[Perhatian : sudut pandang kali ini mengambil dari Taehyung ya]
Ini sudah kesekian kalinya Jungkook mogok untuk makan, Bibi pun hampir putus asa membujuk. Anak itu bahkan memilih menetap di salah satu apartemennya, mengurung diri dari gemerlap Seoul yang terus memanggil. Pusat perbelanjaan pun untuk sementara waktu diambil alih olehku, atas permintaan Paman dan Bibi.
Jeon Jungkook masih tetap seperti itu. Menatap ke luar jendela, seakan mencari-cari sesuatu di sana. Setelah pertemuan terakhirnya dengan pria bernama Park Jimin, dia secara membabi buta mengerahkan anak buahnya untuk menyelidiki penginapan yang dia tinggali bersama teman-temannya saat pesta perpisahan beberapa tahun silam. Lewat cctv fakta berkata bahwa Jungkook memang memasuki kamarnya bersama Yein. Petugas hotel yang bertugas hari itu pun mengaku bahwa menemukan bercak darah di seprai dan menggantinya saat Jungkook tengah berada di kamar mandi. Semua yang dikatakan Park Jimin memanglah sebuah kebenaran, dan Jungkook berakhir seperti ini.
"Apa dia masih tidak mau makan?" tanya Sujeong. Gadis itu baru selesai membereskan beberapa kekacauan di ruang tamu, dibantu beberapa staf yang disediakan pihak apartemen.
Aku menggeleng. "Sama seperti sebelumnya."
Sujeong menghela napas cukup keras. Gadis itu sebenarnya begitu marah dengan Jungkook, dia memang ikut dalam pesta itu dan ya seperti yang lain, dia tak pernah tahu bahwa Yein datang. Setelah mengetahui semuanya di sanalah puncak emosinya berkumpul, aku bahkan sempat khawatir ketika ingin mengajak untuk melihat kondisi adik sepupuku itu. Namun, wanitaku ini bersikeras, mengatakan bahwa iya tak akan melakukan hal-hal yang tak pantas.
Perlahan Sujeong mendekati Jungkook, sedangkan aku tetap pada posisiku. "Apa kau akan terus seperti ini, Kook?"
Jungkook melirik sebentar, namun kembali tenggelam dalam pemikiran. Sedang Sujeong menyelipkan poninya ke belakang telinga sebelum kembali mulai bicaraㅡ sungguh jika kami tidak dalam kondisi sulit begini, pasti aku akan langsung melompat kearahnya sambil berkata; Duh, cantiknya istri Abang satu ini. Tapi jelas itu tak kulakukan, terlebih ketika teriakan Sujeong sudah bergema akibat memarahi Jungkook.
"Yak! Dengar, Jeon Jungkook! Yein tidak akan kembali jika kau hanya duduk-duduk diam begini saja. Kau bilang kau mencintainya, tapi kenapa kau malah semakin menyedihkan begini, hah?"
"Bukankah semestinya kau menebus dosa atas apa yang kau lakukan kepada Yein? Temui dia! Minta maaf!"
Aku terdiam. Sujeong tak pernah semarah ini sebelumnya. Yein memang adik kesayangan Sujeong. Kendati mereka berada di tahun ajaran yang sama, gadis Jung itu tetaplah lebih muda dari padanya. Dulu pun Sujeong sering mengadu padaku mengenai Yein yang nampak menutup diri dari sekitar. Tetapi saat itu aku hanya berkata bahwa mungkin anak itu sedang dalam masa peralihanㅡ mencari jati diri atau semacamnya.
"Sekarang pun aku sedang menebus dosa, Jeong," kata Jungkook dengan senyum tipis yang dipaksakan. "Dia sudah banyak mengalami kesusahan selama ini dan sudah sepantasnya dia hidup bahagia sekarang dan akuㅡ"
"Bahkan jika dengan orang lain?" Sujeong memotong. Matanya menatap serius.
Aku mendekat ke arah mereka. Oke. Perkataan Sujeong barusan bukanlah sekedar ucapan yang asal keluar begitu saja dari mulutnya. Aku mengenal wanitaku itu, dan dia tak pernah sekalipun bercanda dalam sintuasi serius semacam ini. Kuyakini ada yang tidak kami ketahui, namun dia mengetahuinya.
"Maksudmu apa?" Jungkook bertanya. Kini fokus pemuda itu sudah berpusat pada Sujeong, sama halnya denganku.
