"Kamu cemburu?" tanya Naomi sambil memberikan makanan yang Jasmine pesan. Jasmine menggeleng.
"Gak mungkin lah kak, aku percaya sama Kirana kok."
"Yakin?" tanya Naomi.
"Aduh kak, Kirana cuman temen sekelas Farras, 'kan? lagipula Kirana juga tau sejak kapan aku suka Farras." jelas Jasmine. Walau ada keraguan yang terselip dalam hatinya.
"Kakak saranin sama kamu, jangan terlalu cinta sama orang. Jadi, suatu saat nanti kalau kamu benci dia kamu gak bakal terlalu sakit." saran Naomi.
Jasmine mengangguk paham, sambil memakan makanannya. Jasmine tau hal itu. Tapi, tetap saja rasanya tidak mungkin ia benci orang sebaik Farras. Tadi, itu mungkin Farras sedang buru-buru, jadi menarik tangan Kirana.
"Tapi, kak rasanya gak wajar kalau aku ngerasa cemburu. Toh aku bukan siapa-siapa Farras."
Naomi menghela nafas, menangani remaja yang sedang jatuh cinta itu melelahkan. Kalau bukan sahabatnya sudah Naomi tinggalkan dari tadi, soalnya kalau Jasmine jatuh cinta tidak pernah sama sekali ia percaya diri dengan dirinya sendiri. Seakan ia tidak pantas, atau apalah. Ia pusing sendiri jadinya, kalau ia semangatin nanti Jasmine bicara masalah realita kalau ia mengatakan realita Jasmine malah menangis, minta ingin disemangati.
"Terserah kamu lah, kakak pusing." balas Naomi.
"Kak Naomi kayak yang gak pernah jatuh cinta aja." cibir Jasmine sambil memakan makanannya.
🍁🍁🍁
Zahra berada di kasir nomor 1, Rizwan tadi meminta ijin padanya untuk membeli obat maag ke apotek karena Gita sakit. Ia bersyukur karena toko buku nya ini ramai, dan sedikit kewalahan.
Tangan seseorang memberikan novel karangan DwitaSari yang berjudul 'Setelah Kau Pergi'.
"Ini uangnya."
Zahra terdiam. Suara itu, ia sangat mengenalnya. Ia mendongak, tubuhnya mendadak bergetar. Tidak. Pria yang dulu sempat mengisi hari-hari nya semasa SMA. Pria yang dengan tidak tau malunya masih berani menampakkan wajah di hadapannya.
"Ngapain kamu kesini?" tanyanya datar. Meskipun jauh di dalam lubuk hatinya begitu merindukan pria ini. Tapi hatinya terlampau sakit dengan luka yang digoreskan pria ini.
"Aku ingin bicara dengan mu."
Zahra menggeleng, ia menepis perasaan rindu yang berkecamuk di dalam hatinya. Walau bagaimanapun juga ia sudah memiliki kehidupan baru yang sangat indah.
"Tolong-"
"Kamu menghalangi antrian."
"Aku tidak akan pernah pergi sebelum kita bicara.".
Zahra tersenyum kecil, pria di depannya ini masih sama. Pemaksa.
"Hanya 10 menit." ucapnya begitu melihat Rizwan kembali.
🍁🍁🍁
Jasmine keluar dari kafe begitu perutnya sudah kenyang. Ia melihat Zahra berjalan dengan seorang pria tinggi di belakangnya. Siapanya Mama?
"Kak Dita." Jasmine menghampiri Dita yang sedang beristirahat.
"Kenapa Jas?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Flechazo
Teen FictionNathaniel dan Jasmine sangat bertolak belakang. Hampir semua perilaku yang mereka punya itu seperti antonim dalam bahasa. Nathaniel yang kasar, tukang pukul, dan kejam. Membuat kebanyakan orang tidak ingin berurusan dengannya karena masih menyayang...