Entah kenapa banyak sekali pesta yang harus dihadiri oleh Theodore. Kadang-kadang hal itu membuat Chelsea kesal sendiri karena dia harus ikut dengan pria itu. Chelsea pernah ingin menolaknya, tapi dengan cepat Theodore berkata bahwa dia harus ikut agar semua orang percaya bahwa hubungan mereka memang benar-benar serius dan agar menandakan bahwa mereka akan segera menikah. Entah itu alasan yang masuk akal atau tidak.
Saat ini Chelsea sudah berdiri tepat di samping Theodore dan mengikuti kemanapun pria itu pergi, karena Theodore bahkan tak melepaskan genggaman tangan mereka.
Chelsea agak tidak menyukai suasana ini karena dia harus berusaha sebisa mungkin untuk berbaur dengan orang-orang yang dia tidak kenal.
Karena sudah tak tahan lagi, akhirnya Chelsea pun berencana untuk kabur dengan alasan ingin pergi ke kamar kecil.
"Theo. Aku ingin ke toilet dulu." Theodore sedikit menundukkan kepalanya dan melihat Chelsea yang memang lebih pendek darinya, lalu menganggukkan kepalanya.
"Tidak usah ditemani, babe?" Chelsea sudah terbiasa dengan panggilan-panggilan romantis yang diberikan oleh Theodore jika di depan publik. Ingin rasanya Chelsea berkata pada semua orang yang memandang mereka adalah pasangan yang sangat cocok dengan kata-kata 'INI SEMUA PALSU! Kalian hanya tertipu dengan akting indah kita berdua.'
"Tidak usah." Chelsea tersenyum pada Theodore, lalu sedikit menundukkan kepala sambil tersenyum pada orang yang sedang mengobrol dengan Theodore.
Samar-samar Chelsea masih bisa mendengar perkataan pasangan paruh baya itu.
"Ah. Kau sangat romantis pada kekasihmu, Theo. Aku jadi merindukan masa-masa laluku." Si wanita paruh baya itu berkata, lalu Chelsea tak mendengar lagi karena dia sudah cukup berjarak jauh.
Baiklah. Entah mau berapa banyak orang tertipu dengan akting mereka ini.
Chelsea buang air kecil, karena bisa dibilang dia lumayan banyak minum disini. Kini Chelsea berdiri di depan cermin dan melihat penampilannya.
Chelsea kembali memoles bibirnya dengan lipgloss, karena yang tadi dia gunakan sudah luntur terkena minuman maupun makanan yang dia konsumsi.
Chelsea tersenyum sesaat pada dirinya sendiri, lalu berjalan keluar dari kamar mandi.
Karena dia berada dalam ruangan yang cukup luas, tidak mudah untuk dapat menemukan Theodore.
Chelsea mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan, tapi tetap tidak menemukan Theodore dan justru menemukan orang lain.
Orang itu adalah... Eric.
Chelsea berjalan menghampirinya, lalu menepuk bahu pria itu.
"Chels? Kenapa kau bisa ada disini?" Eric bertanya dengan penasaran, karena kenapa akhir-akhir ini dia sering bertemu dengan Chelsea di pesta-pesta perusahaan.
"Mmm... Aku datang bersama dengan seseorang. Bagaimana denganmu? Kenapa kau juga ada disini?"
"Aku datang bersama dengan pamanku. Kau tahu sendiri bahwa pamanku tak menikah, sehingga dia sudah mulai mempersiapkan untuk menurunkan perusahaannya padaku karena ayahku juga sibuk mengurus perusahaannya sendiri." Memang apa yang dikatakan Eric itu benar. Pria itu pernah menceritakannya padanya.
Selama beberapa saat, mereka hanya mengobrol dan bahkan berpindah tempat ke pinggiran agar tidak mengganggu orang yang sedang berdansa.
Tiba-tiba Eric mulai membuka suaranya.
"Mau berdansa, Chels?"
"Aku tidak bisa..."
"Tidak apa-apa. Dansa tidak sesulit itu. Ayo." Eric menarik tangan Chelsea dan sekarang mereka berdua sudah berdiri di tengah ruangan besar ini bersama-sama dengan beberapa pasangan lain.
Chelsea hanya berharap satu hal. Supaya Theodore sibuk sendiri dan tidak melihatnya sedang berdansa dengan Eric.
Entah kenapa Chelsea agak takut akan reaksi pria itu jika melihatnya bersenang-senang dengan pria lain setelah mengetahui bahwa Theodore sangat menolak adanya hubungan Chelsea dengan pria lain saat itu.
Eric memegang pinggang Chelsea, sedangkan Chelsea meletakkan kedua tangannya di leher pria itu.
Mereka hanya saling menatap dan bergerak perlahan mengikuti irama musik yang slow. Entah kenapa Chelsea menyukai menatap mata milik Eric. Mata pria itu biru, mata yang sangat disukai Chelsea.
Terkadang Chelsea bingung sendiri kapan akan mengatakan pada Eric bahwa mereka harus berhenti sampai disini. Ada rasa kasihan terhadap pria itu, dan juga Chelsea masih sedikit berharap agar bisa membalas perasaan Eric padanya, karena Chelsea tahu bahwa Eric adalah pria yang baik.
Atau mungkin ada baiknya terbuka pada Eric? Mengatakan pada pria itu untuk menunggunya selama beberapa bulan, lalu nantinya akan kembali berusaha menyukai Eric. Tapi tak ada jaminan dia bisa menyukai Eric! Ah! Sangat membingungkan.
Tapi bagaimanapun juga, Chelsea harus memberi tahu secepatnya.
"Eric..."
"Mmm?"
"Kurasa... Aku... Kita harus..." Eric terkekeh saat Chelsea berkata dengan tidak jelas. Pria itu jadi penasaran, apa yang sebenarnya ingin dikatakan oleh Chelsea.
"Aku minta maaf... Tapi kita harus..."
"Apa yang kau lakukan?" Chelsea bisa mendengar nada tinggi seorang pria, dan dalam sekejap Chelsea sudah berpindah tangan dari Eric, menuju ke Theodore.
Theodore memeluknya posesif, seakan-akan Chelsea memanglah sepenting itu dalam hidupnya.
Eric yang tidak tahu menahu mengenai hubungan Chelsea dan Theodore, hanya mengerutkan dahinya, keheranan sendiri.
"Dia tunanganku. Apa yang kau inginkan? Dia tak bisa membalas perasaanmu. Tidak bisa." Theodore langsung mengatakannya dengan menekankan pada setiap katanya. Oh, Tuhan. Apa yang sebenarnya terjadi? Padahal pada awalnya Theodore berkata bahwa Chelsea boleh dengan bebas berhubungan dengan pria manapun. Tapi kenapa pria ini bisa sebegini marahnya?
Eric menatap tidak percaya ke arah Theodore, lalu saat ini menatap Chelsea yang berusaha melepaskan diri dari pelukan Theodore. Dan saat berhasil, Theodore bahkan tetap memeluk pinggangnya.
"Chels. Dia pasti sudah gila, bukan?"
"Eric. Aku benar-benar minta maaf. Aku..."
"Intinya dia tidak bisa bersamamu karena dia akan menikah denganku." Chelsea sangat ingin memarahi Theodore yang seenaknya saja berbicara pada saat Chelsea ingin memberikan penjelasan pada Eric.
Eric menatap Chelsea dengan tidak percaya. Chelsea bisa melihat di mata Eric ada rasa kecewa, terkhianati, emosi, dan entah apa lagi.
Eric menatap Chelsea sekilas, berusaha mengingat dengan jelas wajah Chelsea, lalu berkata sebelum menyingkir dari hadapan mereka berdua.
"Mmm... Baguslah kalian menikah. Kalian pasangan yang sangat cocok. Aku menunggu undangannya, Chels." Eric bahkan tak membiarkan Chelsea memberikan penjelasan, membuat Chelsea frustrasi sendiri.
Setelah Eric hilang entah kemana, Chelsea langsung menatap Theodore dengan galak. Sedangkan Theodore balas menatap Chelsea tanpa emosi.
"Sekarang antar aku pulang." Chelsea menatap sinis Theodore, lalu melangkahkan kakinya menuju ke tempat dimana mobil Theodore terparkir.
Chelsea bahkan tak menunggu Theodore, sehingga Theodore berjalan di belakangnya.
Persetan dengan akting yang harus mereka lakukan! Dia sangat kesal dengan tindakan Theodore saat ini.
Chelsea langsung masuk mobil saat Theodore membuka kunci mobil, lalu duduk. Theodore pun juga duduk di kursi kemudi.
Dua-duanya sama-sama sedang emosi, berusaha menahan ledakan amarah dalam hati mereka. Chelsea merasa bahwa Theodore seenaknya sendiri, sedangkan Theodore merasa bahwa Chelsea tak bisa menepati janji.
Entah siapa yang akan meluapkan emosinya terlebih dahulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fake Marriage [CFS #1] (COMPLETED)
RomanceThe first book of Carsson Family Series [CFS #1] Theodore Carsson kembali menerima keluhan dari ayah dan ibunya, agar dia cepat menikah. Menjadi anak sulung tak pernah mudah, karena dia terus menerus dituntut untuk menikah lebih dahulu sebelum adik...