Chapter 7

2.9K 321 37
                                        

#Side A#

Terdiam. Masih tetap berdiri pada posisi, menatap punggung itu dari kejauhan. Dia masih tetap sama. Tampan, tinggi, seksi, imut, dan statusnya sebagai ayah biologis Denish, walaupun hanya aku yang mengetahui akan hal itu.

Rasanya ingin kulari padanya, memukul, mencurahkan segala emosi dalam jiwa. Mencaci mengenai tingkahnya yang sama sekali tak bertanggung jawab dengan kejadian enam tahun lalu. Tentang malam itu. Malam penuh gairah dan disambut siang yang penuh amarah.

"Kenapa kau masih berdiri di situ?" Dia bertanya, menatap tepat di bola mataku.

Aku tersentak dalam lamunan, berlari kecil menghampirinya yang sudah berada sekitar lima meter di depan. Merapikan sedikit tatanan, sebelum menyusun sebuah buku dan pulpen di masing-masing tangan; siap menuliskan beberapa intruksi yang akan diberikan.

Dia terdiam sejenak sebelum kembali bersuara dengan nada khawatir yang amat terasa, "Kau sakit, In?"

"Eh? Oh, aku tidak sakit kok, hanya kurang fokus saja, Tuan."

"Kau yakin?"

"Ya, Tuan Jeon."

Jeon Jungkook. Pria gigi kelinci itu faktanya memang ayah kandung Denish. Dialah lelaki yang bersamaku malam itu. Namun sayangnya dia tidak tahu kenyataan itu dan aku pun tak ingin memberitahu.

Egois? Tidak masalah orang-orang mau menyebut ku begitu. Manusia mana sih yang bisa percaya dengan apa yang kukatakan, jika dia sendiri tak pernah sadar pernah melakukan. Jungkook itu anak baik dan predikatnya dulu adalah kasanova yang takut dengan wanita. Jadi, jika aku mengatakan bahwa kami melakukan hubungan seks bersama saat mabuk, lalu aku yang mendadak pergi saat pagi hari karena ada urusan, dan Jungkook yang tak ingat kejadian malam itu. Apa masih ada yang percaya?

Tidak.

Aku bukanlah mahluk bodoh yang tak pernah sadar bagaimana tatapan benci para gadis ketika melihatku bersama Jungkook. Yang ada, ketika aku mengungkapkan semua, mereka akan menganggapku orang gila atau gadis jalang yang hanya ingin memanfaatkan si tampan Jeon. Lagi pula Jungkook nampaknya tak pernah sedikitpun menaruh hati padaku, mungkin saja kejadian malam itu hanyalah dianggap sebagai mimpi basah yang sering dialami pria pada umumnya.

Pun jika ditanya apa aku membencinya, aku akan menjawab 'tidak' dengan lugas. Dia tidak bersalah. Hanya aku sajalah yang ceroboh, sampai membiarkan Jungkook yang dikuasa alkohol jadi melakukan hal semacam itu padaku. Ini juga bukan salah Denish, anak itu suci hanya aku sajalah yang terlalu kontor dan sesungguhnya tak pantas disebut seorang ibu.

"Kau tahu Yein," Jungkook menjeda ucapannya, dan aku mengintip sebentar sebelum kembali pada kegiatan menulisku, "hari ini kau banyak sekali melamun dan diam."

"Benarkah?"

"Ya, kau berbeda."

Oh, tentu aku berbeda Jeon. Aku ibu satu orang anak sekarang, bukan gadis bodoh yang dulu pernah mendamba dirimu menjadi suamiku. Aku membatin, tersenyum kecil sebelum menyahut perkataannya. "Berbeda itu bagus, Tuan."

"Tetapi terlalu banyak perbedaan juga tidak baguskan, aku lebih suka dirimu yang dulu," katanya. "Dan berhenti memanggilku dengan sebutan itu saat kita hanya berdua."

