023.

2.6K 658 22
                                        

jeongin memasuki area rumah sakit dengan langkah berat. sebelumnya, ia sempat membeli sebuket bunga bakung untuk menghiasi vas kosong pada meja nakas hyunjin.

ini sudah lima hari semenjak hyunjin mendiamkannya. jeongin menutup mata, sulit menegaskan bagaimana perasaannya.

ia bimbang. tidak enak hati apabila menolak, tetapi kalau menerimaㅡsifat kikuknya yang memalukan akan keluar.

hyunjin pun bersikeras, enggan membuka mulut. tidak pernah ada lagi cubitan gemas atau uluran keripik kentang. jeongin hanya datang, berbasa-basi, menyuapi hyunjin, lalu pulang.

sebentar lagi, pemuda rubah itu akan menghadapi jam-jam kuliah yang padat. merawat hyunjin pasti membuang sebagian besar waktu berharganya.

mengganti air keruh di dalam vas, jeongin dengan telaten menyiangi sisa bunga yang semalam dilempar hyunjin ke tempat sampah. amarilis kuning cerah kesukaannya jadi bernoda, sayatan dan sobekan tipis merusak kecantikannya.

"jeongin-ssi."

si pemilik nama mematung saat hyunjin berbicara. matanya membola seketika.

"padahal amarilis itu akan mati, kan? kenapa kau masih memungut dan mencucinya, lalu menyatukannya bersama bunga bakung yang segar?"

jeongin berpikir sejenak sebelum meloloskan pendapat. "karena amarilis itu pantas hidup dan menikmati waktunya yang sebentar lagi habis."

"jadi, kau mau mengatakan kalau aku jahat karena mempendek usia amarilis itu?" tanya hyunjin. dahinya mengernyit dalam.

jeongin menggeleng. "tidak. kurasa itu wajarㅡkarena hyunjin-ssi merasa iri."

"aku selalu menyukaimu," ujar hyunjin mendadak. "memang tidak ada gunanya marah, terlalu kekanakan."

menghela napas, lega melanda sekujur tubuh jeongin. ia tersenyum, membalas dengan singkat, "aku juga, selalu menyukai hyunjin-ssi."

PRINGLES / HYUNJEONG.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang