Gurat kesenangan terus menyambangi raut si bocah Jung. Pun lidahnya masih asik menyesap rasa manis dari setiap sisi es krim, sampai-sampai dia mengabaikan fakta bahwa sudut-sudut bibir sudah cemong karena dipenuhi cairan dingin itu. Sedang si Paman yang membawanya ke sini pun hanya tertawa sambil menyeka sedikit demi sedikit sisa es krim di wajahnya.
Jeon Jungkook memang menepati janji untuk mengajak Denish membeli es krim di kedai tempat kesukaannya dulu dengan Yein. Pria itu ingat, dulu Yein akan selalu berusaha menyisihkan uang jajan untuk membeli es krim di sini. Jadi setidaknya seminggu dua kali, gadis manis itu akan memelas minta ditemani, jika dia tak mau maka Yein akan memberikan tawaran yang sukar sekali ditolak. "Nanti aku akan membantu mengerjakan prmu deh, tapi kita mesti melakukannya di sana," begitu penawaran Yein. Kan susah sekali ditolak.
"Paman, Paman," panggil si kecil Denish yang disambut deheman kecil si tua Jungkook. "Es krimnya enak sekali. Dey suka, sangat suㅡka." Denish menjelaskan dengan memberikan kata 'suka' dengan intonasi yang lebih panjang dari biasanya.
Jungkook tersenyum lebar, mengusap surai legam sang bocah. Imut sekali. Cubitan kecil di pipi buntal anak itu pun dia layangkan, saking gemasnya. "Dey, mau es krim lagi?"
Kendati tawaran Jungkook terdengar amat menarik di telinga, Denish memilih menggeleng, sambil berkata, "Tidak, terima kasih banyak Paman. Kata Mommy Dey tidak boleh terlalu banyak makan es krim, nanti perutnya sakit. Uh... Dey tidak mau jika sampai masuk rumah sakit, nanti disuntik dokterkan sakit."
"Astaga Dey imut sekali, kalau es krimnya sudah selesai ayo ikut Paman jalan-jalan," ajak Jungkook disertai anggukan antusias oleh Denish.
Rasanya Jungkook jadi merasa heran mengapa bisa jadi begitu dekat dengan Denish, padahal pertemuan keduanya belum ada sepuluh jam, tetapi mereka seperti sudah kenal lama sekali. Denish jadi terlihat seperti anaknya, begitu pikir Jungkook. Ya, walaupun pikiran itu langsung ditepis mengingat dia belum pernah sekali pun membawa gadis masuk dalam ranjangnyaㅡ membuat proses pembuahan untuk menghasilkan anak.
Pun Jungkook langsung ingat tentang perkataan teman-temannya dulu yang menyebut dia mirip dengan Yein. Sekarang ia meyakini hal itu. Anggaplah Denish sebagai copy-paste wajah Yein dan suami dengan tambahan Jungkook di dalamnya. Dia juga meyakini alasan mengapa jadi bisa begitu akrab dengan anak ini karena dia melihat sosok Yein di dalam sana. Mungkin jika Denish anak perempuan, dia akan jauh lebih mirip dengan Yein. Jungkook jadi kembali mengingat wajah manis Yein ketika waktu kecil dulu: Gigi kelinci yang muncul tanpa malu jika sang empunya tersenyum begitu lebar sampai membuat matanya tenggelam, serta rambut kuncir dua juga senantiasa bergoyang jika si pemilik bergerak, uh imut sekali. Sekarang sih ada tambahan dewasa dan seksi di tubuh wanita itu.
*Duh, jadi khilaf.*
"Paman, Dey sudah selesai," ujar Denish mengintrupsi.
"Eh sudah? Sini Paman bersihkan dulu." Dengan telanten Jeon Jungkook membersihkan sisa-sisa es krim di wajah Jung kecil. Menggandeng tangan mungil itu ke luar dari kedai, sesekali melempar senyum saat langkah mereka menampaki jalanan menuju area pria Jeon memarkirkan mobil.
Bagi Denish ini salah satu perjalanan paling dia sukai, setelah berlibur bersama Mommy tentunya. Paman Jungkook ini sukses menjelma menjadi sosok pahlawan baru baginya, Ironman pun lewat jika disandingkan. Ketika mobil melaju membelah jalanan, anak itu bahkan tidak berhenti menyungging senyum. Sangat senang.
"Dey, suka superhero apa?" tanya Jungkook membuka pembicaraan.
Baru juga tadi Dey memikirkan tentang superhero.
"Paman Jungkook," ujarnya lugas.
Jungkook mengernyit, membuat bentuk v kecil di dahinya yang berkerut. "Paman kenapa?"
Denish menggeleng, "Paman Jungkook, superhero kesukaan Dey ya Paman."
"Hah? Tapi Paman kan bukan superhero."
"Paman superhero Dey!" seru anak itu kekeh pada pendirian. Bahkan wajahnya berubah lebih serius, kendati lebih terkesan imut bagi Jeon Jungkook.
"Baiklah," ujar Jungkook mengalah. Pun dia sendiri penasaran, kenapa Denish menunjuknya sebagai superhero kesukaan. Dia bukan Ironman loh, walau dulu ia pernah bercita-cita begituㅡ saat film pahlawan itu pertama kali rilis. "Tapi, mengapa Paman jadi superhero yang Dey suka?"
"Hmmㅡ" Denish terdiam memikirkan alasan yang tepat, bingung sendiri sih, namun tiba-tiba dia tahu mengapa, "karena, Paman itu keren. Sudah tampan, baik lagi, seperti seorang ayah. Walau Dey tidak punya ayah, tapi kata teman Dey dulu seorang ayah itu seperti superhero. Kerenkan?"
Bungkam. Jeon Jungkook terdiam mengikuti laju mobilnya yang mulai memelan dan berhenti di tempat kerjanya. Tidak habis pikir, bagaimana bisa anak sekecil ini bisa berbicara begitu.
"Kenapa kita berhenti, Paman?" tanya Denish, memecah keheningan. "Ini di mana?"
"Eh? Oh... ini kantor, Paman."
Jung kecil itu menatap pusat perbelanjaan di depan dan Paman Jungkook-nya bergantian, bingung sendiri tentang ucapan barusan. "Paman, ini kan mall?"
"Iya, kantor Paman ada di atas, tapi kita tidak akan masuk ke sana. Kita akan masuk ke salah satu toko, lalu Paman akan membelikanmu mainan. Bagaimana? Dey suka?"
"Untuk Dey?" Anggukan Jungkook sukses memancing sorak-sorai dari Denish, membuat anak itu meloncat di kursinya sendiri. Sedangkan lelaki Jeon itu tersenyum menanggapi walau dengan gurat khawatir.
Jungkook amat menyesal tidak pernah mencari Yein selama enam tahun terakhir, dia sendiri yakin bahwa wanita itu jelas mengalami masa sulit. Dari yang Denish katakan, anak itu tidak memiliki ayah. Jika itu benar, apa artinya Yein pergi karena alasan yang sama seperti pikirannya? Hamil di luar pernikahan dan ayah Denish tidak bertanggung jawab? Benarkah begitu? []

KAMU SEDANG MEMBACA
Antithesis [JJK-JYI]✔
Fanfiction[Jeon Jungkook - Jung Yein ; Alternative Universe Fanfiction] [Warning : Konten ini mengandung sedikit unsur dewasa. Harap bijak dalam memilih bacaan] Season 1 : Mommy Jung✔ Season 2 : Antithesis✔ Semua orang pasti menginginkan kebahagian. Hidup ber...