Itu dia si pemaksa Jeon yang mulai keluar. Pun aku jadi sadar, darimana Denish belajar sifat itu, ternyata dari orang ini atau aku juga sih.

"Baiklah, Jungkook. Tetapi daripada itu, bukankah lebih baik kau kembali mengerjakan tugasmu, dan biarkan aku konsentrasi disini," ujarkan mencibir.

Kami memang sedang berada di dalam ruangannya, mengatur beberapa kontrak dengan beberapa perusahaan yang ingin menyewa beberapa kios ataupun toko di gedung baru. Walau nampak enggan, Jeon Jungkook tetap mengikuti ucapanku; melarutkan diri dalam berkas dan membiarkanku menatapnya sesekali.

"Oh iya, weekend ini kau sibuk?" Dia berujar kembali.

"Memangnya kenapa?"

Jungkook melempar senyum, "Bagaimana jika kita berlibur? Dengan Denish juga. Sudah lama rasanya kita tak jalan-jalan bersama."

Liburan? Dengan Jungkook? Oh, apa ini seperti liburan keluarga muda yang baru menikah?

Tetapi tidak, itu ide buruk. Tekadku kembali ke Korea bukan untuk mendekatkan Denish dengan Jungkook. Pria itu akan tetap menjadi teman masa kecil bagiku dan sekedar paman sebelah rumah bagi Denish. Hanya itu.

"Aku rasa, aku tak bisa," jawabku.

"Kenapa? Kau sibuk? Ada urusan? Urusan apa?"

"Ya, aku sibuk dan ada urusan."

"Urusan seperti apa yang membuatmu menolak tawaranku?"

Aku tak pernah suka sikap Jungkook yang begitu ingin tahu seperti ini. Haruskah aku mengatakan sejujurnya agar dia tak terlalu banyak bicara? Seperti; Aku hanya tak ingin bersama denganmu. Apa kau tidak tahu, aku sedang mencoba menjauhkan Denish denganmu? Yang ada, bukannya berhenti, lelaki itu pasti akan memberikan pertanyaan lebih panjang.

"Em," aku bergumam, mencari alasan yang tepat, "a-aku akan bertemu seorang pria."

Bodoh sekali kau Jung Yein, pria mana hah? Dekat dengan lelaki saja tidak pernah dan sekarang kau berdalih akan bertemu dengan pria.

"Oh, baiklah. Lain kali saja," Jungkook berkata, sebelum kembali meneruskan pekerjaan.

Begitu saja? Anggapanku tentang dia yang tidak pernah menaruh perasaan pasti benar adanya. Tetapi kenapa rasanya sesak. Jelas ini bukan gejala penyakit jantung atau serangan berbahaya lain, lalu kenapa dadaku jadi sakit begini?

"Bukankah ini yang kau mau, Yein?" Dewi batinku melirik dari sudut mata, wajahnya lebih bengis dari yang semestinya.

Benar juga. Semestinya aku bersyukur, dengan ini Jungkook akan menjaga jarak dan lama kelamaan kami hanya akan menjadi sebatas bos dan anak buah saja. Ya, memang semestinya tetap begini.[]

Halo tifa kembali setelah tenggelam cukup lama. Dah ketahuan kan siapa bapaknya dey, sebenarnya mau ngasih tau entar-entar aja tapi dipikir-pikir kalo dikasih tahu sekarang kalian pasti akan tambah greget sama konflik selanjutnya😂😂

Ah iya sekedar memberitahu, mulai sekarang sudut pandang akan ditandai seperti ini.
#Side A# : Yein Pov
#Side B# : Jungkook Pov
#Side C# : Author Pov/Dey Pov
Jadi supaya gak bingung perhatikan hastag(?) Diatas sebelum baca ya.

Satu lagi, untuk Hidden Chapter mungkin akan di post secepatnya. Ada apa di Hidden Chapter? Yang kelas ada hubungannya dengan masa lalu dua orang ini. Okey? Kalau begitu, bye bye😍😍😍😋

Antithesis [JJK-JYI]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang