya. Sementara Iman membawa 4 piring siomay di atas nampan miliknya. Sebisa mungkin dirinya keluar dari kerumunan sesak dari orang-orang yang bergerumbul saat jam istirahat berbunyi.

Ketika mereka sudah bebas dari kerumunan, yang harus dilakukannya adalah mencari meja makan untuk menyantap hidangannya. Dan itu adalah tugas Bagas dan Iman. Yap, mereka berbagi tugas mulai sekarang. Bagas dan Ilham mencari meja sementara Iman dan Aldi memesan makanan.

Lambaian tangan Bagas terlihat oleh Aldi di meja yang terletak di sudut ruangan. Sudut ruangan adalah meja tempat Gita dan teman-temannya berada. Apa mungkin Bagas memilih untuk bergabung dengan mereka lagi? Aldi memanjangkan kepalanya untuk dapat melihat siapa saja yang ada di meja itu dan tertegun sepersekian detik itu juga ketika menyadari bahwa Gita tidak ada di sana.

"Sini, Al, duduk." Bagas menepuk-nepuk kursi di sampingnya.

Aldi menuruti ucapan Bagas dengan mata yang menatap Arin, Salsha bingung.

"Lo pasti nyariin personil satu lagi, ya?" tanya Bagas sok tau.

"Gita sakit." Salsha berucap tiba-tiba tanpa ditanya.

"Sakit hati kali dia tau kalau Raka selingkuh." Ilham berceletuk asal dan di balas dengan gulungan tisu oleh Salsha.

"Diem deh lo." Salsha

Aldi membuka mulutnya ingin menanyakan keadaan Gita lebih lanjut. Tapi kembali ia bungkam.

"Gue ke toilet dulu." Aldi pamit dan berlalu begitu saja.

Aldi memutuskan untuk ke gedung kosong belakang sekolah. Gedung ini nantinya akan dipakai sebagai aula sekolah, tapi masih dalam tahap proses dan tidak ada seorang pun di sini.

Aldi mengeluarkan ponselnya dan mencari sebuah nama dalam kontaknya.

'Mama Mertua'

Dan tanpa ragu, Aldi menekan tombol panggil.

Tiga detik kemudian, panggilannya terjawab.

"Halo, Ma? Gita sakit apa, Ma? Demamnya udah turun belum? Demam dari kapan? Ma, jagain Gita, ya? Nanti malem Diaz ke sana."

-*-

Aldi masih berhubungan baik dengan Mama Gita—bahkan setelah mereka putus. Mama Gita mengetahui jika Gita dan Aldi sudah putus tapi Mama Gita tetap menerima Aldi sebagai calon menantunya—ya, setidaknya itu yang dikatakan beliau.

Ketika Aldi tidak memberi tahu alasan yang terjadi saat di ruang seni pada Gita, Aldi diam-diam datang ke rumah Gita. Bercerita semuanya pada Mama Gita. Menjelaskan semua yang terjadi pada Mama Gita dan Mama Gita berkata, "gapapa putus, yang penting nanti nikahnya sama Gita." Beliau pun menganggap bahwa Aldi adalah pria baik-baik setelah mengetahui bahwa Aldi membuat Gita menangis.

Mama menelfon Aldi sehari setelah mengetahui bahwa Gita dan Raka berpacaran. Mama bilang, Mama tidak suka melihat Gita bersama dengan laki-laki selain Aldi. Waktu itu, kata Mama, Raka pernah menjemput Gita untuk berangkat sekolah. Raka menekan bel rumah berkali-kali tetapi Mama tidak mengindahkannya padahal waktu itu Mama sedang berada di dapur. Mama tidak mau membuka pintu rumah kecuali yang datang adalah Papa dan Aldi.

Segitu inginnya kah Mama menginginkan Aldi sebagai menantunya?

Aldi tertawa kecil mengingat kejadian kejadian itu. Ia mematikan mesin motornya dan melepas helmnya, lalu bersiap memasuki rumah Gita. Aldi tidak membawa apa-apa. Hanya sebuah flashdisk yang berisi deretan film korea yang belum sempat Gita tonton.

GreškaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang