DrrttFrom: Farras.
Jas, lo mau temenin gue ke pameran buku nggak?
Dengan wajah berseri, Jasmine mengetikkan jawaban 'ya', hanya saja sebelum ia menekan tombol send seseorang menepuk bahunya.
"Ternyata lo deket sama Farras," kata Alena membuatnya kesal. Padahal ia berharap Alena tidak usah datang, selain karena ia malas mendengar 'sesuatu' tentang Nathaniel ia juga ingin bertemu dengan Farras. Kapan lagi seorang Farras yang sibuk mengajaknya pergi?
"Gue jamin lo nggak bakalan nyesel denger cerita tentang Nathaniel."
Jasmine menatap kearah lain, lalu apa hubungannya? memangnya Nathaniel itu siapa? Presiden? Pahlawan? sampai-sampai ia tidak akan menyesal memilih mendengarkan cerita tentangnya dibanding pergi dengan Farras. Toh, Jamsine tidak pernah mengiyakannya. Dasar Alena saja yang memaksanya.
"Gue udah jauh-jauh datang lho...." Alena mengguncang lengan Jasmine.
"Jasmine, please... gue nggak cuman cerita tentang Nathaniel kok, ada Azfa, Farras, sama Zian."
Jasmine menoleh, menatap Alena dengan tatapan datarnya, "jelasin dulu, kenapa kamu tiba-tiba ceritain tentang mereka."
Alena tersenyum lembut, senyum yang benar-benar tulus. "Soalnya gue mau pergi, Jas. Dan gue nggak tahu harus cerita sama siapa."
Alis Jasmine bertaut, "lho, aku ini 'kan cuman orang asing."
"Tapi cuman lo orang yang bisa gue percaya, jangan tanya lagi kenapa.. gue cuman ngikutin firasat."
🍁🍁🍁
"Ayo, Jas!" Alena menarik tangan Jasmine menuju pohon besar yang dibangun rumah pohon diatasnya.
Mata cokelatnya menatap takjub, baru kali ini ia melihat rumah pohon sungguhan. Meskipun rumah pohon itu terlihat terbengkalai.
"Maklum, Jas. Udah lama nggak kesini, Athan sama yang lain juga pindah ke basecamp."
Alena menaiki anak tangga dengan perlahan, sedangkan Jasmine menatap ngeri tangga yang menempel pada pohon itu. Bagaimana kalau ia terpeleset dan jatuh? memang tidak terlalu tinggi, tapi bahaya tidak memandang tinggi atau rendahnya sesuatu.
"Ayo, Jas!" Alena mengulurkan tangannya, awalnya Jasmine merasa gengsi meminta bantuan Alena. Tapi, karena ketakutannya ia menerima uluran tangan Alena. Lucu sekali, saat diancam dilempar dari rooftop ia sama sekali tidak takut, sedangkan menaiki tangga menuju rumah pohon yang tidak ada apa-apanya ia harus dibantu Alena.
Alena mengeluarkan kunci dari saku celana jinsnya, ia membuka gembok kunci. Setelah terbuka ia mengajak Jasmine masuk kedalam.
Ini beneran rumah pohon? itulah kalimat yang terlintas di kepala Jasmine saat memasuki rumah pohon ini. Padahal dari luar terlihat seperti rumah pohon yang ada di TV, tapi didalamnya benar-benar luar biasa. Disana ada sofa berukuran sedang, karpet, beberapa gambar, piagam penghargaan, tv, dan PS. Menurut perkiraan Jasmine, rumah pohon ini sebesar kamarnya yang memiliki ukuran 3×3 meter. Sungguh luar biasa.
Mata Jasmine langsung tertuju pada rentetan piagam penghargaan yang tertempel di dinding, nama Nathaniel lebih mendominasi dari si jenius sekolah Zian. WHAT THE.... Padahal setahunya, Nathaniel selalu dapat nilai pas-pasan bahkan dibeberapa mata pelajaran nilainya dibawah KKM, Nathaniel bisa masuk kelas unggulan juga hanya karena pemilik yayasan. Tapi, apa yang ia lihat sekarang? its really unexpected.
KAMU SEDANG MEMBACA
Flechazo
Teen FictionNathaniel dan Jasmine sangat bertolak belakang. Hampir semua perilaku yang mereka punya itu seperti antonim dalam bahasa. Nathaniel yang kasar, tukang pukul, dan kejam. Membuat kebanyakan orang tidak ingin berurusan dengannya karena masih menyayang...