#11 - Puzzle

1K 157 52
                                    

"I'm hurting you like a jerk. I'm so sorry. I'm so sorry, Aliesha."

Aldi menatap Gita dengan airmata yang mengumpul di kelopak matanya. Ia sudah menjelaskan semuanya pada Gita. Sekarang semua terserah pada Gita apakah gadis itu memaafkannya atau tidak. Rasanya Aldi lega sudah menjelaskan semuanya seolah-olah beban yang selama ini ia pikul, perlahan menghilang.

"Gue sama Raka emang sama, Git. Gue—"

"Lo nggak sama kayak Raka." Suara serak Gita memotong ucapan Aldi. Tangan Gita terangkat untuk menepis buliran airmata yang menuruni pipinya. Gita menghela napas beratnya. "Gue juga nggak nyangka kalau selama ini kita sama-sama sakit hati. Gue pikir lo lebih doyan adek kelas daripada gue." Gita menunduk dan menyelipkan rambutnya ke belakang telinga.

"Punya lo lebih gede daripada Rania."

"Apanya?" tanya Gita galak.

"Itu......"

"Tolol, sih."

Aldi tertawa ketika melihat Gita memutuskan untuk menarik selimut dan memakai selimut sampai dada.

"Gue minta maaf ya, Git?"

Gita terlihat membenahi kasurnya dan tidur menyamping membelakangi Aldi. "Pergi lo. Gue mau tidur."

Aldi malah ikut tidur di samping Gita. "Ngadep sini dong, Git. Masa gue ngeliatin rambut lo yang banyak kutunya. Ih, ih liat deh, Git, ada ubannya."

Gita melepaskan kasar tangan Aldi yang memegang-megang rambutnya. "Berisik, tai."

Aldi tersenyum lebar dan senang karena ia sudah bisa berbicara santai kepada Gita mulai saat ini. Jika ini akan terjadi ketika Aldi menjelaskan semuanya, sudah Aldi lakukan dari dulu. Tapi yang Aldi rasakan dulu hanya takut dan menyebabkan Aldi memendam itu semua sendirian. Aldi pikir, Gita tidak perlu tahu jika dirinya pun sakit hati.

Aldi mendekatkan tubuhnya pada Gita. Melingkarkan tangannya di perut Gita. Aldi bisa merasakan tubuh Gita menegang akibat sentuhannya. Aldi menciumi rambut wangi Gita yang beraroma shampoo harum.

"Gue tidur di sini ya, Git?"

"Bilang sono sama Mama." Gita berusaha melepaskan tangan Aldi yang melingkar di tubuhnya. Tapi Aldi menahannya sampai Gita menyerah.

"Mama malah nyuruh gue tidur di sini."

"Bohong terus aja lo."

"Tapi gue nggak bohong kalau gue sayang sama lo."

"Pret."

Aldi menggeleng-gelengkan wajahnya senang ke rambut Gita, kembali menciumi aroma harum dari rambut Gita. "Gue seneng deh, Git."

Gita hanya diam. Gadis itu tidak bergerak-gerak lagi untuk melepaskan diri dari pelukan Aldi. Yang terdengar hanya detik jarum jam yang ada dinding, serta hembusan napas mereka yang beradu.

Aldi pikir Gita tertidur karena gadis itu hanya diam. Aldi juga tidak berniat bertanya apa yang sedang Gita lakukan saat ini. Aldi juga diam. Menikmati kehangatan nyaman yang selama ini hilang dari hidupnya.

Tapi kemudian, Gita bersuara dan membuat senyuman Aldi semakin lebar.

"Gue juga."

-*-

Saat ini jarum jam menunjukan pukul 10 malam dan Aldi masih belum beranjak dari kasur Gita. Masih menemani Gita yang terlelap di sampingnya.

Wajah polos Gita yang menghadap ke arahnya membuat Aldi gemas. Sesekali Aldi menyingkirkan anak rambut yang menghalangi wajah Gita atau mengelus pipi dan sekitar wajah Gita. Rasanya Aldi ingin menggigit gumpalan pipi yang sudah beberapa bulan ini tidak pernah ia sentuh.

GreškaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang