DUO A

3.2K 119 3
                                    


"Kamu milik saya Alea. Saya enggak akan biarin kamu lepas dari genggaman saya, kamu harus jadi milik saya seutuhnya." Ucap Aditya dalam hatinya

.

         Setelah kejadian tatap-tatapan mata di taman hari itu Alea semakin gugup bahkan dia seperti orang gila ketika ia mendapat telfon dari Aditya. Sedangkan Aditya, hidupnya tak tenang jika tak menghubungi Alea setiap jam, kalau tak ada pasien yang ia tangani mungkin tiap 1 jam ia akan menelfon Alea, tapi karena ia tau tugasnya adalah merawat dan menolong pasien, maka setelah ia memeriksa pasiennya ia langsung menelfon Alea untuk menanyakan hal-hal yang tak penting banget.

"kak Adit kok rajin banget sihh telfon. Udah tau saya kayak orang gila kalau dia telfon, masih ajah dia nelfon." sambil berusaha mengontrol dirinya agar suaranya tak terdengar gugup di telinga Adit. Setelah dirinya mulai membaik barulah ia menggeser icon telfon warna hijau pada hand phonenya

"Assalamualaikum Alea."

"Walaikumsalam, ada apa kak?"

"Kok kamu lama banget sih angkat telfon saya? Ada apa kamu baik-baik ajahkan?"

"ee...anu...eee... Anu,, Enggak ada apa-apa kok kak, aku baik-baik ajah" dengan sedikit gugup dan takut

Tiba-tiba telfon dimatikan secara sepihak oleh Aditya.

"aiii.... Dimatiin? Ada apa sihh dengan ini manusia Es batu? sehari bisa nelfon sampai 15 kali, tumben banget, pada hal biasanya enggak kayak gini, Auk ah!" dan melempar ponselnya asal ke tempat tidur dan melanjutkan menerjakan skripsinya tentang jantung koroner yang di minta oleh Aditya Tiga hari lalu.

***********

     Di tempat lain, Aditya merasa tak tenang, dia betul-betul frustasi. Ia berjalan mondar mandir tanpa arah seperti setrikaan, membuat rekan sesama spesialisnya bingung melihatnya

"kenepa Ente,Dit kayak setrikaan gitu. mondar mandir tak jelas?" Tanya rekan sesama spesialisnya bernama Dr.Anton Tanjung Sp.A atau panggilan akrapnya Dr.Attek

"Saya lagi enggak tenang ajah. Saya takut Alea kenap-kenapa?"

"Aii! peduli sekali Ente pada Mahasiaswa yang Ente bimbing itu? jangan-jangan ada U dan G di balik batu?" dengan nada sedikit bercanda

"Apaan sihh.. ya jelas saya peduli, sesama manusiakan harus saling peduli..." jawab Aditya ngasal, untuk membuat rekan sespesialisnya itu berhenti menanyakan tentang persaannya.

"Aiii... Tumben Ente peduli sama cewek? biasanya kalau ada cewek kenapa-kenap Ente Orang paling acuh dan tak peduli. Lah ini? Khawatir sanagat."

"Apaan sih. Udah ah berhenti bikin saya tambah pusing.." Dengan nada Frustasi sambil mengacak-acak rambutnya yang rapi.

"Bro, Ane mau nanyak boleh?"

"Mau nanyak apa?"

"Ente duduk di samping Ane gih, biar enak kita ngomongnya." Aditya pun duduk disamping Anton 

"mau nayak apa?"

"Ente, udah Move On dari sih Ria?"

"Apaan sih? enggak udsah bahas bini orang lagi. Dosa tau enggak."

"Yeh, bukan gitu maksud ane, Ane kan cuman nanyak Ente emang udah Move on? Soalnya semenjak ente kenal sama Alea yang Ane liat, kadang ente kayak orang gima gitu bahagianya, tapi kalau ente tiba-tiba teringat lagi sama si Ria. Pasti ente kayak acuh sama Alea. Bro, ane kasih tau ente yah, Kalau ente emang cinta sama Alea, yah ente harus ngasih hati ente 100 % buat Alea. Inget Dit, Ria udah ninggalin elo demi cinta yang lain. Ente harus berani buka hati ente buat wanita lain, karena yang menurut ente terbaik belum tentu yang terbaik menurut Allah."

"Kamu bener Tek,  yang menurut saya baik belum tentu baik menurut Allah. Saya akan coba Move on dari Ria secara berlahan."

"nah, gitu donk. Bay the way emang ente beneran suka sama Alea? Pacarin atuh cepet, kalau perlu ajak nikah langsung. supaya ente kagak di tikung orang."

"Doain ajah bro, saya udah ada niat ke arah sana tapi saya masih takut ngomong sama Alea. Saya taku Alea marah dan lagian saya san Alea masih terikat sebagai Dokterpembimbing dan mahasiswa, nanti apa kata Dosen dan teman-temannya kalau saya nikahin dia? kan enggak enak Bro."

"Kasian banget nie Duo A, kisah cintanya sangat rumit." ucap Anton sambil menepuk bahu rekan sespesialisnya tanda berbela sungkawa atas rumitnya kisah cinta yang ia jalani

Sedangkan Aditya, hanya tersenyum. Tak berapa lama Aditya bangki dari duduknya dan membembereskan barang-banrangnya dan ingin berlalu pergi menuju pintu keluar dari ruangan Dokter spesialis

"Mau kemana Ente, Bro?" tanya Antong yang melihat Aditya membawa tas kerjanya.

"Mau kerumah calon bini." Lalu keluar sambil tertwa

Dokter PembimbingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang