Kenapa bisa meja makan ini sangat sepi? Padahal ada Lizy, Raihan, Farhan, dan Hanum. Terasa sangat aneh, padahal tak ada masalah...bagi Lizy dan Farhan. Tidak bagi Raihan dan Hanum, keduanya sama sekali tidak saling berbicara, jangankan bicara, melirik saja tidak.
Lizy hanya menatap Farhan yang berada di hadapannya. Ia memasukkan sesuap nasi dan memberi kode pada Farhan, Lizy memberikan kode menggunakan matanya, yang ia lirikkan pada Raihan dan Hanum.
"Akhm...makanannya enak yah,"
"...." tak ada jawaban sama sekali, hanya suara sendok yang menggesek di piring masing-masing.
Tiba-tiba saja dering suara HP Lizy berbunyi di kantong celananya. Saat ia ambil dan melihat kelayar ternyatalah Diana yang meneleponnya.
"Lizy angkat telepon dulu yah." Lizy berjalan ke dapur dan mengangkat teleponnya.
"Hallo Diana,"
"Kenapa kamu gak check up? Obatmu sudah di minum atau belum?"
Pikirannya tertuju pada obatnya yang dari kemarin belum di minum. Tidak pernah minum teratur, hanya saat sakit kepalanya melanda.
"Kapan check up?" Tanyanya mengabaikan pertanyaan tentang obat.
"Seminggu dua kali. Tapi obatmu sudah di minum atau belum?"
"Belum." Singkat, jelas, namun bukan itu yang di inginkan.
"Bagaimana mungkin belum? Kalau kambuh lagi bagaimana?"
"Sudahlah, jangan terlalu cemas. Kalau kambuh lagi kan tinggal minum obatnya selesai." Jawab Lizy enteng, setelah itu ia mengakhiri panggilannya dan kembali ke meja makan, namun sudah tidak ada siapa-siapa. Jadi dia memutuskan untuk kembali ke kamar.
•••••
"Anjir lo semua gak temani gue malam mingguan." Protes Ditya yang di balas oleh kekehan dari Arga dan Galang.
"Terus lo ama siapa malam mingguannya?" Tanya Arga sambil memakan cemilan di meja dekat kolam renang. Kolam renang? Apa pikiran yang terlintas jika mendengar kata 'kolam renang' apakah memancing? Bukan, apakah tidur? Bukan, melainkan berenang. Namun sekarang mereka sedang beristirahat. Duduk di sun lounger di pinggir kolam menikmati orange juice yang telah di sediakan.
"Cewek," jawabnya sambil tersenyum membayangkan kejadian kemarin. Melihat hal tersebut Arga dan Galang langsung berdiri saking kagetnya. Bukan apa, namun Ditya adalah typical orang yang sulit move on dan selalu mempertahankan yang dia sayang.
"Anjay baru aja putus udah ada yang lain," ucap Galang lalu mengambil minuman yang sedang di nikmati oleh Ditya. Tentu saja Ditya marah, lagi asik-asiknya membayangkan kejadian malam minggu, malah di usik.
"Apa-apaan sih," ucap Ditya lalu mengambil kembali minumannya dari tangan Galang.
"Siapa? Namanya? Cantik gak? Putih atau hitam? Sexy gak? Apa warna bra nya? Atau dia pake biki-" dengan cepat Ditya menutup mulut Galang dengan semua pertanyaannya yang bertubi-tubi dan tidak masuk akal di bagian akhir.
Galang meronta berusaha membuka dekapan Ditya. Dan akhirnya Ditya membuka dekapannya dan menatap Arga juga Gilang secara bergantian.
"Dasar otak mesum lo! Kalau bicara di saring dulu, gue itu gak se-mesum elo..."
"Cih gak mesum, buktinya waktu itu lo malming sama Sheila." Balas Galang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dream a girl(END)
Teen Fiction"Berharap keajaiban datang menjemputku pada kebahagiaan di masa putih abu-abu ku. Aku hanya bisa berharap, berjuang menepis serta menghalau semua parasit yang menghambat timbulnya suatu kebahagiaan padaku. Walaupun dia mencintaiku apapun keadaanku...