Gadis itu kembali menghela napas, nampak begitu berat untuk sekedar mengucapkan sepatah dua patah kata. "Kemarin," dia menjeda kembali meyakinkan diri sebelum melanjutkan, "aku mendapatkan telepon dari Lisa. Dia dan Bambam sempat bertemu dengan Yein dan Denish di Swedia."
"Awalnya Lisa mengira Denish adalah anak kalian. Ya, memang sekarang kita tahu bahwa itu adalah kebenaran. Tapi saat dia bertanya apa kalian menikah, Yein menjawab tidak dan memberikan sebuah undangan pada Lisa."
Sujeong menggigit bibir bawahnya, meremas pelan tengkuknya sebelum berkata, "Di undangan itu tertulis nama Yein dan Jimin yang akan bertunangan."
Aku terkejut, sama halnya dengan Jungkook. Adikku itu tertunduk dalam diam. Oh aku tahu ini semua akan terjadi, tapi aku tak memprediksi akan secepat ini. Pun Sujeong menunjukkan foto undangan yang dikirim Lisa, dan memang benar di sana ada nama Yein dan Jimin.
Kududukkan diriku di tepian kasur, ini cukup membuat jantungku berdegub amat kencang dan kepalaku pening seketika. Apa yang akan terjadi dengan Jungkook sekarang?
Jungkook tiba-tiba bangkit, melangkah begitu cepat berkeliling apartemen mencari sesuatu. Aku menyusul di belakang. Ini tidak baik.
"Apa yang kau cari, Kook?"
"Kunci. Dia mana kunci mobilku, Bang?" Dia berteriak, dengan langkah yang lebih cepat dari sebelumnya.
"Kau mau kemana?" Aku bertanya. Bodoh sekali, karena aku pun tahu akan pergi kemana anak itu. Menyusul Yein, apa lagi.
"Kau tidak bisa pergi, Kook!" Aku berseru. Entah mengapa aku bisa berkata begitu. Aku memang pernah berjanji akan mengikuti apapun pilihannya, namun entah mengapa aku ingin membatalkan janji itu sekarang. Jika dia pergi menemui Yein, dia hanya akan menderita. Kurasa gadis itu pun sudah hidup bahagia dan dia tak ingin bertemu dengan Jungkook. Jadi untuk apa lagi adikku itu pergi?
"Aku mesti pergi, Bang. Aku mesti merebut Yein dan anakku kembali. Mereka milikku!" Dia menjerit, meremas rambutnya, sebelum limbung ke samping, dan pingsan.
Aku berlari, menangkap tubuhnya sebisaku. "Sujeong cepat panggil ambulance!" Istriku itu hanya mengangguk dengan wajah khawatirnya.
Mesti kuakui Jungkook memang bersalah atas kejadian malam itu, tapi itu pun bukan keinginannya. Aku yakin dia tidak pernah ingin melupakan apapun ketika sudah mabuk berat, tapi keadaan tubuhnya tidak mendukung. Namun karena semua itulah entah Jungkook ataupun Yein mesti sama-sama menderita. Mereka berdua pantas bahagia, dan kurasa rasa itu mesti didapatkan dari orang lain bukan dari cinta sesaat yang pernah singgah di keduanya.
The End.
Dikarena kuota Tifa yang hampir abis akibat maraton baca beberapa manga dan streaming youtube jadi update cepet. Padahal niatnya besok.
Oke kalian pasti sebel sama Tifa karena cerita ini selesai. Tau kok ini akhir yang gak sesuai keinginan kalian. Tapi ini akhir terbaik menurut Tifa. Tenang aja Tifa bakal ngasih epilog yang pasti akan menuntaskan rasa penasaran kalian kenapa akhirnya begini.
Terima kasih buat kalian yang udah ambil bagian dari cerita ini dengan baca, like, comment, semuanyalah. Tifa senang sekali. Terima kasih sekali lagi.
Sekalian numpang promosi ya jangan lupa add akun ig JeongIn Tifa ya @st.jeonjeong biar kalian bisa upadate soal cerita dan editan yaw.
Ah Tifa mau kalian tulis Nama, Tanggal lahir, Kesan dan Keinginan kalian untuk cerita ini dan Tifa. Terima kasih😘
KAMU SEDANG MEMBACA
Antithesis [JJK-JYI]✔
Fanfic[Jeon Jungkook - Jung Yein ; Alternative Universe Fanfiction] [Warning : Konten ini mengandung sedikit unsur dewasa. Harap bijak dalam memilih bacaan] Season 1 : Mommy Jung✔ Season 2 : Antithesis✔ Semua orang pasti menginginkan kebahagian. Hidup ber...