Sontak mereka bertiga kaget, melihat keadaan Lizy yang sedang pingsan. Tentu mereka menolongnya dan berusaha untuk membangunkan Lizy
"Zy bangun!" Kata Vira cemasRaihan mengangkat Lizy dan membaringkannya di kasur
"Dia udah dua kali pingsan. Terus tante Hanum mana?" Tanya Gita pada Raihan."Nyokap gue lagi keluar kota." Jawab Raihan
"Lo jadi kakak gak peka banget sih telepon kek atau bawa ke rumah sakit gitu, malah diam aja." Vira sudah geram dengan kelakuan Raihan yang tidak peka dengan Lizy, tapi di balik itu semua Raihan tetap sayang dengan adiknya itu.
"Jadi semua salah gue? Gue yang bikin dia pingsan gitu." Yah karena panik Vira dan Raihan bertengkar gak jelas.
"Bukan gitu maksud gue, lo itu sebagai abangnya harus peduli! Gue bener-bener heran yah, kenapa sih lo kayak gini?"
"Oh,"
"Ishhh...gemana sih ah. Bisa gak si-" ucapan Vira tertahan oleh Gita.
"Kalian tuh gemana sih, Lizy pingsan kalian malah ribut. Mendingan kita bawa Lizy ke rumah sakit!" Tegas Gita.
Benar sekali, seharusnya Lizy di bawa ke rumah sakit, nah problem nya adalah tidak ada mobil yang bisa di pakai untuk mengantarnya ke rumah sakit.
"Gak ada mobil, kalian berdua bawa mobil?" Tanya Raihan pada Vira dan Gita.
Mereka berdua menggeleng dan tak bisa apa-apa. 2 menit kemudian Lizy membuka matanya, menatap langit-langit kamarnya. Lalu menoleh pada Vira, Gita dan Raihan secara bergantian.
"Zy, lo gak apa-apa, kan?" Tanya Vira khawatir. Lizy hanya tersenyum kecil, agar terlihat baik-baik saja, padahal kepalanya masih sakit, dan pusing.
"Bikin panik aja deh nih orang. Nanti ujung-ujungnya gue yang di marahin sama mama tau." Keluh Raihan khawatir.
"Apa-apaan sih lo, dia masih sakit lo ngomelin. Heeeeh, kesel gue sama lo!" Lagi-lagi Raihan dan Vira bertengkar. Adu mulut di mulai, tak ada yang mengalah, dua-duanya mempunyai pendapat yang berbeda.
"Kesel kesel aja, gue gak larang tuh. Makanya jadi orang jangan sensitif," balas Raihan jahil.
"Ini orang butuh di sleding deh kayaknya,"
Baru saja Raihan ingin membalas Vira, namun Gita sudah mengakhirinya. Ia sudah tak tahan dengan mereka berdua, setiap kali ketemu selalu adu mulut, dan itu membuatnya risih.
"Sssstt, bisa diam gak sih? Berisik banget!" Gerutunya lalu memegang tangan Lizy, ia khawatir dengan sahabatnya yang satu itu, cantik, baik, manis, tapi yang sangat disayangkan selalu bungkam.
"Apanya yang sakit zy?" Lizy hanya diam tak menjawab pertanyaan Vira. Jikalau ia diam di saat ada masalah, mungkin mereka akan memaklumi, tapi sekarang dia sedang terbaring lemah, mengingat Lizy yang sudah 2 kali pingsan, padahal sebelumnya ia sehat-sehat saja, bahkan tak pernah pingsan sama sekali.
"Zy, lo bisa gak sih kalau di tanya menjawab, diem terus ih, bagaimana mau pinter kalau kayak gini?" Vira sudah geram dengan kelakuan Lizy, dia hanya diam diam dan diam, tapi di balik itu semua, ada yang tak bisa diam dari Lizy, yaitu pikirannya yang selalu mengingatkannya pada masa lalu hingga merasa terpuruk.
"Gue baik-baik aja kok, gak usah khawatir." Lirihnya menebarkan senyum seakan tak ada yang perlu di permasalahkan.
Raihan berdecak, "Baik-baik gemana? Gue dobrak pintu kamar mandi, lo udah nyenyak tidur di lantai. Itu kamar mandi bukan kamar tidur oon." Lizy hanya terkekeh, namun Vira dan Gita melihatnya dengan sinis secara bersamaan. Raihan yang melihatnya terkejut, lalu tertawa. Bagaimana tidak? Ekspresi mereka sama, menatap Raihan dengan tajam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dream a girl(END)
Teen Fiction"Berharap keajaiban datang menjemputku pada kebahagiaan di masa putih abu-abu ku. Aku hanya bisa berharap, berjuang menepis serta menghalau semua parasit yang menghambat timbulnya suatu kebahagiaan padaku. Walaupun dia mencintaiku apapun keadaanku...