Kesepuluh

10 4 0
                                    


"Athan pasti punya alasan," bela Riani.

"Jadi, itu yang membuatmu tidak memberitahu ku tentang perbuatannya?" tanya Rizwan dengan nada tajam. Ia mencengkram telpon sampai urat tangannya terlihat.

Ridwan tidak mengerti, selama ini yang ia tahu Nathaniel adalah anak baik yang peduli dengan siapapun, anak baik yang ramah dan disukai guru-guru, anak yang masih membanggakan Kevin meskipun pria brengsek itu menggoreskan banyak luka, lalu kenapa anak itu bisa berubah memiliki kepribadian yang sama dengan Kevin? bahkan melebihi Kevin.

"Jawab Riani! kenapa kamu menyembunyikannya?!" bentak Ridwan. Matanya menyiratkan amarah yang sangat besar, selama ini ketika ia merawat Nathaniel tidak pernah sedikitpun ia mengajarkan Nathaniel untuk berbuat hal buruk sampai membahayakan nyawa seseorang.

"Karena aku juga ingin membuat Kevin hancur." lirih Riani meremas pakaiannya.

Ridwan memegang kepalanya yang terasa pusing, istrinya terlalu dibutakan oleh kebencian pada Kevin. Ia pun sama bencinya pada Kevin, tapi bukan ini yang ia mau. Merusak masa depan seorang anak dengan kebencian yang tertanam dalam hati tentu bukanlah hal yang baik apalagi kalau itu sampai membahayakan nyawa orang lain.

"Apa kamu yang menghasut Athan untuk berbuat seperti itu?" Ridwan menghampiri Riani, mencengkram bahu istrinya.

Riani menggeleng, memang iya yang membuat sisi Nathaniel yang seperti iblis keluar itu dirinya. Tapi, Nathaniel pada dasarnya memang sudah membenci Kevin. Riani hanya membantu Nathaniel untuk tidak berpura-pura dengan segala kebahagian ini, Nathaniel bukan Sarah. Kalau dulu Sarah selalu berpura-pura baik-baik saja dengan segala perilaku buruk Kevin, Riani tidak tega dan tidak mau Nathaniel pun sama. Nathaniel harus kuat dan menghancurkan Kevin, itu mau Riani.

Riani sama sekali tidak memperalat Nathaniel untuk menghancurkan Kevin, tapi Riani hanya memberikan kemudahan bagi Nathaniel. Riani pun tahu betul apa yang dilakukan Nathaniel salah, tapi ia tidak bisa melakukan hal lain selain membantu Nathaniel dengan cara tidak membiarkan siapapun menentang Nathaniel.

Riani pun menangis, ia sudah menganggap Nathaniel anaknya sendiri. Hatinya begitu sakit saat melihat Nathaniel menangis karena diabaikan Kevin, apalagi setelah kepergian Sarah. Nathaniel berubah drastis menjadi sosok yang pendiam dan selalu melamun, tak jarang Riani pernah memergoki Nathaniel menangis di kamar memeluk foto Sarah.

Masih ingat betul dalam ingatan Riani, saat Nathaniel lahir. Bayi itu terlihat sangat kecil dan rapuh, ketika ia menggendong Nathaniel tangan kecil itu memegang nya erat. Salahkah Riani kalau ia begitu menyayangi Nathaniel?

"Lalu kenapa kamu membiarkannya seperti itu?!" Ridwan mengguncang bahu Riani, apa istrinya sudah gila?

"Apa kamu tidak berpikir kalau korbannya benar-benar mati Athan akan berakhir di penjara?!"

"Athan tidak pernah memukul orang yang pantas dipukul, Ridwan."

Ridwan melepas cengkeramannya, tidak habis pikir dengan pikiran sempit Riani.

"Setuju atau tidak semua yang kukatakan saat ditelpon benar-benar akan terjadi," kata Ridwan dingin meninggalkan Riani sendirian.

🍁🍁🍁


Jasmine merapatkan jaketnya, tumben sekali hari ini diselimuti kabut. Ia melirik jam tangan yang melingkar ditangannya, pukul 05.45. Pantas saja terasa dingin. Sekolah pun masih kosong, kecuali penjaga dan satpam.

Jasmine memang biasanya berangkat sepagi ini. Karena dengan begini ia bisa menikmati udara pagi yang begitu segar atau sekedar melihat Mang Koko si penjaga sekolah yang menyiram tanaman atau mungkin ia bisa berkhayal tentang Farras yang semakin ada kemajuan dengannya. Meskipun hanya mengobrol hal yang biasa tapi bagi Jasmine itu berharga.

FlechazoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang