Don't forget vote and comment👐
Now Playing : Sofia Carson - Back to Beautiful***
Kamu manis, tapi sayang manismu hanya sesaat. Sama seperti permen karet yang selalu saya makan. Manis di awal, hambar di akhir.
***
Andai saja rasa penasaran itu tidak ada, mungkin Megan tidak akan memarahi Jennie karna sudah mengagetkannya menggunakan foto istri sahnya Iqbal. Sungguh ia benar-benar terkejut, Jennie sudah mengerjainya dengan keterlaluan. Jennie bilang istri sahnya Iqbal itu cantik dan sexy. Tapi apa yang dilihatnya? Hanya seorang remaja yang jarang ia liat di layar tv.
Masa iya Iqbal mempunyai istri yang masih anak-anak seperti itu. Ah, memikirkan Iqbal dan istri sahnya membuat Megan pusing. Saking pusingnya ia memilih duduk di kursi yang ada di koridor dan menyenderkan punggungnya kesandaran kursi. Ia akan menunggu Bianca sampai selesai remed, barulah ia pulang. Ia tidak mungkin meninggalkan Bianca seperti Jennie yang sudah pulang duluan dengan Alvino. Ya, akhir-akhir ini Bianca memang selalu remedial. Padahal perempuan itu dulunya selalu mendapat peringkat lima besar dikelas, tapi sekarang, Bianca seperti seorang murid yang tidak punya tujuan hidup dan kerjaannya hanya malas-malasan saja.
"Ngapain?"
Megan menoleh ke arah orang yang bertanya padanya barusan, dia adalah Tarra. Megan tersentak melihat penampilan Tarra yang bukan seperti seorang murid. Bayangkan saja, di dalam sekolah cowok itu dengan beraninya memakai kaos hitam pres body dan baju batik Galaksi-nya ia sampirkan di bahu kiri. Sebenarnya Tarra ini seorang murid atau preman sih?
"Orang nanya tuh di jawab."
Megan memoloti Tarra saat dengan kurang ajarnya duduk disampingnya sambil merangkul bahunya dan menggoyang-nggoyangkan tubuhnya ke kanan dan ke kiri. Ini gawat! Bisa-bisa anak Galaksi yang melihatnya dengan Tarra seperti ini langsung menjadikannya bahan gosip untuk mereka bahas berulang-ulang tanpa ada habisnya.
"Lepas ah. Ngapain sih pake rangkul-rangkul segala."
"Emang kenapa? Kita kan udah resmi." ucap Tarra santai. Ia berhenti menggoyang-goyangkan tubuh Megan dan beralih menepuk-nepuk kepala perempuan itu tanpa memindahkan tangan kekarnya dari bahunya.
Alis Megan menyatu, merasa aneh dengan ucapan Tarra. "Resmi? Maksud lo jadian?"
Tarra mengangguk sambil membuat balon dari permen karet yang sedang ia makan-mata cokelat-nya menatap Megan dengan lama, menunggu respon yang akan dia keluarkan.
"Resmi dari mananya? Lo lupa kalo lo belum pernah nembak gue?"
Megan menggigit bibirnya saat dirasa ucapannya salah. Itu sama saja ia seperti memberi kode agar Tarra segera menembaknya. Untung saja reaksi Tarra hanya mengangkat bahu acuh, sama sekali tidak sadar dengan maksud yang ia ucapkan.
"Nggak perlu di tembak juga lo bakal tetep jadi cewek gue."
Benar apa kata Jennie kalau sifat asli Tarra sudah muncul. Tarra yang sekarang adalah Tarra yang penyuruh dan terlalu percaya diri. Sama seperti saat ia pertama kali bertemu dengannya.
"Dasar kepedean! Lo kira gue mau sama lo?"
"Terus lo mau apa? Gue tembak pake bunga dan cokelat kaya di novel-novel biar lo mau sama gue? Iya?"
Tarra menarik tangannya dari bahu Megan dan sedikit memberi jarak pada tubuhnya agar bisa menatap Megan dari samping. "Gue nggak sebaik itu cuma buat hal-hal yang bagi gue buang-buang waktu, tenaga dan uang Megan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Megantarra
Teen FictionSeperti musik yang mengalun, kehadirannya bagaikan ketenangan bagi jiwa yang kelam. Di iringi nada, dia hadir melengkapi kekurangan musik ku. Tidak salamanya, tapi mampu bertahan hingga kapan pun. "So, let's listen to the sound of this story!" -M...