Theodore mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan saat sinar lampu menyoroti dirinya dan Chelsea. Baru saja sekilas dia melihat Chelsea, wanita itu sudah hampir menundukkan kepalanya. Kelihatannya wanita itu malu.
Theodore langsung mendekatkan wajahnya ke telinga wanita itu dan membisikkan sesuatu.
"Tidak usah malu. Lagipula kau harus mulai terbiasa dengan hal ini saat menjadi istriku." Wajah Chelsea semakin memerah. Entah bagaimana ceritanya jika dia tak memakai makeup.
MC yang sudah berdiri di atas panggung langsung menarik perhatian para tamu.
"Baiklah. Sekarang mari kita sambut anak pertama dari Mr. Jason Carsson untuk maju ke depan bersama dengan kekasihnya. Mari kita beri konfirmasi pada semua orang dalam ruangan ini agar tak ada lagi yang disembunyikan."
Dalam hati Theodore ingin mengumpat. Ulah siapa ini? Apa yang sebenarnya terjadi?
Theodore pun menggandeng tangan Chelsea semakin erat dan menggiring wanita itu ke atas panggung. Sebelum mereka sempat naik ke atas panggung, Terrence tersenyum dengan sedikit bersalah kepada Theodore, dan pada saat itu juga Theodore tahu bahwa semua ini ulah Terrence.
MC tadi sudah mengoper mic ke arah Theodore.
"Mmm... Baiklah, selamat malam para hadirin sekalian. Tidak ada konfirmasi yang akan saya berikan. Apa yang bisa saya sampaikan adalah, jika memang sudah pasti, saya akan menikahi wanita yang berdiri di samping saya ini. Tidak akan ada konfirmasi kapan kami akan menikah. Kami hanya biarkan semua ini mengalir seperti air. Terima kasih." Theodore kembali menyerahkan mic itu pada sang MC, dan dia bisa mendengar kekesalan dari beberapa tamu undangan yang muda-muda karena mendapat kabar bahwa sang pujaan hati akan segera menikah. Sang MC pun berusaha sebisa mungkin untuk menenangkan para tamu, dan syukurlah usahanya berhasil.
Setelah turun dari panggung, Theodore langsung menatap Terrence dengan sinis dan penuh pertanyaan.
"Apa lagi yang kau katakan?" Kalau bisa, Theodore ingin mencincang-cincang adik yang berada tepat di depannya ini.
"Maafkan aku, Theo. Tadi aku keceplosan mengatakan bahwa kau akan segera menikah." Terrence terkekeh kecil sesudah menyelesaikan perkataannya.
Theodore hanya memutar bola matanya, sangat tahu kekhasan adiknya itu.
Setelah bercakap-cakap dengan keluarga Theodore, Chelsea sedikit lega karena kelihatannya masing-masing dari keluarga pria itu bisa menerimanya dengan baik. Bahkan saat ini, ibu Theodore bersikap jauh lebih baik dibanding perjumpaan pertama mereka di rumah sakit.
Theodore mengajak Chelsea untuk duduk di meja bar, yang untungnya disana sepi sehingga mereka bisa bercakap-cakap dengan leluasa.
"Theo."
"Mmm?" Theodore menggumam setelah menyesap minuman bersoda. Terpaksa dia tak bisa meminum minuman beralkohol karena harus mengantar Chelsea pulang nanti.
"Terima kasih karena tidak memberikan konfirmasi yang aneh-aneh tadi."
"Tidak usah berterima kasih. Akan sangat merepotkan jika mereka tahu. Lagipula kita sama-sama sepakat untuk tidak mengundang banyak orang saat pernikahan, bukan?" Memang mereka berdua sudah pernah mendiskusikannya saat Theodore datang berkunjung ke Tinez's Cafe. Dan kebetulan saja mereka berdua sama-sama lebih nyaman dengan sedikit tamu yang datang. Cukup hanya keluarga dan teman-teman dekat saja.
"Yeah."
"Mmm." Untuk saat ini, memang mereka berdua masih belum terlalu nyaman untuk berbicara berdua saja. Entah ada yang menahan diri, atau memang selera percakapan mereka begitu berbeda.
"Aku ingin mencoba itu." Chelsea menunjuk ke cairan yang ada dalam gelas yang sedang diminum oleh orang di dekat mereka.
Theodore langsung mengerutkan dahinya sedikit, seolah-olah bertanya 'Apa kau tak tahu jika itu minuman beralkohol?'
"Itu beralkohol, Chelsea."
"Lalu?"
"Kau akan langsung mabuk jika tidak berpengalaman." Chelsea menatap Theodore dengan sinis. Bisa-bisanya pria itu merendahkannya. Chelsea merasa bahwa dia pasti sanggup menahan untuk tidak mabuk. Tapi pria ini merasa seolah-olah dia tahu segalanya.
