#4

46 6 1
                                    

"Karena bahagia itu tercipta dari diri sendiri" - Rafhelya Nufa

___________________

Jakarta, 16 September 2016

Suara gitar tiba - tiba saja terdengar di tengah - tengah pembicaraanku dengan seseorang

Happy birthday to you
Happy birthday to you
Happy birthday happy birthday
Happy birthday to you

Sahabat - sahabatku yang menyanyikan lagu tersebut, terlihat Katrin sedang memegang kue ulang tahun dengan lilin menyala diatasnya. Di sebelah kiri Katrin ada Nisa dengan semangatnya menyanyikan lagu ulang tahun, begitu pula Victoria yang berada di sebelah kanan Katrin dengan melakukan hal yang sama, Joe sedang memegang kamera merekam momen ini dan Refan memainkan gitar.

"Fhel gue beruntung banget kalo lo dari tadi ga sadar kita bawa kue" Ujar Victoria

"Iya gue deg - degan anjirr pas tadi lo tiba - tiba masuk kelas" Sambung Katrin

"Haha untung aja tadi Firman langsung ngajak lo ngobrol soal game, Fir thanks ya" Ujar Nisa dan dibalas Firman dengan anggukan yang menandakan iya

"Wehh ayo cepet make a wish, gue pegel nih megangin kamera. Mau makan kue nya juga, hahaha" Ujar Joe

Aku menutup mata lalu mengucapkan permohonan dan meniup lilin, diakhiri dengan suara tepuk tangan dari sahabat - sahabatku, setelah itu dilanjut dengan bagi - bagi kue. Walaupun yang patungan cuma berlima saja kita tetap bagi - bagi kue ke teman sekelas kita kok.

Oh iya, mereka sahabatku yang terbentuk saat kelas X, mereka asik, pintar dan yang pasti diantara kami gak ada tuh yang namanya jaim - jaim.

Btw, yang paling pintar di antara kami itu adalah Joe, dia paling pintar dan paling rakus juga diantara kami. Dia jago main alat musik, sama kayak Refan. Cuma bedanya Refan suka lemot kalau ditanya suka bingung sendiri, Refan takut ketinggian, dia juga ga suka pedes, kalau lagi main kami suka ngeledekin Refan dengan kata - kata "nih namanya fly over" sambil nunjuk fly over. Kita ngeledekin Refan kayak gitu karena Refan selama ini mengira bahwa jalan tol itu fly over, haha.

Aku suka bersahabat dengan mereka, walaupun sifatnya berbeda - beda kita tetap satu. Btw, kalau ada sahabatnya yang sedih mereka juga perhatian.

"Fhel, pokoknya lo harus traktir kita di kantin" Ujar Joe bersemangat

"Haha tenang aja"

"Yeaaaayyyyy"

###

"Cieeee ulang tahun" Ujar Reinner mengagetkanku yang sedang menunggu teman - temanku membeli makanan kantin

"Happy birthday, duhhh ga berasa berarti udah lama juga kita sahabatan"

"Makasih, lo mau gue traktir ga?"

"Ya mau lahhh"

Akupun mengeluarkan uang dari saku lalu memberikannya uang

"Nih, beli makanan sono. Jangan bilang siapa - siapa ya, ntar gue kere mendadak. Hahaha"

"Ahhh thank you Fhel" Ujar Reinner sok imut, yang membuatku ingin berkata "Jijik woy!"

Lalu Raihan sendiri bagaimana? Seperti biasa dia hanya mengucapiku lewat pesan tepat jam 12 malam, dia ga pernah bilang langsung. Entahlah, mungkin dia malu.

###

Aku membuka pintu kamarku lalu menaruh tas dan berganti baju, setelah itu aku duduk dipinggiran kasur sambil memandangi kalender yang terpampang jelas di kamarku itu. Ah rumah ini sepi sekali, beda dengan suasana di sekolah yang ramai bahkan sampai membuatku melupakan masalah - masalahku.

Ping! Tanda bahwa ada pesan masuk di handphoneku itu. Pesan dari mama rupanya

Mom:
Selamat ulang tahun ya dek, udah besar anak mama. Semoga panjang umur, sehat selalu, jadi anak yang bisa bikin mama bangga. Mama sayang Rafhel💙

Akupun meneteskan air mata tidak bisa menahan rasa sedihku ini, mengingat hidupku yang dulu. Ah iya, aku belum cerita ke kalian. Aku anak broken home, mama dan papaku berpisah sejak aku kelas VII. Saat ini mama sudah menikah lagi dan tinggal bersama suaminya yang baru, aku tinggal sama papaku. Tapi papaku ini ga pernah peduli denganku, kita tinggal satu rumah tapi kita ga pernah ngobrol, ngumpul bersama. Rasanya seperti ada pembatas antara aku dan papaku, aku punya kakak tapi dia sudah bersuami saat aku kelas IX. Selama ini aku makan di rumah kakakku karena memang rumah kakakku yang jaraknya ga jauh dari rumahku, btw keperluan sekolahku mama yang membiayai dan uang jajan sekolahku pun diberi bulanan oleh mama setiap tanggal 1.

Diantara kalian pasti ada yang berpikir mengapa aku tidak tinggal sama mamaku saja? Karena mama yang menyuruhku untuk tinggal disini, sebenarnya rumah yang kutempati saat ini adalah rumah mamaku.

Lalu apa sahabatku tau mengenai hal ini? Tentu saja mereka tau, tapi mereka ga terlalu tau secara mendalam bagaimana sifat papaku, mamaku dan apa masalahnya sampai mama dan papa berpisah. Apa masalah keluarga yang sering aku alami sampai saat ini, yang mereka tau cuma aku anak broken home sejak kelas VII.

Bukannya aku ga percaya pada sahabat - sahabatku ini, tapi karena menurutku hal itu ga perlu diceritakan. Lalu bagaimana keadaanku sebagai anak broken home? Yang pasti saat ini aku baik - baik saja, anak biasa saja. Yang diluarnya masih terlihat bahagia, bisa tertawa saat berkumpul sama teman - teman, hanya saja di dalamnya rapuh ada luka batin yang mendalam.

Percayalah, awalnya teman - temanku juga ga menyangka bahwa aku anak broken home dikarenakan kehidupan sehari - hariku yang biasa seperti anak - anak pada umumnya, yang terlihat bahagia setiap hari, yang seperti tidak mempunyai masalah sama sekali. Padahal menurutku mereka cuma ga tau bagaimana jika kita sedang sendiri, kehidupanku di rumah dan di luar rumah juga sangat amat berbeda, di rumah aku menjadi seseorang yang pendiam, jarang bicara. Sedangkan di luar rumah aku menjadi seseorang yang sangat amat berbeda, berisik, bawel, suka bercanda, iseng, dll.

Tapi sampai saat ini aku percaya kalau ga cuma aku yang merasakan hal ini, banyak orang diluar sana yang merasakan hal seperti aku atau bahkan lebih besar masalahnya

______________________________________

Oke gaes, sampai disini dulu part 4nya. Author ga bakal lupa buat bilang terima kasih karena udah ngeluangin waktu buat baca cerita ga jelas ini❣️

-Love from me, Human💙

Te AmoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang