Wanita itu duduk di samping Lizy, menghadap Vira juga Gita. Akankah terjadi kekacauan dibalik senyum itu? Senyum miring yang di bentuk sedemikian rupa sehingga terlihat seperti senyum ramah.
"Sheila?"
Anehnya, sekarang ia sendiri, tak bersama dayang-dayangnya. Apa maksud dari semua ini?
"Kenapa kalian lihat gue kayak gitu? Santai aja kali! Gue juga gak bakalan kok makan kalian,"
Sesekali Sheila menatap Lizy, ia tersenyum, tapi Lizy sama sekali tak membalas senyuman itu, ia masih bingung dengan maksud kedatangan Sheila. Kenapa tiba-tiba dia bergabung? Padahal masih banyak tempat kosong dan bersih.
"Santai aja, kenapa sih. Kalian kan adek kelas gue,"
Tak ada yang menjawab. Semuanya diam, berfikir 'mustahil macan buas menjadi jinak dalam sekejap bahkan belum sehari'
Vira berdiri mendorong meja dengan sengaja.
"Ngapain lo disini?" Ketus Vira, amarahnya memuncak tak termakan dengan kata-kata manis yang keluar dari bibir Sheila.
Baru kali ini ada orang yang berani memaki kakak kelas, terlebih lagi Sheila yang notabene adalah anggota OSIS.
"Slow Vir! Gue gak bakal ngapa-ngapain lo kok. Tenang aja! Ya kan Lizy?" Mata Sheila melirik ke arah Lizy yang diam seribu bahasa. Sebenarnya Sheila sudah emosi, tapi mungkin saja dia tak berani meluapkannya. Apalagi sekarang dia sedang di depan umum.
Vira sudah tak tahan dan memancing Sheila agar berkata jujur, bukannya berucap seolah cokelat di musim panas.
"Lo kira gue bego? Tampang lo aja kayak nenek sihir, sok kecantikan,"Emosi di balas emosi. Seketika wanita layaknya macan itu membalas Vira dengan sangat kesal. Amarahnya tak bisa di sembunyikan, meja yang di hadapannya itu kembali ia dorong ke arah Vira dan berdiri memukul meja. Dengan sigap Lizy dan Gita berdiri bersiap jika mereka akan melakukan hal yang tak wajar.
"Gue kesini baik-baik yah, lo aja yang tiba-tiba kayak gini. Sopan dong sama Kakak kelas!"
"Buat apa gue sopan sama kakak kelas, sedangkan dia aja gak sopan sama gue."
Semua pasang mata tertuju pada mereka berdua. Tak usah rempong menonton drama di TV, sedangkan di hadapannya saja sedang terjadi pertengkaran yang di beri sedikit taburan drama.
"Screw you!" Oceh Sheila dengan rahang yang mengeras, demi apapun emosinya sudah memuncak ke ubun-ubun. Terlebih lagi Sheila adalah type orang yang jika sudah emosi, tidak segan-segan untuk memaki, menghina, bahkan melakukan hal yang di lewat batas, tak peduli apa risikonya nanti.
Dan akhirnya yang tidak di inginkan pun terjadi, mereka berdua saling menjambak satu sama lain. Banyak yang mengabadikan moment ini dengan video melalui HP masing-masing, sedangkan Lizy dan Gita tak tau apa yang harus dilakukan, bahkan melerainya pun tak membuahkan hasil. Mereka tetap keukeuh dengan jambakan itu, hingga datanglah pangeran-pangeran itu, siapa lagi kalau bukan Ditya, Raihan, Arga dan Galang. Mereka menerobos kerumunan para siswa-siswi.
"Wih Wonderwoman ada di kantin." Seru Arga saat melihat keduanya yang sedang beradu dengan perang andalan para wanita, sesaat di balas oleh jitakan dari Galang.
"Apaan sih lu?" Balas Arga mengusap keningnya tak terima. Sementara itu, Galang hanya diam malas meladeni temannya yang satu itu.
Ditya dan Raihan mengambil langkah untuk memberhentikan mereka. Ditya menarik Sheila sedangkan Raihan menarik Vira, tapi sepertinya itu tak mempan.
"Shei udah Shei!" Perintah Ditya menarik tangan Sheila.
"Vir udah dong! Ngapain ladenin dia, mendingan ladenin gue," Bisa-bisanya Raihan bercanda di saat-saat seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dream a girl(END)
Teen Fiction"Berharap keajaiban datang menjemputku pada kebahagiaan di masa putih abu-abu ku. Aku hanya bisa berharap, berjuang menepis serta menghalau semua parasit yang menghambat timbulnya suatu kebahagiaan padaku. Walaupun dia mencintaiku apapun keadaanku...