"Aku ingin itu." Chelsea terus memaksa, dan akhirnya Theodore pun menuruti keinginan Chelsea.
Lagipula bukan Chelsea yang menyetir mobil nanti. Biarkan wanita itu sadar bahwa minuman itu memang bisa membuat seseorang yang masih amatir langsung mabuk.
"Jack, pesan minuman itu satu."
"Siap, Sir." Dalam sekejap, minuman yang diinginkan Chelsea terhidang tepat di hadapannya.
"Sana. Cobalah." Theodore mengedikkan dagunya ke arah minuman yang terhidang di hadapan Chelsea.
Chelsea mengambil gelas itu, lalu langsung meneguknya. Chelsea menghabiskan minuman itu sekali teguk, tanpa berhenti.
Theodore langsung mengomeli Chelsea.
"Kau itu tidak tahu cara meminum alkohol? Kau harus meminumnya pelan-pelan. Bukan seperti itu." Entah kenapa Theodore sangat ingin mengomeli Chelsea, karena dia tahu wanita itu pasti merasa tak nyaman pada tenggorokannya saat ini.
"Sudah terlanjur masuk ke dalam perutku." Chelsea memegang perutnya sambil tertawa.
Bagus. Wanita itu sudah mulai mabuk sekarang.
"Cium aku, Theo." Selama beberapa menit pertama, Chelsea memang bertingkah seperti orang mabuk biasanya. Tapi perkataan yang barusan keluar dari mulut wanita itu membuat Theodore langsung terfokus.
Chelsea semakin mendekatkan wajahnya ke arah Theodore, tapi Theodore mencegahnya dengan memegang kedua bahu Chelsea.
Bukannya tak ingin mencium wanita itu. Tentu saja Theodore menginginkannya. Sudah lama sejak terakhir kali dia memuaskan dirinya. Lagipula Chelsea adalah wanita yang cantik dan membuat dirinya tertarik.
Tapi ini bukanlah saat yang tepat untuk berbuat macam-macam dengan Chelsea. Karena Theodore tak ingin wanita itu menyesalinya setelah dia tersadar nanti.
Lagipula mereka sudah berjanji tidak akan melakukan hubungan apapun. Baik itu berpelukan, berciuman, dan hal-hal itu kecuali jika mereka berada di depan publik. Ya... Walaupun sekarang mereka ada di depan publik.
"Kau menolakku? Dasar pria brengsek!" Chelsea langsung memukul Theodore. Suara Chelsea yang nyaring itu membuat beberapa orang yang duduk di meja bar dekat mereka menoleh, bahkan Jack, sang bartender juga ikut melihat mereka, penasaran dengan apa yang terjadi.
"Ayo." Theodore langsung menarik Chelsea untuk berdiri dari sana, dan membawanya keluar dari ballroom. Theodore membantu Chelsea berjalan menuju ke kamar hotel, yang memang dikhususkan untuk dirinya.
Chelsea mulai meracau lagi.
"Apa sekarang? Setelah menolak diriku, kau mau tidur denganku? Jadi kita tidur bersama tanpa ada ciuman?" Ingin rasanya Theodore membungkam mulut Chelsea dan menyuruh wanita itu berjalan saja agar mereka cepat sampai di kamar, lalu membiarkan wanita itu tertidur agar keesokan harinya wanita itu normal kembali.
"Chelsea. Kita sudah sepakat untuk tak melakukannya, okay? Sekarang diamlah jika tak ingin menarik perhatian orang banyak." Theodore kembali dibuat kesal saat tiba-tiba Chelsea berhenti berjalan.
"Gendong aku." Chelsea melipat kedua tangannya di depan dada sambil mengerucutkan bibirnya.
Theodore mengerang, lalu menuruti permintaan Chelsea. Terlalu lama jika dia harus membujuk wanita itu lagi agar mau berjalan. Bisa-bisa ada orang yang memperhatikan.
Jangan membayangkan bahwa Theodore menggendong Chelsea bridal style. Theodore mengangkat tubuh Chelsea, lalu meletakkannya di bahunya, membuat Chelsea hanya bisa menatap bagian belakang tubuh pria itu.
"Wow. Pantatmu sexy, Mr. Carsson." Sungguh. Theodore tak akan mengijinkan wanita ini mabuk lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fake Marriage [CFS #1] (COMPLETED)
RomanceThe first book of Carsson Family Series [CFS #1] Theodore Carsson kembali menerima keluhan dari ayah dan ibunya, agar dia cepat menikah. Menjadi anak sulung tak pernah mudah, karena dia terus menerus dituntut untuk menikah lebih dahulu sebelum adik...