Nathaniel terbangun begitu neneknya mengetuk-ngetuk pintu. "Athan sudah siang!" teriak neneknya dari luar.
Ia pun segera ke kamar mandi, memandang pantulan wajahnya. Terkadang ia benci dengan wajahnya sendiri. Kenapa wajahnya harus mirip dengan Kevin? yang mirip dengan Sarah hanya matanya saja.
Ia pun mandi, selesai mandi ia turun. Ia hanya melihat punggung Kevin yang membuka dan menutup pintu. Selama 17 tahun ini ia belum pernah makan bersama Kevin, dan tentunya ia tidak akan sudi.
"Cepat makan Athan! nanti dingin."
Nathaniel mengecup pipi nenek nya sebelum duduk di kursi. Neneknya pun mengambilkan nasi dan lauk pauk. Tidak perlu susah memasak makanan untuk Nathaniel karena makanan yang disukai cucu nya itu sama persis seperti Kevin.
"Gimana sekolah kamu?"
"Baik." dusta Nathaniel. Sejak kapan sekolah nya baik. Sekolahnya sangat buruk sekalipun ia menjadi paling berkuasa disana.
"Bentar lagi kan kamu kelas 12, apa kamu mau kuliah di Korea?" tanya neneknya.
Kuliah. Nathaniel tidak pernah sampai berpikir kesana meskipun ia tidak perlu bingung masalah biaya.
"Kenapa Korea?"
Neneknya mendesah, "nenek kangen kampung halaman."
Nathaniel ini memang ada keturunan Koreanya. Sudah mudah ditebak karena marganya Kim. Wajah Asia pun berasal dari Kevin. Tapi, ia tidak pernah berpikiran akan pergi jauh dari Bandung. Yang ada dipikirannya hanyalah ia tidak ingin berada jauh dari makam Sarah.
"Kenapa nenek gak pulang ke Korea sendiri?"
Neneknya tersenyum, "masa nenek tega ninggalin cucu kesayangan nenek."
"Athan kan anak haram, seharusnya nenek gak perlu khawatir sama Athan."
Meskipun ia benci jika ada orang lain yang menyebutkan 'anak haram' tapi, ia sendiri pun sering menyebut diri sendiri dengan sebutan 'anak haram'. Bukan tanpa alasan, tapi ia tidak suka ada orang asing yang tau soal kehidupannya.
Wajah neneknya berubah datar, "kamu ini bicara apa?! jelas-jelas kamu ini anak Sarah dan Kevin."
Nathaniel berhenti menyuapkan makanan kedalam mulut, ia tahu tidak baik mengatakan ini kepada nenek yang amat sangat ia sayangi. Tapi, itulah faktanya. Sial. Moodnya jadi buruk. Tanpa mengucapkan apapun ia mengambil jaket dan kunci pergi tanpa menghiraukan neneknya yang memanggil.
🍁🍁🍁
Setelah segar sehabis mandi, Jasmine keluar. Ia terkejut begitu melihat Kirana sedang membantu Zahra memasak di dapur. Ia pun menghampiri mereka.
"Kok gak bilang-bilang mau kesini?"
Kirana berhenti membantu Zahra, ia menghampiri Jasmine. "Tante pinjem dulu Jasmine sebentar." Kirana pun menarik tangan Jasmine menuju ruang keluarga.
"Kenapa kamu gak ke rumah aku?" tanya Kirana, padahal itu kesempatan bagus Jasmine agar bisa lebih dekat dengan Farras tapi disia-siakan.
"Nanti ganggu." jawab Jasmine dengan raut wajah sedih.
"Astaga, gak ganggu Jas. Lagian gak susah banget kok tugasnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Flechazo
Fiksi RemajaNathaniel dan Jasmine sangat bertolak belakang. Hampir semua perilaku yang mereka punya itu seperti antonim dalam bahasa. Nathaniel yang kasar, tukang pukul, dan kejam. Membuat kebanyakan orang tidak ingin berurusan dengannya karena masih menyayang...