Karena anaknya sudah berumur satu tahun, Jeonghan bisa meninggalkannya bersama pemilik kedai. Seokmin terus saja mengundur peresmian hubungannya dengan pegawai hotel itu sementara orang tuanya sudah rindu menimang anak kecil. Maka anak Jeonghan lah yang jadi pelampiasan.
Paman dan Bibi Lee akan menjaga anak itu dari pagi dan Jeonghan akan menjaga kedai makan mereka. Kadang menjadi penjaga kasir, kadang pelayan, atau hanya memastikan koki sudah mengerjakan tugasnya dengan baik.
“Sunwoo, kau bermain dengan Bibi Lee dulu, ya?” pinta sang ibu.
Laki-laki kecil itu mengangguk antusias. Ia memang senang menghabiskan waktu bersama mereka.
Jeonghan memakaikan pakaian santai pada anaknya itu setelah ia selesai mandi. Sekarang mereka akan siap untuk berangkat.
“Ma ma ma,” celotehnya riang.
Carrier itu tersenyum lebar. Sunwoo selalu memberikan semangat baginya setiap pagi. Anak itu menjadi sumber kebahagiaannya sekarang.
Jeonghan menyisir surai sebahunya di depan cermin. Ia juga harus merias dirinya sebelum kerja. Tidak ada lagi surai pirang nan panjang. Catnya sudah luntur. Ia juga memotongnya agar perawatannya lebih mudah.
Setelah selesai menyiapkan diri, Jeonghan memasukkan beberapa peralatan bayi ke dalam tas Sunwoo dan menggendong buah hatinya.
“Pa pa pa,” celotehnya lagi. Namun dengan nada yang tidak riang. Sunwoo memasang wajah bingung pada ibunya.
Anak itu sedang sedih— mengharapkan sosok lain selain sang ibu juga ikut menemaninya.
“Ayahmu masih bekerja di luar kota. Ia akan kembali nanti.”
Begitu kata Jeonghan, setiap hari, bahkan setiap malam sebelum anak itu tidur. Ia sedang memberi harapan pada anak itu juga dirinya sendiri bahwa ayahnya akan kembali. Padahal ia juga tidak tahu bagaimana keadaan Seungcheol sekarang.
Selepas penolakan yang dilakukannya, ia tidak lagi bertemu dengan sosok itu.
Tapi ia tidak ingin memikirkan itu untuk sekarang. Ada banyak hal yang harus dipenuhi. Ia perlu bekerja demi memenuhi kebutuhan mereka berdua.
Setelah menitipkan Sunwoo di Paman dan Bibi Lee, Jeonghan akan langsung melesat ke kedai. Menunggu di sana dari pagi hingga sore. Pangkatnya mungkin terhitung naik sejak ia pertama kali melamar. Ia berada langsung di bawah owner-nya sebagai pengawas. Tapi itu membuat pekerjaannya tidak tentu.
Seperti sekarang, beberapa menit lalu ia menjaga di kasir karena pegawai shift pagi terlambat. Setelah itu, ia datang dan Jeonghan pergi ke gudang, menanyakan stok bahan makanan yang sudah menipis. Carrier itu akan membuat daftar belanjaan dan menyerahkannya pada pegawai yang sedang bebas. Kalau semua orang sedang sibuk, maka ia akan belanja sendiri.
Kalau ia sedang beruntung, Seokmin akan membantunya. Tapi biasanya pria itu lebih memilih membantu kekasihnya di ruang staff hotel, entah mencuci piring atau seprai di lavatory. Yang penting ia bisa bertemu dengan Hong Jisoo.
Bulan sudah muncul di langit. Hari ini kedai sangat ramai. Kasir mereka sekarang merangkap jadi pelayan dan Jeonghan mengambil alih mesin penghitung itu sejak pukul lima. Menjelang malam, keadaannya sudah mulai lengang. Beberapa pelayan sudah mulai lega karena pesanan makanan tidak lagi sebanyak sebelumnya.
Jeonghan masih berdiri di belakang mesin kasir. Ada meja yang masih terisi pelanggan. Mereka pemesan terakhir karena seseorang sedang berjalan ke arah pintu kedai untuk membalik papan bertuliskan ‘buka’ menjadi ‘tutup’.
Setelah beberapa menit berlalu, dua orang dari meja itu mengantri di kasir untuk melakukan pembayaran. Tugas mereka semua sudah selesai. Sekarang Jeonghan tinggal menghitung keuntungan di hari itu. Ia masih berdiri di belakang mesin kasir selama menit-menit berikutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[√] After I Let You Go | JeongCheol
FanfictionChoi Seungcheol is a son of rich family. All he want to do is spending life with excitement. One frustating day, he dare himself to try special service in a nightclub. But there's only a carrier left there at that time. Carrier is a special person...