Ramai, penuh sesak dan godaan, itu hal yang menggambarkan suasana sebuah klub yang buka malam hari. Semakin larut, maka semakin panas suasananya. Beberapa di antara pengelola bahkan menyediakan kamar sendiri, mengantisipasi apabila bilik toilet terisi penuh oleh pasangan-pasangan yang sedang dimabuk cinta.
Seorang pewaris tunggal perusahaan memarkirkan sepeda motornya di depan tempat itu. Ia sengaja tidak membawa mobilnya agar tidak terlalu nampak seperti pengusaha-pengusaha berumur yang sedang selingkuh dari istrinya. Sepeda motor yang ia bawa memiliki desain yang cukup maskulin, masih terkesan berkelas walaupun mengesampingkan kata mapan. Pemuda itu tidak sedang mencari seseorang untuk dinikahi di dalam sana. Ia ingin bersenang-senang, melupakan semua masalah yang menderanya akhir-akhir ini.Agendanya, ia ingin menyesap beberapa gelas minuman sebelum menikmati rasanya bercinta dengan seseorang yang beruntung. Kakinya melangkah masuk melewati pintu luar yang dijaga dua orang security, mereka bertugas untuk menghalangi anak di bawah umur. Tapi pewaris itu tidak akan masuk hitungan. Pertama, ia sudah legal dan kedua, walaupun ia belum menginjak umur yang pantas, uang selalu dapat menyelesaikan masalah. Pemuda itu dapat melewati batas itu tanpa menimbulkan keributan. Ia memandang suasana yang belum pernah ia rasakan ini dengan sebuah seringai penuh arti.
Sahabatnya yang memiliki tempat ini. Malam saat pewaris itu singgah, ia berjanji akan menghadiahkannya sebuah pelayanan gratis sebagai sebuah trial. Pemuda itu memilih untuk menyanggupi tawarannya dan pergi ke tempat ini, duduk di kursi tinggi, di depan meja bar, dan menunggu seorang pelayan seksi menghampirinya. Si pewaris memesan sebuah minuman mixture yang memiliki kadar memabukkan cukup tinggi. Dapat membuat seorang awam hangover dengan cepat, namun tidak baginya. Tubuhnya memiliki toleransi yang tinggi.
"Seungcheol-ah!" panggil seseorang yang baru saja berhasil keluar dari kerumunan orang di sana.
Pemuda yang dipanggil Seungcheol itu menoleh, menaikkan sebelah alisnya seiring menikmati tenggukkan pertama dari pesanannya.
"Kau gila meminumnya di awal!" seru sahabatnya itu merebut gelas kecil dari tangannya dan menaruh benda itu di atas meja. Ia bergabung dan duduk di sebelahnya.
"Jadi, kau datang?" godanya. Saat ia menawari Seungcheol tempo hari, sahabatnya itu menolak tawarannya mentah-mentah. Agak mengejutkan melihatnya tiba-tiba kemari.
Seungcheol mendengus pelan. Kata-kata orang di sebelahnya ini terdengar sangat menyebalkan, "Kau bisa melihatnya sendiri."
"Hei, jangan terlalu emosi, kawan. Kita ada di klub. Sebaiknya kita rileks," balas sahabatnya itu sambil menepuk pundak Seungcheol beberapa kali.
"Apa masalahmu begitu berat hingga kau memutuskan kemari?" tanyanya lagi penasaran.
Seungcheol bukan menolak bercerita, ia hanya malas untuk membahasnya lagi. Bila dipikir-pikir, masalahnya terlalu sepele baginya. Namun tidak bagi orang-orang di sekitarnya. Mereka meremehkan Seungcheol dan merendahkannya seolah tidak lagi memiliki hak atas kasih sayang kekasihnya sendiri. Jihoon hanya belum siap. Bukan Seungcheol yang terlalu malu untuk melakukannya.
"Hanya... pengakuan," balas pemuda itu mengambil gelas kecilnya lagi dan mengetuk-ngetukkannya ke atas meja.
"Kalau hanya itu, aku tidak akan mengabulkannya. Kau perlu menjernihkan pikiran, bukan melakukan apa yang orang lain ragukan," sarannya.
"Tidak, biarkan aku melakukannya malam ini," paksa Seungcheol kemudian beranjak dari kursinya dan berjalan ke arah kerumunan orang yang tengah menikmati musik.
Sahabatnya itu menahan tangannya. Sepertinya sudah tidak dapat mencegah Seungcheol lagi. Bila anak itu sudah seperti ini, maka ia tidak akan mendengarkan saran siapapun.
KAMU SEDANG MEMBACA
[√] After I Let You Go | JeongCheol
FanfictionChoi Seungcheol is a son of rich family. All he want to do is spending life with excitement. One frustating day, he dare himself to try special service in a nightclub. But there's only a carrier left there at that time. Carrier is a special person...